Berjuta kisah yang tersimpan dalam hidup, dengan berjuta makna yang tak pernah kau kira. | Berjuta warna yang kau jumpa dalam hidup, dengan berjuta kata yang tak dapat kau eja. | Begitu pula SENJA. (qhi)
Selasa, Juli 26, 2016
Rabu, Juni 29, 2016
Saksi Sunyi Tak Tersembunyi
“Mamaaaa,,,
sepatuku mana yaa?” teriak Ira dari balkon kamarnya yang berada di lantai dua.
“Apa sih ra,
kamu ini semua nanya mama! Yang punya sepatu siapa, yang nyimpen siapa,
nanyanya ke siapa.. makanya kamu ini jadi anak perempuan belajar mandiri lah,
apa perlu mama pesantrenin?” balas mama dengan teriakan lebih kencang dari
dapur.
“Mama, aku kan
cuma nanya sepatu malah diceramahin panjang lebar. Tiap hari mama udah bilang
kan..” Jawab Ira sembari mencari sepatunya di gudang sepatu.
“Mama bukannya
ceramah Ira, tapi kamu emang sudah waktunya diberitahu kalau tidak segera
diberitahu nanti lama-lama kamu bisa ngelonjak..” jelas mama dengan semangat
sambil menyiapkan makanan dari dapur ke ruang makan.
“Maksud mama
ngelonjak gimana, harusnya tuh ya mama itu udah ngajarin Ira sejak kecil dulu,
bukannya baru ngeribetin sikap Ira sekarang.. emangnya selama ini mama kemana
aja? Ira selalu main sama bi inah, tapi gak pernah sama mama!” tegas Ira dengan
suara lebih lantang.
Pagi
yang cerah, bukannya suasana nyaman yang berkeliaran tapi malah keadaan super
ribet. Beginilah yang terjadi sehari-hari di rumah mewah bak istana yang kami
tempati. Omelan pagi khas ibu dan anak, maklum papa Ira sedang pergi ke luar
negeri, katanya sih ada urusan kerja tapi entahlah. Mungkin Ira begitu kesepian
karena hanya ditemani tembok dan tanaman di rumah mewah yang berdiri diatas
tanah seluas 1 hektar ini. Sudah sebulan sejak kepergian bi inah dan suaminya,
rumah ini jadi semakin ricuh. Belum lagi tanaman dan kebersihan rumah yang
tidak terawat. Wah, kacau balau deh pokoknya, termasuk juga kondisi kami saat
ini.
======------======
“Papa
gimana sih? Katanya balik hari ini.. jam berapa jadinya?” suara mama di telepon
membangunkan tidur siang kami hari ini.
“Maaf
ma, masih belum selesai ternyata. Jadi mungkin papa baru bisa pulang dua atau
tiga hari ke depan.. Kabar Ira gimana ma?”
“Ah
kelamaan, papa ijin aja gih. Kasian Ira dia marah-marah terus di rumah jadinya
sering main ke luar sama tman-temannya. Mama jadi gak tega pa, nanti jadi
gimana itu anak sering main ke luar?”
“Mama
cari pembantu lagi aja atau mama cuti dulu dari kerjaan mama biar papa yang
urus semuanya.”
“Urus
gimana maksudnya! Ah terserah papa aja deh, ribet ngomong sama papa!” klik,
kemudian telepon ditutup.
Entah
keributan apalagi yang dibuat siang ini oleh mama dan papa, yang jelas suara
mama sudah mengganggu kami pun kami tidak bisa mendengar jawaban dan balasan
papa dari seberang telepon. Akhir-akhir ini memang mama terlihat resah, Sepertinya
beliau belum bisa menemukan orang yang cocok untuk mengganti posisi bi inah
pasalnya memang bi inah bekerja dengan sangat profesional dan merawat kami
dengan baik. Tak hanya kami, tanaman dan mobil-mobil mama juga dIrawat dengan
baik oleh suami bi inah. Sampai akhirnya kami harus rela ditinggal bi inah dan
menjadi lusuh seperti ini. kondisi kami buruk kawan, kalau saja kalian tahu kondisi
kami. Namun, kami pun tak bisa berteriak dan mengungkapkan hal ini kepada mama.
