Sabtu, Desember 17, 2011

Hidup antara Waktu dan Laju


Hari itu, jum’at 16 desember 2011 pukul 16.30, selepas praktikum Kimia Dasar aku bergegas menuju masjid Manarul Ilmi (MMI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk melaksanakan sholat ashar karena waktu ashar tidak sampai satu jam lagi. Huff! Praktikum ini memang menyita waktu dan kau tahu, ini praktikum tercepat yang pernah kami (aku dan teman-temanku) lakukan padahal waktu dimulainya saja jam 13.00 WIB..
                Selepas sholat aku berniat untuk pulang tetapi aku sudah sangat ingin (kira-kira sejak sepekan lalu sebelum hari itu) menginjakkan kakiku ke tempat yang paling kusenangi. Coba tebak? Yap! Benar sekali, apalagi kalau bukan TOKO BUKU.. dan saat itu juga aku tidak jadi mengayuh sepedaku menuju tempat tinggal tetapi berbelok ke arah di mana toko buku itu terletak. Di sekitar ITS ini ada 2 Toko Buku yang bisa aku kunjungi, pertama aku berencana menuju Toko Buku MANYAR JAYA di daerah Kalibokor-Manyar dan kedua Toko Buku GRAMEDIA di daerah Kertajaya.
Dua toko buku inilah yang aku kenal sejak aku kecil karena dulu aku pernah tinggal di daerah Manyar tepatnya di Manyar Sabrangan IX (maaf ya aku lupa nomer berapa..) dan bisa dibilang perjalananku kali ini adalah NOSTALGIA dan MENYUSURI WAKTU karena saat menyusuri jalanan itu, aku merasa kembali ke masa kanak-kanakku saat aku tinggal di tempat itu.
Pukul 17.15 dengan usia sepeda yang hampir sama dengan usiaku yaitu 18 tahun, kayuhan kakiku ternyata sudah membawaku tiba di daerah—yang aku lupa namanya—tempat Perguruan Tinggi bernama ITATS berada. Sebenarnya letak toko buku itu tidak jauh namun karena aku hanya mengendarai sepeda bututku dan dengan sisa tenaga yang ada—karena belum makan sejak tadi siang—perjalanan ini terasa lama tetapi hal itu tidak membuatku lelah karena di akhir perjuanganku ini aku yakin tidak membuahkan sesuatu yang sia-sia. Bukankah kata orang “Semakin keras PERJUANGAN kita maka semakin BESAR apa yang kita dapat nantinya.”
Saat menikmati—karena hari sudah sangat SENJA—perjalanan ini dengan melihat pemandangan sekitar dan suara bising dari motor-motor dan mobil yang selalu mendahului laju sepedaku, tiba-tiba kudengar adzan panggilan untuk sholat maghrib dan segera saja kuakhiri kayuhanku saat aku melihat ada musholla bernama Baitun Nur di sebelah gang bertuliskan KEDUNG TOMAS. Ternyata waktu telah menunjukkan pukul 17.35 dan perutku masih dalam keadaan kosong dan meronta. Mengingat penyakit maag yang aku punya, segera saja aku menuju warung (yang mana aku memarkir sepedaku di depan warung itu) beberapa langkah dari musholla—seusai aku sholat tentunya—untuk membeli nasi dan ternyata hanya tinggal satu bungkus nasi yang ada di situ, jadilah aku tidak bisa memilih makanan sesuai selera. Sebenarnya itu tak masalah sebab aku masih bisa makan daripada nasib seorang—yang usianya hampir renta—yang datang ke warung itu (saat aku makan) dan tidak mendapat apa-apa tentunya.
