Hari itu, jum’at 16 desember 2011
pukul 16.30, selepas praktikum Kimia Dasar aku bergegas menuju masjid Manarul
Ilmi (MMI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk melaksanakan sholat
ashar karena waktu ashar tidak sampai satu jam lagi. Huff! Praktikum ini memang
menyita waktu dan kau tahu, ini praktikum tercepat yang pernah kami (aku dan
teman-temanku) lakukan padahal waktu dimulainya saja jam 13.00 WIB..
Selepas
sholat aku berniat untuk pulang tetapi aku sudah sangat ingin (kira-kira sejak
sepekan lalu sebelum hari itu) menginjakkan kakiku ke tempat yang paling
kusenangi. Coba tebak? Yap! Benar sekali, apalagi kalau bukan TOKO BUKU.. dan
saat itu juga aku tidak jadi mengayuh sepedaku menuju tempat tinggal tetapi
berbelok ke arah di mana toko buku itu terletak. Di sekitar ITS ini ada 2 Toko
Buku yang bisa aku kunjungi, pertama aku berencana menuju Toko Buku MANYAR JAYA
di daerah Kalibokor-Manyar dan kedua Toko Buku GRAMEDIA di daerah Kertajaya.
Dua toko buku
inilah yang aku kenal sejak aku kecil karena dulu aku pernah tinggal di daerah
Manyar tepatnya di Manyar Sabrangan IX (maaf ya aku lupa nomer berapa..) dan
bisa dibilang perjalananku kali ini adalah NOSTALGIA dan MENYUSURI WAKTU karena
saat menyusuri jalanan itu, aku merasa kembali ke masa kanak-kanakku saat aku
tinggal di tempat itu.
Pukul 17.15
dengan usia sepeda yang hampir sama dengan usiaku yaitu 18 tahun, kayuhan
kakiku ternyata sudah membawaku tiba di daerah—yang aku lupa namanya—tempat
Perguruan Tinggi bernama ITATS berada. Sebenarnya letak toko buku itu tidak
jauh namun karena aku hanya mengendarai sepeda bututku dan dengan sisa tenaga
yang ada—karena belum makan sejak tadi siang—perjalanan ini terasa lama tetapi
hal itu tidak membuatku lelah karena di akhir perjuanganku ini aku yakin tidak
membuahkan sesuatu yang sia-sia. Bukankah kata orang “Semakin keras PERJUANGAN kita maka
semakin BESAR apa yang kita dapat nantinya.”
Saat menikmati—karena
hari sudah sangat SENJA—perjalanan ini dengan melihat pemandangan sekitar dan
suara bising dari motor-motor dan mobil yang selalu mendahului laju sepedaku,
tiba-tiba kudengar adzan panggilan untuk sholat maghrib dan segera saja
kuakhiri kayuhanku saat aku melihat ada musholla bernama Baitun Nur di sebelah
gang bertuliskan KEDUNG TOMAS. Ternyata waktu telah menunjukkan pukul 17.35 dan
perutku masih dalam keadaan kosong dan meronta. Mengingat penyakit maag yang
aku punya, segera saja aku menuju warung (yang mana aku memarkir sepedaku di
depan warung itu) beberapa langkah dari musholla—seusai aku sholat
tentunya—untuk membeli nasi dan ternyata hanya tinggal satu bungkus nasi yang
ada di situ, jadilah aku tidak bisa memilih makanan sesuai selera. Sebenarnya
itu tak masalah sebab aku masih bisa makan daripada nasib seorang—yang usianya
hampir renta—yang datang ke warung itu (saat aku makan) dan tidak mendapat
apa-apa tentunya.
Usai makan,
kulanjutkan perjalananku kembali menuju tempat pertama yaitu toko buku Manyar
Jaya. Kembali kudengar suara bising bersahut-sahutan dari motor-mobil yang
berkejaran saat aku menyusuri jalan. Pukul 17.50 aku tiba di tempat pertama,
sungguh! Toko ini berubah total dari yang pernah kuingat, sebenarnya bukan
perubahan fisik tetapi isinya. Sepi, rasanya seperti aku bisa memiliki semua
buku di sini dan akulah pengunjung pertama malam itu. Sayangnya aku tidak
mendapatkan buku yang sedang kucari karena toko ini sepertinya sudah tidak update buku-buku baru tetapi sayang
sekali bila aku tidak membeli apapun di tempat ini, jadilah aku membeli dua
judul buku yaitu NYANYI SUNYI-nya Amir Hamzah dan TEBARAN MEGA-nya Sultan
Takdir Alisjahbana karena buku itulah yang terlihat lebih keren tampilannya
dibanding buku-buku lain meskipun judul buku lain itu sebenarnya juga tentang
Syair dan Puisi yang ditulis oleh penulis yang kukagumi.