Sayangnya bi inah memang harus pergi, dan mama sudah tak peduli lagi pada kami.
Apalagi si Ira anak mama satu-satunya itu, tak sekalipun ia mau mengurusi kami,
mengurus isi kamarnya sendiri pun rasanya ia sudah enggan.
Kami hanya bisa
berteriak dalam sunyi kawan, membangun pikIran kami sendiri, membicarakan
hal-hal yang kami senangi dengan siapa dan apa saja yang peduli pada kami. Kami
tak peduli apakah ada yang peduli pada kami. Manusia? ah apalagi mereka, mereka
adalah makhluk paling tak peduli yang kami temui, kecuali bi inah. Ya! sangat
sedikit makhluk-makhluk bumi ini yang seperti bi inah, perlu kIranya bi inah
dilestarikan. Tak tahukah mereka bahwa kami tersakiti? Di tempat setinggi ini
dan kami tak dipedulikan meski sekali? Terpanggang mentari, terganggu dinginnya
malam. Sampai saat ini, kami tetap menunggu kehadIran bi inah di rumah ini,
rumah mewah yang tak berpenghuni.
======------======
Pagi
hari tanggal 22 januari 2013,
“Bapak sampun
siap?” Tanya bi inah pada suaminya.
“Sabentar
bu, bapak selesaikan tugas terakhir dulu ya.. biasa, merapikan dan menyIram
tanaman di kebun.”
“Oh iya pak,
monggo.. saya juga mau pamitan sama perkakas-perkakas nyonya dulu..” Tak lama
kemudian, pak suryo suami bi inah telah berada di kebun untuk menunaikan tugas
terakhirnya. Begitu pula bi inah, beliau langsung membersihkan
perkakas-perkakas yang belum terjamah dalam sehari ini, lantai, jendela,
perkakas ruang tamu dan tak lupa juga kami.
“Baik-baik ya,
semoga nyonya segera menemukan pengganti saya supaya kalian selalu dIrawat dan
diperhatikan.. supaya rumah ini selalu terlihat nyaman dan berpenghuni.” ucap
bi inah pada semua perkakas, begitu pula pak suryo mengucapkan hal yang sama
pada tanaman-tanaman “peliharaan beliau”.
“Ya, Semoga..”
bisik kami serentak meski kami tak bisa berharap banyak pada mama, papa apalagi
Ira.
Kami akan selalu
ingat kejadian itu, kejadian satu bulan yang lalu sebelum bi inah pergi
meninggalkan kami, meninggalkan keluarga ini, meninggalkan rumah mewah yang
memang tak nyaman untuk dihuni. Ingin rasanya ikut dengan bi inah untuk jua
pergi meninggalkan istana yang kami tinggali namun apalah daya, kami hanyalah
saksi sunyi, atap dan langit-langit, yang tak perlu bersembunyi untuk mendengar
kisah dan rahasia rumah mewah ini.
Selesai ditulis 23 Januari 2014
follow me @qhimahatthoyyib
Langit Hatiku
1.
Pagi Yang Cerah
Terpekur
lesu, terduduk pilu
Angkasa
hatiku pun kelabu
Meski raga
tak pernah layu
Namun jiwaku
tetap ragu
Hari itu, malam tak seperti
biasanya. Langit tak bercahaya tanpa bulan dan bintang di sekitarnya. Malam
itu, seorang wanita terduduk lesu, menekuk lututnya dan bersandarlah ia pada
dinding di kamarnya. Saat itu, ia hanya diam membisu menatap surat yang baru
saja diterimanya, siang tadi. Saat itu, ia tak menangis, hanya mencoba berpikir
apa yang harus dilakukannya.
ooo000ooo
Namanya Kayla, seorang siswi SMA
di sebuah daerah di kota surabaya. Kayla adalah seorang yang pendiam dan selalu
jujur. Sayangnya, kejujuran yang ia miliki terkadang malah menyakiti hati
temannya dan bukan dirinya. Kayla tak pernah bisa marah, kepada siapapun
orangnya, teman dekatnya, teman sebayanya, hanya ia selalu marah pada dirinya.