Usai makan, kulanjutkan perjalananku kembali menuju tempat pertama yaitu toko buku Manyar Jaya. Kembali kudengar suara bising bersahut-sahutan dari motor-mobil yang berkejaran saat aku menyusuri jalan. Pukul 17.50 aku tiba di tempat pertama, sungguh! Toko ini berubah total dari yang pernah kuingat, sebenarnya bukan perubahan fisik tetapi isinya. Sepi, rasanya seperti aku bisa memiliki semua buku di sini dan akulah pengunjung pertama malam itu. Sayangnya aku tidak mendapatkan buku yang sedang kucari karena toko ini sepertinya sudah tidak update buku-buku baru tetapi sayang sekali bila aku tidak membeli apapun di tempat ini, jadilah aku membeli dua judul buku yaitu NYANYI SUNYI-nya Amir Hamzah dan TEBARAN MEGA-nya Sultan Takdir Alisjahbana karena buku itulah yang terlihat lebih keren tampilannya dibanding buku-buku lain meskipun judul buku lain itu sebenarnya juga tentang Syair dan Puisi yang ditulis oleh penulis yang kukagumi.
Saat aku membayar buku itu kulihat angka yang tertera di Hape-ku—karena aku tidak punya jam tangan—dan bertuliskan 18.30. Wow! Ternyata waktu yang kuhabiskan hanya 40 menit padahal aku telah berkeliling melihat seluruh buku-buku yang ada disana, mulai dari lantai dua ada Islamic Center berisi buku-buku agama islam bertema filosofi, pendidikan, pernikahan, kehidupan, peribadatan, bahasa, dan banyak jenis Al-qur’an juga. Selain itu ada buku-bukunya Kahlil Gibran tentang filosofi, agama, novel, syair dan sebagainya juga ada buku-buku agama selain Islam. setelah itu aku kembali ke lantai satu ada economic and bussiness corner berisi buku-buku sosial seperti ekonomi, bisnis, hukum, psikologi, bahasa dan sastra teori, selain itu di sudut lain ada kamus-kamus, buku-buku pelajaran SMP dan SMA, desain dan arsitektur, agronomi, hidrologi, perhutanan, panduan berbagai jenis masakan, buku tentang komputer dan software yang ada, dan terakhir ada karya sastra lama dan jadul. Meski dibilang isi toko buku ini cukup banyak tetapi tidak ada novel-novel dan karya sastra terbaru dari para penulis karena seperti yang aku bilang sebelumnya bahwa toko ini sudah tidak update lagi.
Usai membayar aku keluar menuju parkiran namun aku terhenyak karena sepeda bututku terletak di luar tempat parkir. Sepertinya pak penjaga parkir tidak mau menerima uang dariku, padahal barang itu sudah merupakan barang mewah dan sangat penting buatku namun ya.. itulah nasib, mungkin memang itulah perumpamaan yang tepat bahwasannya rakyat kecil itu tidak dianggap ada dan tidak perlu dipelihara dengan baik seperti yang terjadi pada sepeda bututku bila dibandingkan dengan motor dan mobil yang juga parkir di sana.
Hmm ya sudah kalu begitu.. kulanjutkan perjalananku melewati jl. Kalibokor, ITS jurusan D3 Teknik Mesin di Manyar, para pedagang es kelapa di sepanjang pinggir jalan, Rumah Sakit Jiwa Menur, Manyar Sabrangan dan aku berbelok ke Manyar Sambongan untuk menunaikan sholat isya’ di masjid SDI Maryam (tempat dimana aku menimba ilmu kelas 1 sampai 4 SD belasan tahun lalu), itulah mengapa tadi aku sebutkan bahwa perjalanan ini adalah ‘Nostalgia dan Menyusuri Waktu’, tak banyak yang berubah dari tempat ini, hanya saja ada tempat parkir yang beratap, masjid yang sudah ditingkat 2, dan klinik yang diperbagus kursi tunggunya dan lainnya tidak berubah tetapi entahlah jika di dalam sekolah karena hari sudah sangat gelap dan aku tahu kalau sejak dulu sekolah itu terlihat lebih seramn saat malam hari.
Sebelum melanjutkan perjalananku aku merasa sudah terlalu lelah untuk melanjutkan perjalanan maka ku sms abi dan meminta no.hape om-ku yang tinggal di manyar sabrangan dan mampir kesana untuk menginap. Alhamdulillah, ternyata om-ku ada di tempat dan aku bisa kesana malam itu. Sesampai disana aku bercanda ria dengan adik sepupu kecilku dan ditraktir bakso oleh om-ku. Memang benar, ternyata rezeki itu tak akan kemana dan setiap kita pasti sudah ada jatahnya, namun semakin terus dicari maka semakin banyak yang didapat. Bukankah Nabi SAW bersabda “Carilah duniamu seakan kau hidup selamanya dan kerjakan akhiratmu seakan kau mati esok hari.”