Saat aku
membayar buku itu kulihat angka yang tertera di Hape-ku—karena aku tidak punya jam tangan—dan bertuliskan 18.30.
Wow! Ternyata waktu yang kuhabiskan hanya 40 menit padahal aku telah
berkeliling melihat seluruh buku-buku yang ada disana, mulai dari lantai dua
ada Islamic Center berisi buku-buku agama islam bertema filosofi, pendidikan,
pernikahan, kehidupan, peribadatan, bahasa, dan banyak jenis Al-qur’an juga.
Selain itu ada buku-bukunya Kahlil Gibran tentang filosofi, agama, novel, syair
dan sebagainya juga ada buku-buku agama selain Islam. setelah itu aku kembali
ke lantai satu ada economic and bussiness corner berisi buku-buku sosial
seperti ekonomi, bisnis, hukum, psikologi, bahasa dan sastra teori, selain itu
di sudut lain ada kamus-kamus, buku-buku pelajaran SMP dan SMA, desain dan
arsitektur, agronomi, hidrologi, perhutanan, panduan berbagai jenis masakan,
buku tentang komputer dan software yang ada, dan terakhir ada karya sastra lama
dan jadul. Meski dibilang isi toko buku ini cukup banyak tetapi tidak ada
novel-novel dan karya sastra terbaru dari para penulis karena seperti yang aku
bilang sebelumnya bahwa toko ini sudah tidak update lagi.
Usai membayar
aku keluar menuju parkiran namun aku terhenyak karena sepeda bututku terletak
di luar tempat parkir. Sepertinya pak penjaga parkir tidak mau menerima uang
dariku, padahal barang itu sudah merupakan barang mewah dan sangat penting
buatku namun ya.. itulah nasib, mungkin memang itulah perumpamaan yang
tepat bahwasannya rakyat kecil itu tidak dianggap ada dan tidak perlu
dipelihara dengan baik seperti yang terjadi pada sepeda bututku bila
dibandingkan dengan motor dan mobil yang juga parkir di sana.
Hmm ya sudah
kalu begitu.. kulanjutkan perjalananku melewati jl. Kalibokor, ITS jurusan D3
Teknik Mesin di Manyar, para pedagang es kelapa di sepanjang pinggir jalan,
Rumah Sakit Jiwa Menur, Manyar Sabrangan dan aku berbelok ke Manyar Sambongan
untuk menunaikan sholat isya’ di masjid SDI Maryam (tempat dimana aku menimba
ilmu kelas 1 sampai 4 SD belasan tahun lalu), itulah mengapa tadi aku sebutkan
bahwa perjalanan ini adalah ‘Nostalgia dan Menyusuri Waktu’, tak banyak yang
berubah dari tempat ini, hanya saja ada tempat parkir yang beratap, masjid yang
sudah ditingkat 2, dan klinik yang diperbagus kursi tunggunya dan lainnya tidak
berubah tetapi entahlah jika di dalam sekolah karena hari sudah sangat gelap
dan aku tahu kalau sejak dulu sekolah itu terlihat lebih seramn saat malam
hari.
Sebelum
melanjutkan perjalananku aku merasa sudah terlalu lelah untuk melanjutkan
perjalanan maka ku sms abi dan meminta no.hape om-ku yang tinggal di manyar
sabrangan dan mampir kesana untuk menginap. Alhamdulillah, ternyata om-ku ada
di tempat dan aku bisa kesana malam itu. Sesampai disana aku bercanda ria
dengan adik sepupu kecilku dan ditraktir bakso oleh om-ku. Memang benar, ternyata rezeki
itu tak akan kemana dan setiap kita pasti sudah ada jatahnya, namun semakin
terus dicari maka semakin banyak yang didapat. Bukankah Nabi SAW bersabda
“Carilah duniamu seakan kau hidup selamanya dan kerjakan akhiratmu seakan kau
mati esok hari.”