Ia selalu sendiri
Semua yang
terjadi tak perlu ditangisi
Tapi kawan,
Ia selalu
menangis
Menangis,
untuknya sendiri
Bercerita
pada Ilahi
Kejujuran dari dirinya, selalu
terlihat dari raut mukanya. Matanya selalu berbinar dan terkembang senyum saat
ia bahagia. Matanya meredup dan tampak lelah saat ia bimbang. Matanya merah dan
sembab saat ia bersedih. Ia selalu menangis, menangis saat ia marah, tersedu
saat ia gundah. Selalu menetes dari matanya, air mata, saat salah—sengaja atau
tidak—dilakukannya.
ooo000ooo
“Kay! Kayla!” panggil seseorang.
Lyla namanya, sahabat baik—sangat baik malah—Kayla, suatu siang setelah bel
istirahat berdentang.
“Ada apa?” Kayla mendatanginya,
menjawab sambil berjalan keluar dari kelasnya.
“Kantin yuk!”
“Males ah! Mending ke masjid aja
gimana?”
“Ya sudah, yuk!”
Aku adalah bintang
Dan
sahabatku adalah bulan
Kami selalu
bersama
Apapun
keadaanya
Saat aku
bercahaya
Ia pun
bercahaya
Tak lama kemudian, setelah
mereka selesai sholat dhuha, bel sekolah pun berbunyi kembali. Berdentang
menggema memenuhi semua ruangan yang ada dan dengan sengaja memasuki telinga
dua wanita.
“Kay!” tegur Lyla
“Apa lagi?”
“Hmm, sebenarnya ada yang ingin aku
beritahu ke kamu..” jawab Lyla ragu
“Apa, sih?” terlihat dari
matanya rasa ingin tahu yang sedemikian besarnya. Itulah kelebihannya, ia
selalu memiliki rasa ingin tahu yang besar. Tak heran jika semua ilmu yang
diberi oleh Allah lewat gurunya dilahapnya dengan sempurna. Lyla tahu pasti,
hanya dengan mengucap kata-kata itu saja Kayla pasti ingin tahu apa yang ingin
disampaikan oleh sahabatnya.
Sahabatku,
Sungguh..
Kau harus
tahu
Tak akan pernah
kututur padamu
Sebuah kata
tabu
Lyla, sahabat terbaik yang
pernah dimiliki oleh Kayla. Bagaimana tidak? Mereka bersahabat sejak mereka
bertemu pertama kali di bangku SD jadi, tak bisa diragukan lagi hubungan
persahabatan mereka dan telah sedemikian bersatunya hati mereka. Selalu bisa
saling mengerti, selalu bisa saling mengisi, saling menyayangi.
“Apa sih, ayolah! Katanya mau
ngasih tahu sesuatu..” harap Kayla, terpancar dari mata bulatnya
“Ntar aja, udah bel.. kita masuk
dulu aja yuk! Sabar ya..” ucap Lyla lembut pada sahabat kecilnya.
ooo000ooo
Pukul 13.45
Bel sekolah berdentang kembali untuk kesekian kalinya, mengagetkan para
guru yang masih berusaha mengajar meski lelah sedang menyelimuti mereka,
mengagetkan para siswa yang tertidur dan bersenang-senang dengan mimpinya,
mengagetkan Kayla yang sedang melanjutkan puisinya dan berimaji dengan
indahnya, mengagetkan Lyla yang termenung ragu apakah sebaiknya pesan itu ia
sampaikan pada Kayla?