Kuutarakan niatku untuk melanjutkan perjalananku ke toko buku Gramedia kertajaya dan om-ku bersedia mengantarku ke tempat itu. Sungguh sangat menyenangkan rasanya membayangkan aku bisa melihat banyak buku nanti di sana. Maka kemudian berangkatlah kami bertiga (aku, om-ku, dan anaknya) ke Gramedia. Tanpa basa-basi, dengan cepat kutitipkan jaketku dan menuju surga buku yaitu lantai 2, seingatku tempat ini tidak berubah, tetap ramai, tetap nyaman, tetap bagus tetapi sepertinya dulu tempat buku tidak di lantai dua tapi.. entahlah biarkan saja. Sampai di lantai dua, aku berkeliling ke setiap sudut yang ada, kutelusuri semua bagian rak yang ada di sana, ada banyak karya sastra baru dari Habiburrahman, A.Fuadi, Fahd Jibran, Tere-Liye, Donny, dan buku-buku lain yang pernah kubaca namun belum sempat kubeli seperti karya N.H Dini, Dwi Pranoto, Ari Nur dan lainnya, ada juga majalah National Geographic dan aku terusik untuk membeli semua yang ada namun uang di sakuku sudah tak cukup untuk membeli 2 buku saja.. setelah sekitar satu jam aku disana—dari jam 20.35 sampai 21.25—akhirnya kuputuskan untuk membeli tulisan karya Ifa Avianty berjudul Daun Kamboja Luruh Satu-Satu. Kau tahu, rasanya senang sekali hari ini karena pada akhirnya aku bisa membeli buku dengan uangku sendiri sebab sejak dulu ibuku melarang untuk membeli hal-hal seperti itu (novel, buku puisi, majalah, komik dan lain sebagainya yang sekiranya tidak memberi manfaat yang lama) tapi buatku novel dan buku-buku sastra adalah hal yang sangat penting menunjang ilmu dan karya-karyaku dan aku setuju bahwa aku tidak akan membeli komik karena hanya bisa dibaca sekali dan cepat membuatku bosan.
Kembali ke rumah om di Manyar, aku tidur jam 23 dan bangun kembali setengah 5 padahal aku harus menghadiri kegiatan di kampus pukul setengah 7. Aku bergegas mengejar waktu, mandi, sholat, sarapan, dan bersiap-siap merapikan barangku, mengecek dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Pukul setengah 6 mulai kukayuh sepedaku menuju tempat kosku kembali. Seperti yang aku bilang di awal tadi bahwasannya sebenarnya jarak ITS-Manyar tidak terlalu jauh namun dengan keadaanku yang mengendarai sepeda hal itu terasa sedikit lebih berat dan aku bertekad untuk mengejar waktu agar nantinya waktu tidak mengejarku. Kutekadkan dan kuniatkan dalam batin dan perasaanku untuk mengayuh sepeda ini dengan cepat dan sampai di tempat kos pukul 06.00 atau Manyar-ITS dalam waktu setengah jam. Mungkin bagi pembalap sepeda yang sudah profesional itu terlalu lama tetapi buatku itu adalah hal yang lumayan susah.. namun tidak kusangka jam 05.59 aku tiba di depan tempat tinggalku dan membuka pagar. Mungkin memang seharusnya Kitalah yang mengejar waktu jika mau lebih produktif dan lebih baik daripada hari ini daripada Waktu yang mengejar kita dan akhirnya memotong kita, Bukankah WAKTU adalah PEDANG untuk orang arab dan WAKTU adalah UANG untuk orang barat? Dan saya telah membuktikan bahwa KITA PASTI BISA mengejar waktu.. jadi mari bersama-sama kita berubah menjadi manusia yang lebih produktif dan bermanfaat dengan mengejar waktu yang hanya diberikan 24 jam dalam sehari ini..

