Sabtu, Juni 21, 2014

Senja Di Balik Ilalang


20-Juni-2014
Senja itu waktu menunjukkan 16.47 WIB,
Anti dimana ukh?
Dimana ya? Rasanya perlu bait-bait panjang untuk menjawab pertanyaanmu. Bukan karena aku tak mau menjawabnya saat itu, terlebih karena tempat ini tak bisa ditulis hanya dalam satu atau beberapa kata saja. Terlebih saat itu.
Pembaca, bayangkan jika saat ini anda berada di balai RW gebang Surabaya. Lalu bergeraklah ke arah utara sepanjang 50 meter (utamakan berjalan kaki), kemudian lanjutkan langkah anda sepanjang 200 meter ke arah timur. Di titik itu, anda akan menemukan pertigaan kompleks Kertajaya Regency, ITS, dan Jalan Kertajaya. Yap, kemudian pilih jalan ber-paving untuk melanjutkan perjalananmu hingga kau temui air mancur yang terletak pada pertengahan kompleks Kertajaya Regency. Sayangnya sore itu, air mancur tak membersamai langkahku, langkah kami, dan langkah kaki-kaki kecil yang sedang bersama kami.
Karena air mancur tak menyala, mari ikuti kami untuk melanjutkan perjalanan ini 250 meter ke depan. Ingat! Berjalanlah pada lajur balik kendaraan (sebelah barat jalan ber-paving). Bertentangan memang dengan aturan untuk pejalan kaki yang seharusnya, tapi percayalah! Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kau akan merasakan keceriaan yang kami rasakan saat itu. Yap, senja itu.
Di balik ilalang itu kami berhenti. Ilalang itu menghentikanku, menghentikan langkah kami menghentikan langkah dari kaki-kaki kecil nan mungil yang membersamai kami. Ilalang itu menghentikan kami dari perjalanan panjang yang kami lalui dengan semangat, bukan hanya dengan berjalan, tapi juga dengan berlari dan berkejaran sepanjang hamparan rerumputan. Mulai dari terjatuh, bertabrakan, tertusuk duri, tergores kayu, tergigit semut, tergigit nyamuk, ada-ada saja ulah kaki-kaki mungil itu dan akibat yang mereka rasakan.
Di balik ilalang itu kami bersembunyi dari mentari, bermain dan bercanda, berfoto bersama, bersenandung dan bernyanyi, menyanyikan lagu hymne guru. Sulitnya minta ampun saat kami meminta para pemilik kaki mungil itu untuk berbaris rapi, bahkan hanya sekedar duduk diam dan mendengarkan ucapan kami. Melelahkan memang, tapi lelah itu akan hilang saat kau melihat senyuman pemilik kaki-kaki mungil itu. Terutama jika kau berada di rerumputan ini hanya berniat untuk Allah, menebar manfaat dan membahagiakan mereka dengan adanya kehadiranmu di antaranya.
Yap, senja itu di balik ilalang. Lagi-lagi pemilik kaki mungil itu menjadi stimulus penyemangat dari apa yang telah kulakukan satu bulan ke belakang. Meski aku sudah tak berada dalam lingkaran ini, tapi aku tetap di sini. Terimakasih teruntuk adik-adik binaan pemilik kaki mungil, pemilik senyum, yang telah menghiasi hariku dengan senyuman yang terkembang pada wajah mereka, karena merekalah para pelukis senyum.

follow me @qhimahatthoyyib