Kayla segera berlari, secepatnya, menuju kelas Lyla. Mereka memang
berbeda kelas tetapi berbeda bukan berarti tak bisa bersatu kan? Entahlah!
Terkadang malah perbedaanlah yang menyatukan. Kayla sangat penasaran tentang
apa yang sebenarnya ingin Lyla katakan. Tak peduli apapun, ia terus berlari
menyusuri lorong, menuju kelas Lyla.
“Lyl..” panggil Kayla saat tiba di kelas Lyla
“Apa? Bentar ya..” jawab Lyla sambil membereskan barang bawaannya
“Ayo pulang! Jangan lupa, ceritain janjimu yang tadi ya..”
“Janji apa?”
“Halah, jangan bo’ong dan jangan bercanda!” jawab Kayla seolah marah
“Janji apa sih..?” Lyla tak berbohong, ia benar-benar lupa
“Itu lho, yang tadi istirahat mau kamu sampaikan padaku..” ucap Kayla
dengan tatapan rasa ingin tahu pada Lyla
“ Ooo itu tho! Itu kan bukan janji!” jawab Lyla sinis dan ketus, tapi
sambil tersenyum setelah menjauhi Kayla
“Ah, kamu curang! Itu janji tahu!” ucap Kayla tak kalah ketus tapi Lyla
tahu itu hanya bercanda
Sahabat..
Tahukah kau
kata tabu itu
Sahabat..
Tak akan
kuucap padamu
Kata-kata
itu
Mereka bekejaran—tapi hanya
Kayla yang mengejar dan Lyla berlari tak mau tertangkap—karena Lyla tak mau
memberitahu sekarang pada Kayla, “Saatnya belum tepat!” ucap Lyla dalam
hatinya.
Kayla menyerah, lelah ternyata
mengejar Lyla, “Percuma! Ia pasti tak mau memberitahu sekarang padaku,
entahlah! Apa yang dipikirnya..” pikir Kayla dalam hatinya. Berpikir dengan
hati? Ya, karena tahukah kau, hati yang dimaksud dalam sebuah hadits—segumpal
daging yang apabila baik maka baiklah seluruh tubuh dan apabila buruk maka
buruklah seluruh tubuh adalah hati—adalah otak kita.
Saat Lyla berhenti dan menengok
ke belakang, ternyata Kayla sudah tak mengejarnya lagi. Ia tak percaya,
terheran-heran mengapa Kayla bisa menyerah padahal biasanya ia tak seperti itu.
”Ya sudah,biarlah!” Lyla tak mau menghiraukannya.
Kayla berjalan tertunduk,
entahlah! Mengapa hatinya sekarang terasa sakit tiba-tiba. Ia tak tahu
penyebabnya. Dilihatnya Lyla yang sudah tak berlari, “mengapa ia berhenti?
Pasti tahu bahwa aku sudah tak mengejarnya dan tertunduk seperti ini.”
Sampai di persimpangan jalan,
Lyla menunggu Kayla yang masih tertinggal jauh dibelakangnya.
“Kay! Cepetan dong.. lemes amat
sih!” panggil Lyla dengan nada agak tinggi agar Kayla sadar apa yang telah
dilakukannya.
“Ye.. salah sendiri! Siapa suruh
kamu lari!” jawab Kayla mencibir.
“Iya iya salahku! Aku ngaku
salah, maafin ya,, tapi beneran aku bakal ngasih tau kamu kalo waktunya tepat.
Oke!” ucap Lyla pasrah.
“Iya deh! Terserah dirimu
sahabatku yang baik hati..” kembali merasa terhibur oleh Lyla, ucap Kayla
sambil mencubit hidung Lyla. Hidung sahabatnya itu memang lebih mancung
daripada miliknya.
“Ah! Sakit tahu!” Lyla
mengernyit dan sesaat kemudian tersenyum
Sahabatku..