follow me @qhimahatthoyyib

Rabu, Desember 14, 2011

Sesuatu Itu Untukmu TEMAN


                                                    Dari seseorang yang aku anggap keluarga

yang sayang ma temen WAJIB baca!!!

Ternyata tanpa di sadari Film spongebob banyak kata2 mutiaranya. tapi sayang mungkin banyak anak yang belum mengerti bahwa ada sesuatu makna dibalik film spongebob apalagi dari kata2nya si Patrick ane ajah baru tahu nih hehehe . . .

1.Pengetahuan tidak dapat menggantikan persahabatan. Aku (Patrick) lebih suka jadi idiot daripada kehilanganmu (Spo...ngebob)'
2. Spongebob: Apa yg biasanya kau lakukan...... saat aku pergi? patrick : menunggumu kembali.
... 3. Saat sponge bob menjadi kaya dan melupakan patrick juga tmn2 spongebob yang kaya pergi dari spongebob, spongebob memohon kepada patrick, dan patrick berkata: 'kalau uang bisa membuatku melupakan sahabat terbaikku, maka aku lebih memilih untuk tidak punya uang sama sekali'
4. Saat patrick di fitnah mencuri jaring ubur2 nya spongebob,patrick berkata: ' Tak apa kawan.. aku mungkin hanya bintang laut yang jelek.. lebih baik aku pergi dari bikini bottom.. ini, ambil saja barang2ku.. tapi aku tak pernah mengambil jaring mu kawan..' (Patrick dituduh nyolong jaring dan dia sabar aja)
5. Patrick berteriak : 'AKU JELEK DAN AKU BANGGA!!!
6. Kalau kamu memberitahukan rahasia kepada seseorang, maka itu namanya bkn rahasia lagi.
7. Pas spongebob mau masuk anggota jelly spotter.. terakhirnya patrick bilang: 'pemujaan yang berlebihan itu tidak sehat..'
8. Waktu itu ortu Patrick mau datang jenguk anaknya. Tapi Patrick takut dikatain bodoh sama ortunya. Demi Patrick, SpongeBob bela2in akting jadi orang bego biar ortu Patrick ga ngatain anaknya bego. Trus Patrick bilang ke SpongeBob: 'TEMAN ADALAH KEKUATAN'
9. Waktu patrick dianggap ada keturunan raja terus mulai ngambil barang2 milik orang lain, terus dia berkata: 'hidup itu memang tidak adil, jadi biasakanlah dirimu'..
10. Waktu spongebob mau les nyetir buat dapetin sim..'seharusnya kau belajar berjalan dulu nak, baru lah kau bisa berlari..'
11. Waktu episode yg si spongebob nyari spatula baru, terus dia dapet spatula yg emas,tapi si spatula emasnya ga nurut sama si spongebob akhirnya dia balik pk spatula nya yg lama. trus si spongebob ngomong: 'Ternyata semua yg berkilau itu belum tentu emas'.
dan bahwa sahabat adalah yang terbaik, itu adalah benar...