Kuutarakan
niatku untuk melanjutkan perjalananku ke toko buku Gramedia kertajaya dan om-ku
bersedia mengantarku ke tempat itu. Sungguh sangat menyenangkan rasanya
membayangkan aku bisa melihat banyak buku nanti di sana. Maka kemudian
berangkatlah kami bertiga (aku, om-ku, dan anaknya) ke Gramedia. Tanpa
basa-basi, dengan cepat kutitipkan jaketku dan menuju surga buku yaitu lantai
2, seingatku tempat ini tidak berubah, tetap ramai, tetap nyaman, tetap bagus
tetapi sepertinya dulu tempat buku tidak di lantai dua tapi.. entahlah biarkan
saja. Sampai di lantai dua, aku berkeliling ke setiap sudut yang ada,
kutelusuri semua bagian rak yang ada di sana, ada banyak karya sastra baru dari
Habiburrahman, A.Fuadi, Fahd Jibran, Tere-Liye, Donny, dan buku-buku lain yang
pernah kubaca namun belum sempat kubeli seperti karya N.H Dini, Dwi Pranoto,
Ari Nur dan lainnya, ada juga majalah National
Geographic dan aku terusik untuk membeli semua yang ada namun uang di
sakuku sudah tak cukup untuk membeli 2 buku saja.. setelah sekitar satu jam aku
disana—dari jam 20.35 sampai 21.25—akhirnya kuputuskan untuk membeli tulisan
karya Ifa Avianty berjudul Daun Kamboja Luruh Satu-Satu. Kau tahu, rasanya
senang sekali hari ini karena pada akhirnya aku bisa membeli buku dengan uangku
sendiri sebab sejak dulu ibuku melarang untuk membeli hal-hal seperti itu
(novel, buku puisi, majalah, komik dan lain sebagainya yang sekiranya tidak
memberi manfaat yang lama) tapi buatku novel dan buku-buku sastra adalah hal
yang sangat penting menunjang ilmu dan karya-karyaku dan aku setuju bahwa aku
tidak akan membeli komik karena hanya bisa dibaca sekali dan cepat membuatku
bosan.
Kembali ke
rumah om di Manyar, aku tidur jam 23 dan bangun kembali setengah 5 padahal aku
harus menghadiri kegiatan di kampus pukul setengah 7. Aku bergegas mengejar
waktu, mandi, sholat, sarapan, dan bersiap-siap merapikan barangku, mengecek
dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Pukul setengah 6 mulai kukayuh
sepedaku menuju tempat kosku kembali. Seperti yang aku bilang di awal tadi
bahwasannya sebenarnya jarak ITS-Manyar tidak terlalu jauh namun dengan
keadaanku yang mengendarai sepeda hal itu terasa sedikit lebih berat dan aku
bertekad untuk mengejar waktu agar nantinya waktu tidak mengejarku. Kutekadkan
dan kuniatkan dalam batin dan perasaanku untuk mengayuh sepeda ini dengan cepat
dan sampai di tempat kos pukul 06.00 atau Manyar-ITS dalam waktu setengah jam.
Mungkin bagi pembalap sepeda yang sudah profesional itu terlalu lama tetapi
buatku itu adalah hal yang lumayan susah.. namun tidak kusangka jam 05.59 aku
tiba di depan tempat tinggalku dan membuka pagar. Mungkin memang seharusnya Kitalah yang
mengejar waktu jika mau lebih produktif dan lebih baik daripada hari ini
daripada Waktu yang mengejar kita dan akhirnya memotong kita, Bukankah WAKTU
adalah PEDANG untuk orang arab dan WAKTU adalah UANG untuk orang barat?
Dan saya telah membuktikan bahwa KITA PASTI BISA mengejar waktu.. jadi mari
bersama-sama kita berubah menjadi manusia yang lebih produktif dan bermanfaat
dengan mengejar waktu yang hanya diberikan 24 jam dalam sehari ini..
follow me @qhimahatthoyyib