Kata tabu
itu adalah
Selamat
tinggal untukmu
“Ya udah, aku
pulang dulu ya.. sampai jumpa..” ucap Kayla
“Aku tahu kamu pasti mengucapkan
itu, daaa..” balas Lyla. Lyla sangat tahu, setiap hari setelah tiba di
persimpangan itu Kayla selalu mengucapkan kata yang sama. Rumah mereka memang
berbeda arah tapi tak jauh, begitu juga rumah mereka tak jauh dari sekolah.
2.
Awan mendung
Tatapan matanya
Mempesona
Kembali
segar dibuatnya
Meneduhkan
jiwa
Seorang wanita duduk mempesona
di atas kursi kesayangannya. Malam itu, langit masih kelabu. Mungkin ia tahu,
ada seorang wanita yang sangat lelah jiwanya. Malam itu, hari belum berganti
dan surat itu masih ada di sampingnya. Ia berpindah dari tempat tidur ke kursi
kesayangannya.
ooo000ooo
Tahun ini adalah tahun ajaran akhir bagi Kayla dan Lyla. Akhir juga dari kehidupan SMA-nya yang biasa saja. Hanya
ada sahabat, hanya ada orangtua. Meski tanpa kekasih, tetap saja selalu ada
cinta. Cinta yang menggelora bersama orangtua dan sahabat saja ditambah lagi
dengan guru-gurunya.
Kayla berpikir bahwa tahun terberat yang dialaminya selama SMA ini akan
segera terjadi. Masa-masa ia harus berjuang lebih untuk mendapatkan nilai lebih
dari apa yang selama ini ia dapatkan. Andai saja Kayla tahu bahwa banyak sekali
teman-temannya yang iri padanya, padahal mereka sudah mati-matian mengejar tapi
tetap saja tak bisa menandingi nilai-nilai sempurna Kayla.
Kayla sangat sempurna, bukan parasnya tapi hatinya. Ia baik, ramah,
santun pada siapapun yang ditemuinya. Tapi sahabat Kayla hanya Lyla seorang,
bukan karena ia tak punya teman lain, bahkan banyak sekali yang ingin menjadi
sahabat Kayla saat SMA, tetapi karena menurutnya sahabat adalah seseorang yang
istimewa untuknya. Ia juga yakin semua orang tidak bisa dijadikan sahabat,
karena sahabat adalah orang yang berani menegur saat kita salah dan menemani
kita saat kita susah bukan orang yang hanya menemani kita saat kita bahagia dan
tidak mau membenarkan apa bila kita salah dan semua itu,, hanya Lyla yang bisa
melakukannya.
ooo000ooo
Esok pagi di sekolah, sebelum
bel masuk berdentang kencang merasuki gendang telinga semua orang, Lyla keluar
dari kelasnya menuju ruang kelas Kayla. Kedua orang ini memang aneh, mereka
tidak suka dan tidak terbiasa berangkat sekolah bersama namun selalu pulang
bersama.
Ku mantapkan niatku
Bicara jujur
padamu
Kayla
Aku
mencintaimu
“Baiklah, sekarang akan kuberitahu..” ujar Lyla ragu.
“Hmm.. soal apa?” jawab Kayla
“Hutangku.”
“Hutang yang mana?” ujar Kayla
nampak berpikir keras.
“Masa lupa, kemaren lho.. yang
pengen aku ceritain ke kamu..”
“Ooo yang itu, iya sih! Janji
kan hutang! Hehe, jadi gimana ceritanya?” tagih Kayla pada sahabatnya
Sayang sekali, saat Lyla akan
memulai ceritanya, bel berbunyi seketika dan menutup mulut Lyla. Percuma, jika
Lyla terus bercerita Kayla tidak akan mendengar suaranya dan Kayla pasti
memintanya untuk mengulang. Suara bel itu sangat kencang, jika kau mencoba
menyainginya, kau seperti berlari menyaingi cahaya. Tidak mungkin kan?
ooo000ooo
Kata-kata
itu
Bergema di
telingaku
Menyejukkan
hatiku
Tapi juga
(akhirnya aku tahu) menyakitiku
Sebuah surat, ya! Tadi pagi,
saat istirahat sekolah akhirnya Lyla mengungkapkan sebuah rahasia pada Kayla.