salam inspirasi:D

follow me @qhimahatthoyyib

Minggu, Desember 04, 2011

Senja di Taman Baca


 
                 Pukul 15.35
                Taman Baca Anggrek Bulan didirikan oleh IIDI (Ikatan Istri Dokter Indonesia), itulah tulisan yang ada di papan nama saat pertama kali aku datang kesana, tempatnya horor, temboknya berwarna hijau toska, ada rak buku di pojok depan sejajar dengan pintu dan penuh dengan berbagai buku anak-anak, buku cerita, buku pelajaran, majalah anak-anak serta terdapat meja di tengah ruangan dan beberapa kursi yang telah dirapikan dan ada di pojok belakang ruangan. Benar-benar tempat yang menyeramkan, banyak sarang laba-laba, kotor dan sedikit bau seperti rumah tak berpenghuni tetapi juga menyenangkan karena aku selalu terpesona pada suatu tempat yang penuh dengan buku penuh dengan gudangnya ilmu.
                “Dek, kita sapu dulu ya.. terus diberesin juga mejanya..” seorang kakak pengajar membangunkanku dari imajinasiku, setelah kami (terlebih dia) membuka pintu Taman Baca.
                “Iya kak..” jawabku singkat.
---000---
                Pukul 16.03
                Sepi. Belum ada satu pun adik yang datang ke Taman Baca ini, hanya ada kami berdua dan dua orang kakak pengajar ikhwan yang salah satunya telah mengumumkan lewat speaker masjid bahwa kakak-kakak pengajar sudah datang. Tak lama kemudian mereka pun berdatangan, sendiri, berdua, bergerombol, bermacam-macam, memakai baju koko kesayangan mereka berwarna apa yang mereka suka, memakai busana muslim dan berkerudung sesuka hati mereka tak peduli apakah kerudung mereka melenceng kesana kemari, tak peduli apakah ada yang peduli, ada juga yang suka memakai jaket seperti aku, ditambah lagi membawa tas favorit mereka di punggung, di samping kanan atau kiri berisi alat tulis dan buku pelajaran yang akan mereka pelajari kali ini.
                “Ayo kita mulai... berdo’a dulu ya..”
Setelah semua duduk dengan tenang, belajar-mengajar pun dimulai dengan do’a bersama, “Isti’daadan, Du’aa-an..” kakak pengajar memimpin do’a tanda do’a segera dimulai.
Bismillaaahirrahmaaanirrahiiim, Alhamdulillahirobbil ‘alamiiinn, arrohmaaaanirrohiiimm, maaaliki yaumiddiiinn, iyyaaakana’budu waiyyaaakanasta’iiinn, ihdinas shiroootol mustaqiiiim, shiroootolladziiina an’amta ‘alaihim ghoiril maghdzuuuubi ‘alaihim waladzdzoooollllliiiiiinnn, aaaaaamiiiiiinnn... ” Surat Alfatihah-pun dibaca bersama dengan suara dan gaya kanak-kanak mereka. Kemudian belajar-pun dimulai.
Senja itu aku sangat bahagia melihat riang tawa mereka, melihat tangis haru antara mereka, melihat betapa bahagianya mereka saat bersama, belajar bersama, saling bercanda, saling berebut, saling berdebat, saling menuduh, berlarian, berkejaran, benar-benar anak-anak yang sesungguhnya dan rasanya seperti kembali ke masa-masa lampau yang telah kulewati sekitar 13 tahun lalu. Tidak terasa ya sudah tua..
---000---
                Pukul 14.30
                Aku bersiap-siap merapikan diriku, menyetrika bajuku, menyiapkan segalanya yang aku perlukan, tempat pensil, buku pelajaran SMP, daftar hadir dan mengecek ban sepedaku serta memastikan bahwa ia benar-benar tidak kempes dan dapat kugunakan tak lupa pula sholat ashar sebelum berangkat. Ada yang bisa menebak aku mau kemana? Hmm..
                Aku, seorang mahasiswa baru yang sibuk mencari hal-hal baru yang benar-benar ingin aku kerjakan dan benar-benar telah aku rencanakan semasa SMA setelah aku lulus nantinya. Kegiatan rutin yang aku jalani saat ini adalah mengajar, ada dua jenis mengajar dan salah satunya adalah membina anak-anak di Taman Baca Anggrek Bulan.
                Beranjak senja ini adalah jadwalku membina anak-anak di Taman Baca, jadwal yang aku rutinkan dalam agendaku sekali dalam sepekan pada hari ahad pukul 16.00 WIB. Kegiatan rutin ini diadakan oleh BPU (Badan Pelayanan Umat) JMMI ITS dan aku bersama kakak-kakak pengajar lain mencari pengalaman, berbagi ilmu dan menebarkan manfaat.
                Senja ini bukanlah kali pertama aku mengajar, tapi aku tetap dengan semangatku berangkat menuju Taman Baca Anggrek Bulan ditemani senja (baca : sepeda)  kesayanganku (karena satu-satunya :D ), bergegas dan ingin cepat-cepat bertemu mereka, bertemu anak-anak itu, melihat keriangan mereka dan menebak, menanti ulah apa lagi yang akan mereka buat hari ini. Begitulah.. kegiatan rutinku setiap akhir pekan meski tak pernah pulang dan bertemu ayah dan bunda, aku tetap bahagia, bersama mereka aku teringat pada adik-adikku di rumah, bersama mereka aku bisa berbagi cerita, berbagi rasa, berbagi pengalaman, berbagi pengetahuan, berbagi apa saja yang aku punya, berbagi apa saja yang ada.   

