20-Juni-2014
Senja itu waktu menunjukkan 16.47
WIB,
Anti dimana ukh?
Dimana ya? Rasanya
perlu bait-bait panjang untuk menjawab pertanyaanmu. Bukan karena aku tak mau
menjawabnya saat itu, terlebih karena tempat ini tak bisa ditulis hanya dalam satu
atau beberapa kata saja. Terlebih saat itu.
Pembaca, bayangkan
jika saat ini anda berada di balai RW gebang Surabaya. Lalu bergeraklah ke arah
utara sepanjang 50 meter (utamakan berjalan kaki), kemudian lanjutkan langkah anda
sepanjang 200 meter ke arah timur. Di titik itu, anda akan menemukan pertigaan kompleks
Kertajaya Regency, ITS, dan Jalan Kertajaya. Yap, kemudian pilih jalan
ber-paving untuk melanjutkan perjalananmu hingga kau temui air mancur yang
terletak pada pertengahan kompleks Kertajaya Regency. Sayangnya sore itu, air
mancur tak membersamai langkahku, langkah kami, dan langkah kaki-kaki kecil
yang sedang bersama kami.
Karena air mancur
tak menyala, mari ikuti kami untuk melanjutkan perjalanan ini 250 meter ke
depan. Ingat! Berjalanlah pada lajur balik kendaraan (sebelah barat jalan
ber-paving). Bertentangan memang dengan aturan untuk pejalan kaki yang
seharusnya, tapi percayalah! Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kau akan
merasakan keceriaan yang kami rasakan saat itu. Yap, senja itu.
Di balik ilalang
itu kami berhenti. Ilalang itu menghentikanku, menghentikan langkah kami
menghentikan langkah dari kaki-kaki kecil nan mungil yang membersamai kami.
Ilalang itu menghentikan kami dari perjalanan panjang yang kami lalui dengan
semangat, bukan hanya dengan berjalan, tapi juga dengan berlari dan berkejaran
sepanjang hamparan rerumputan. Mulai dari terjatuh, bertabrakan, tertusuk duri,
tergores kayu, tergigit semut, tergigit nyamuk, ada-ada saja ulah kaki-kaki
mungil itu dan akibat yang mereka rasakan.
Di balik ilalang
itu kami bersembunyi dari mentari, bermain dan bercanda, berfoto bersama, bersenandung
dan bernyanyi, menyanyikan lagu hymne guru. Sulitnya minta ampun saat kami
meminta para pemilik kaki mungil itu untuk berbaris rapi, bahkan hanya sekedar
duduk diam dan mendengarkan ucapan kami. Melelahkan memang, tapi lelah itu akan
hilang saat kau melihat senyuman pemilik kaki-kaki mungil itu. Terutama jika
kau berada di rerumputan ini hanya berniat untuk Allah, menebar manfaat dan
membahagiakan mereka dengan adanya kehadiranmu di antaranya.
Yap, senja itu di
balik ilalang. Lagi-lagi pemilik kaki mungil itu menjadi stimulus penyemangat dari
apa yang telah kulakukan satu bulan ke belakang. Meski aku sudah tak berada
dalam lingkaran ini, tapi aku tetap di sini. Terimakasih teruntuk adik-adik
binaan pemilik kaki mungil, pemilik senyum, yang telah menghiasi hariku dengan
senyuman yang terkembang pada wajah mereka, karena merekalah para pelukis
senyum.
follow me @qhimahatthoyyib