Bahwa ada seorang lelaki yang sangat menyukai Kayla dan menitipkan sebuah surat
pada Lyla.
Surat itu begini bunyinya :
Mentari, apa kabar?
Pagi ini kau secantik mentari di langit, hangat menerangi langit hatiku.
Mentari, maafkan aku yang tanpa izinmu dan tiba-tiba memanggilmu seperti
itu. Sungguh, aku benar-benar merasa harus meminta maaf dan meminta izin
padamu.
Mentari, izinkan aku memanggilmu seperti itu. Mentari, meski kau tidak
mengizinkanku, aku akan tetap memanggilmu ‘Mentari’ karena melihatmu hatiku
selalu merasa hangat meski mentari di langit tak bersinar secerah hari ini.
Mentari, ini surat pertamaku untukmu. Tapi aku tak tahu, bisa saja ini
menjadi surat terakhirku untukmu. Entahlah! Lihat saja nanti.
Mentari, aku tak pandai merangkai kata, seperti rangkaian kata-katamu
yang indah, seperti sayair-syairmu yang memesona.
Mentari, kukumpulkan keberanianku—selama seminggu—untuk menulis surat
ini untukmu.
Mentari, setelah berpikir seminggu lamanya, kupikir aku harus jujur
padamu tentang perasaanku.
Mentari, aku mencintaimu.
Menurutmu, apakah surat itu sederhana? Menurut Kayla, surat itu
sebenarnya sederhana. Hanya mengungkapkan cinta. Tak salah memang, karena
memang tak ada yang salah dalam mencintai seseorang, bukankah begitu? Tapi
Kayla merasa heran, mengapa hanya pengakuan saja isinya. Apakah seseorang itu
tak perlu mengetahui isi hati Kayla? Tak penasarankah ia dengan isi hati Kayla?
Mengenalkan namanya pun tidak.
Kayla termenung di atas meja belajar di kamarnya. Kamar Kayla cukup
luas. Meja belajarnya terletak lurus dengan pintu kamar dan di samping meja
belajar adalah tempat tidur. Di sudut sejajar pintu ada rak buku berisi
buku-buku favorit kayla, buku sastra dan buku para pujangga. Inilah yang Kayla
takutkan, pada akhirnya benar-benar ada seseorang yang mencintainya.
Sudah 2 jam Kayla termenung, tidak biasanya ia seperti ini, entahlah apa
yang dipikirkannya. Mungkin saja ia memikirkan surat itu—surat yang baru saja
ia baca—atau sedang menebak kira-kira siapa yang menulisnya, atau heran mengapa Lyla tak mau memberitahu siapa
yang memberi surat itu padanya. Kayla berpikir mungkin saja seseorang itu
menitipkan suratnya pada orang lain dan orang lain itu menitipkannya pada Lyla
untuk kemudian diberikan kepada dirinya. Ah entahlah! Cinta memang selalu
membingungkan.
Setelah benar-benar suntuk, Kayla tak mau lagi termenung dan berpikir
keras, akhirnya ia pun tertidur pulas di atas meja belajarnya.
ooo000ooo
“Kay, bangun sayang.. pindah ke tempat tidur ya nak,,” bunda mencoba
membangunkan Kayla yang sedang tertidur di atas meja belajarnya saat Bunda
sengaja melewati kamar Kayla.
“Iya Bunda,,” Kayla menjawab sambil mengerjap-kerjapkan matanya lalu
pindah sempoyongan ke tempat tidurnya.
Bunda sangat menyayangi Kayla, Kayla adalah anak semata wayangnya.