follow me @qhimahatthoyyib

Kamis, Desember 01, 2011

Akulah Serigala Berbulu Domba


Oleh : Qurrota A’yun Thoyyibah XII IPA 3
-Entahlah apa yang aku pikirkan. Kenapa sekarang diriku berbeda. Kata temanku seperti itu-

            Baru saja aku mematikan televisi 21 inci yang ada di kamarku-Huh! Ribut sekali, berita yang disiarkan selalu yang itu-itu, bukan aku malas mendengarnya atau tak mau mengerti apa yang terjadi pada negeri ini. Seharusnya hidup ini seindah pelangi, meski berwarna-warni tetap saja terlihat indah-Seorang loper koran melemparkan koran itu seperti biasa ke dalam rumah, hanya di depan pintu saja, aku memungutnya dan pertama kali yang aku lihat adalah headline-nya. Huh! Berita itu lagi, tak sengaja aku lempar koran itu jauh-jauh agar tak terlihat lagi oleh mataku.

            Kata orang, berita yang gencar saat ini adalah memang berita itu. Kawan! Mau tahukah kau itu berita apa? Memang, sebenarnya sangat tidak enak didengar tapi apalah dayaku menghadapi keingintahuanmu. KORUPSI. Itulah beritanya, ku tulis besar-besar agar kau tak bertanya lagi di akhir cerita. Media massa manapun, selalu memuat berita-berita seperti itu, korupsi, koruptor, tak tahu apa! Bahwa masyarakat Indonesia terutama aku sudah muak mendengarkannya. Bisa apa media massa itu, apa mereka pikir dengan semakin sering  diberitakan maka pelaku akan mengaku? Tidak mungkin, mustahil! Malah para koruptor itu menjadi semakin kebal [1] terhadap pemberitaan tentang mereka. Katanya, media massa adalah anjing penyalak[2] dan kontrol negara dan pemerintahan tapi mana buktinya.

            Kawan, tahukah kalian arti dari kata 'Korup'? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi kata 'Korup' adalah memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya. Jadi, koruptor bukan hanya seseorang yang menggelapkan[3] uang untuk kepentingan sendiri namun juga menggelapkan hal-hal lain. Contohnya saja, pohon yang diciptakan oleh Tuhan kita adalah koruptor, ia makan, minum, bernafas tapi tidak melakukan apa-apa, pemalas! Tidak bergerak seperti kita. Tapi, pohon sangat bermanfaat dalam kehidupan kita, penyuplai oksigen utama.

            Oh ya! Kawan, aku lupa memperkenalkan diri padamu. Namaku Danang, Danang Kusuma Atmaja, saat ini usiaku 18 tahun, kata temanku aku adalah anak terdisiplin yang ada di sekolah. Kata-kata mereka yang aku tangkap adalah seperti ini :

            “Oi, Danang!” Doni menyapaku dari belakang, saat aku hendak masuk melewati gerbang sekolah. Saat itu aku berusia 16 tahun-1SMA-dan Doni adalah teman sekelasku.
            “Apa?” jawabku sambil menengok padanya.
            “Rajin amat! Udah sampe sini, amat aja gak rajin! Hahaha.” balas Doni sambil tertawa.
            “Iya, udah sampe aja!” temanku Wid ikut menimpali percakapan kami, berkata sambil memegang pundakku. Aku terkaget dan aku menengok padanya.
***
            “Anak-anak, pada pertemuan kali ini kita akan membuat karya sastra dan bapak akan mengirimkan karya kalian ke rubrik Horison[4]. Karya sastra yang kalian buat terserah kalian, boleh puisi, cerpen, esai, resensi atau apapun. Kumpulkan hari ini paling lambat jam 3 sore nanti di meja saya!” guruku, Kresna Hariwangsa namanya, guru Bahasa Indonesia di sekolah, yang paling aku idolakan.

            Setelah memberi tugas padaku dan teman-teman sekelas, pak Kresna keluar dari ruang kelas dan aku juga segera keluar dengan membawa pensil dan kertas-yang telah menjadi separuh nyawaku-mencari inspirasi.

