Pendidikan merupakan salah satu hal
yang penting dalam kehidupan kita bahkan sejak baru dilahirkan kita sudah
dididik menjadi manusia dimulai dengan menangis lalu tengkurap, merangkak,
duduk, berjalan dan seterusnya hingga menjadi dewasa. Jenjang pendidikan
pertama yang ditempuh oleh semua manusia adalah kehidupan keluarga yang mana
jenjang dasar ini merupakan jenjang utama yang sangat penting untuk
kelangsungan jenjang pendidikan selanjutnya karena pendidikan yang diberikan
oleh keluarga ini akan dipegang teguh dan tertanam kuat pada diri seorang anak.
Dengan melihat pendidikan yang diberikan pada seorang anak oleh keluarga kita
dapat memprediksi bagaimana kisah hidup si anak selanjutnya.
Jenjang pendidikan kedua adalah
sekolah yang kemudian terdapat faktor lingkungan dan pergaulan dengan
orang-orang lain didalamnya seperti teman dan guru. Pengaruh lingkungan dan
pergaulan tersebut berbeda-beda dampaknya pada seorang anak, hal ini mungkin
saja disebabkan oleh keteguhan prinsip awal yang diberikan oleh keluarga dan
kecocokan atau kesamaan prinsip. Anak-anak yang tidak dapat memegang teguh
prinsip-prinsip yang diajarkan oleh keluarganya seringkali terpengaruh oleh
lingkungan disekitarnya terlebih bagi anak-anak yang sama sekali tidak
diajarkan tentang hal apapun oleh keluarga.
Pendidikan yang sangat penting ini sepertinya tidak termasuk dalam list hal penting yang harus diurusi dalam negara
kita Indonesia ini karena meskipun Departemen Pendidikan
Nasional Indonesia telah mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah upaya yang
direncanakan untuk mendirikan suatu lingkungan belajar dan proses kegiatan
pendidikan sehingga siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi yang ada
pada dirinya sendiri untuk mendapatkan tingkat religius dan spiritual,
kesadaran, kepribadian, kecerdasan, perilaku dan kreativitas untuk dirinya
sendiri, lainnya warga negara dan untuk bangsa namun semua hal tersebut
ternyata sama sekali tidak terealisasikan dengan baik.
Selama ini, sistem pendidikan di Indonesia masih perlu diperbaiki. Menurut
Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia, Rhenald Kasali. Beliau berujar
bahwa sistem pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan motorik.
Ilmuwan-ilmuwan di Indonesia kurang membentuk konsep diri sehingga cenderung
pintar namun sedikit bertindak. Hal ini juga ditandai dengan maraknya plagiat
yang turut diaksikan oleh para intelek. Selain itu sistem pendidikan Indonesia
terlalu memaksa peserta didik untuk dapat menguasai sekian banyak bidang studi
dengan materi yang sedemikian abstrak, yang selanjutnya membuat anak merasa
tertekan/stress yang dampaknya membuat mereka suka bolos, bosan sekolah,
tawuran, mencontek, dan lain-lain.
Alasan ketiga mengapa sistem pendidikan Indonesia perlu dibenahi adalah
sistem pendidikan nasional sekarang, masih mengedepankan pada pencapaian
berbasis nilai bukan pada keterampilan dan kompetensi sehingga kita tidak perlu
bertanya dan bingung mengapa banyak sarjana yang menganggur. Sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada nilai ternyata
menghasilkan dua produk. Pertama, pembunuhan kreatifitas berpikir dan berkarya
serta hanya menciptakan pekerja. Produk kedua dari
reaktan sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada nilai ialah
pengesampingan aspek afektif (merasa) sehingga peserta didik hanya tercetak
sebagai generasi-generasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter
yang dibutuhkan oleh bangsa ini.
Dari hal-hal tersebut dapat dikatakan bahwa banyak sekali
kelemahan dan kekurangan sistem pendidikan pada jenjang sekolah dan lingkungan.
Hal ini dapat diminimalisir atau dihilangkan dengan diperbaikinya jenjang
pendidikan keluarga sehingga hal-hal yang tertanam teguh pada seorang anak
adalah hal-hal yang positif dan dapat dibawa ke jenjang berikutnya dan dipegang
teguh selamanya oleh anak tersebut. (qhi)
follow me @qhimahatthoyyib