Entahlah! Kenapa bunda selalu merasa bahwa Kayla selalu kesepian jika ia berada
di dalam rumah. Bunda, wanita berusia 38 tahun tersebut tak pernah terlihat
lelah di depan Kayla meski ia sebenarnya terlalu lelah bekerja. Kerja bunda
hanya di rumah, bunda membuka usaha catering dan laundry, tak terlalu lelah
memang—menurut bunda—tapi dengan pelanggan sebanyak itu telah cukup membuat
bunda kewalahan.
Bunda senang sekali dengan usaha yang ditekuninya sekarang. Bunda selalu
tersenyum kepada pelanggan walau duka sedang meliputinya. Dalam usahanya, bunda
belum mempekerjakan siapapun untuk membantunya, padahal bunda tahu bahwa ia
sering sekali kewalahan, namun ternyata menurut bunda mempekerjakan seseorang
itu sulit. Bunda juga tidak punya pembantu di rumah karena itu memang hal yang
sulit.
Bunda merasa penghasilannya belum cukup untuk membiayai hidup mereka
berdua apalagi untuk menambah seorang pekerja di rumah. Bunda memang tak
dibantu oleh ayah karena ayah.. entahlah! Nanti saja.
Ooo000ooo
Sungguh,
Aku tak
mengerti
Pedih tak
sanggup lagi
Bulanku tak
berlayar lagi
Dan langit
hatikupun sepi
“Lyl, siapa sih?? Bilang dong..” ucap Kayla dengan wajahnya yang penuh
harap, ia selalu penasaran dengan hal-hal baru.
“Aku sendiri juga gak tahu Kay, tiba-tiba ada yang nitip aja! Katanya
sih titipan juga..” Lyla menjawab dengan wajah seserius mungkin, memang serius
tapi Kayla mengira Lyla membohonginya.
“Bohong ah! Aku gak percaya! Pasti kamu tahu sesuatu..” pinta Kayla
dengan sangat.
“Beneran Kay.. aku gak bohong! Demi Allah, aku tidak membohongimu dan
tidak akan pernah membohongimu!” Lyla berharap Kayla puas dengan jawabannya.
Jika masih tidak, Lyla menyerah! Ia telah bersungguh-sungguh dengan kata-kata
dan janjinya.
“Ya udah lah kalo kamu gak mau bilang! Aku juga gak maksa sih
sebenarnya, tapi.. tetep aja penasaran!” Kayla menyerah, tapi kata terakhir itu
diucapkannya dengan nada yang sedikit merajuk.
“Nanti ya.. sabar! Aku juga akan caritahu. Untukmu! Pegang janjiku!”
Lyla benar-benar mencoba meyakinkan Kayla sekarang dan tiba-tiba..
“Hmm.. Hmm..” Kayla menjawabnya dengan mengangguk-anggukkan kepalanya
tanda setuju.
“Oke, sepakat! Katakan bahwa kamu tidak akan meminta info itu dan bila
aku tahu sesuatu aku janji akan menceritakannya langsung padamu! Bagaimana?”
Lyla mengatakannya dengan nada dan intonasi yang menggebu-gebu seperti sedang
meminta dukungan untuk suatu perlombaan
“oke! Setuju! Aku terima itu..” Kayla menjawab Lyla dengan tak kalah
semangat
ooo000ooo
Sudah 3 hari berlalu..
Kayla dan Lyla tidak pernah membahas surat itu. Memang, Kayla sebenarnya
tidak terlalu penasaran, toh isi surat itu cuma menyatakan bahwa si penulis
surat menyukai Kayla, tidak ada embel-embel apapun. Sederhana.
Sampai hari ini pun sebenarnya Lyla juga tidak mencari tahu tentang
siapa pengirim surat itu. Tapi, ia pernah sekali waktu ditanya oleh seorang
siswa yang tidak sekelas dengannya. Siswa itu menanyakan kabarnya, kabar Kayla,
juga kabar surat itu.. Tunggu! Kabar surat itu.. Lyla heran apa perlunya cowok
itu menanyakan kabar surat itu, mungkinkah..? Sampai akhirnya ia ingat
pernyataan terakhir dari cowok tersebut dan ia tersadar dari lamunannya.