            Aku sangat suka menulis puisi, sampai saat ini aku telah punya 2 buku puisi berisi puisi-puisi yang aku buat sendiri namun belum ada satu karya pun ku kirimkan ke majalah manapun. Aku jadi teringat puisi yang aku buat tentang korupsi dan para koruptor itu, aku membuatnya sebelum berita-berita itu sangat gencar seperti saat ini. Begini kira-kira isinya :

Pembawa Berita

Tak seorangpun tahu!
Bahwa kau si pelaku itu
Sangat cerdik
Meski caramu tak terdidik

Entahlah
Mengapa dirimu bangga
Dianggap serakah

Aku hanya pengisah
Tak bisa apa-apa

Aku hanya pelepah
Pembawa berita saja

Aku hanya kicau burung
Tak seorangpun percaya padaku
Meski ku berkicau merdu
Kau tetap penipu

Bagaimana pendapatmu? Itulah puisiku. Menurutku kurang panjang isinya dan belum mengena tapi dayaku sudah tiada, sudah terasa muak menulisnya.

            Sejak saat ini aku bertekad dan bila ditanya tentang apa cita-citaku aku menjawab akan menjadi ketua KPK (Komisi Pemberantas Korupsi) selain menjadi penulis yang sangat aku idamkan semenjak aku ada di tingkat tsanawiyah[5].
***
            “Bapak ini bagaimana! Laporan keuangan memang sudah benar, tapi mana hasilnya! Hah! Jawab! Saya ini atasan anda!”

            Yang baru saja kalian dengar adalah ucapan pak Dimas-Dimas Hadi nama lengkapnya-yang sedang memarahi bawahannya. Bawahan yang sedang dimarahi hanya menunduk kemudian terduduk lesu di kursi kerjanya setelah ditinggalkan pak Dimas.

            Saat melihat sang bawahan terduduk lesu seperti itu, salah satu rekannya-Risha Fiatna namanya-menghampirinya. Mereka berdua adalah sahabat semenjak mereka kuliah di salah satu universitas terkenal di Jakarta dan sekarang mereka bekerja di tempat yang sama di daerah Jakarta pula.

            “Tenang aja, kalau dirimu tidak melakukan kesalahan buat apa takut!” Risha mencoba menenangkan hati temannya.
            “Tapi Rish, memang benar pak Dimas, aku memang salah!” jawabnya.
            “Apanya yang salah? Laporan sudah benar kan!” kata Risha mencoba menenangkan lagi.
            “Kamu kenapa sih, ketakutan seperti itu, bilang saja padaku, kamu memang agak sedikit berubah ya! Berbeda, tidak seperti biasanya.” Risha menangkap adanya hal mencurigakan pada wajah rekannya.
            “Entahlah, apa yang aku pikirkan. Kenapa sekarang diriku berbeda. Kata temanku-Risha sendiri-bilang seperti itu.” kata si bawahan itu dalam hati, menyesali perbuatannya sendiri.


            Kawan, tahukah apa yang diperbuat oleh bawahan itu? Jabatan bawahan itu adalah ketua KPK dan yang dilakukannya ternyata korupsi. KORUPSI. Aku perbesar agar kau tak lagi bertanya.

            Kawan, tahukah kalian! Sayangnya ketua KPK itu sendiri adalah aku. Aku yang dulu bercita-cita sebagai pemberantas korupsi. Aku yang muak sekali mendengar berita tentang korupsi. Aku yang dulu habis-habisan menulis, mengkritik lewat puisiku pada para koruptor.

            Kawan, akulah ‘Serigala Berbulu Domba’. Aku tak tahu mengapa semakin hari semakin liar. Di usiaku sekarang-54 tahun-aku tertangkap, tersiar di seluruh media massa yang memuakkan manusia dan para remaja. Kawan, semoga cerita ini berguna untukmu. Aku tak mau hal yang sama terjadi padamu.


[1]    tahan
[2]    Kritik, koreksi (melakukan)
[3]    Mengambil dengan sembunyi
[4]    Majalah Sastra
[5]    Jenjang pendidikan setingkat SMP

follow me @qhimahatthoyyib