“Aku .. hanya disuruh oleh seseorang. Udah masuk nih, duluan
ya..”selesai. itulah kalimat terakhirnya pada pertemuan itu.
Heran, penasaran, tapi mengapa? Apa perlunya si penulis surat itu
menanyakan kabar suratnya lewat seseorang? Entahlah!
3.
Hujan Turun
Tak bisa
Hanya bisa
diingat
Namun tak
bisa dilihat
Awan..
Titip
salamku untuknya
00.15
Wanita itu masih dengan matanya yang redup duduk di kursi panjang
berwarna putih menyatu sekali dengan gaunnya yang juga putih di taman mungil
depan rumahnya. Surat itu, masih juga ada di sebelahnya.
Hari sudah berganti, langit-pun sudah tak sekelabu tadi, awan mulai
tersibak dari bulan yang telah ditutupinya tadi. Malam ini tiba-tiba secerah
pagi, bulanpun seolah terus menatapnya, ikut merasakan perihnya dan cahayanya
menyinari wanita itu seolah menyelimuti dan menghangatkannya.
ooo000ooo
Karena aku bintang
Dan
sahabatku bulan
Saat aku
redup
Ia pun redup
“Bunda, Kayla
berangkat dulu ya..” Kayla memeluk bundanya dan mencium tangannya kemudian
mengucapkan salam meninggalkan bundanya.
Setiap hari, setiap pagi, rutinitas Kayla sebelum berangkat sekolah
adalah sarapan kemudian mencium dan memeluk tangan bundanya serta mengucapkan
kata-kata yang sama seperti tadi. Andai saja bunda tahu bahwa Kayla sangat
merindukan ayahnya, rindu untuk memeluk dan mencium tangan ayahnya kemudian
mengucapkan salam pada keduanya. Semua sudah berlalu. Masa-masa indah itu.
Sebenarnya bunda tahu apa yang dirasakan Kayla, seperti yang kuceritakan
tadi, bunda merasa Kayla sangat kesepian bila berada di rumah, itu karena
ayahnya sudah tiada. Kayla juga tak punya adik, tak punya juga kakak. Sepi.
Anak yang malang. Tetapi bunda lebih tahu apa yang harus dilakukannya pada
Kayla. Apa yang menurutnya baik untuk Kayla.
Bunda juga kesepian. Ingin sekali sebenarnya memberi Kayla ayah baru,
tapi Kayla menolaknya, katanya ia tidak ingin punya ayah tiri, ayah Kayla cukup
satu. Meski sudah sebesar sekarang pun Kayla tetap menolaknya, Kayla tidak
pernah menerima dan tidak menginginkannya. Jadilah bunda sendiri bersama Kayla
selama 12 tahun, selama itu pula ayah Kayla meninggalkan mereka berdua.
ooo000ooo
Kayla tak mengerti mengapa hari ini begitu sunyi, rumah-rumah tetangga
yang ia lalui, jalanan yang ia lintasi. Sepi. Mungkin karena Ia tak memikirkan
sekitarnya hari ini. Saat ini, Kayla masih juga menanti apakah lelaki itu
datang kembali lewat suratnya untuk kedua kali.
Cinta,
Memang tak pernah bisa dimengerti
Juga tak bisa dipungkiri
Tiba-tiba datang
Tiba-tiba pergi
Mentari, aku tak tahu
Harus bagaimana lagi
Kayla masih tak mengerti harus
bersikap bagaimana pada surat itu terutama pada laki-laki yang mengirimnya dan tak
dikenalnya itu karena Kayla juga sedang mencintai seseorang namun tak ada yang
pernah tahu bahkan Lyla sekalipun. Seseorang itu, pria yang dikenalnya dua
tahun yang lalu saat ia baru saja tiba di tempat itu menempuh pendidikan baru,
sekolah yang kini ia tempati. Tahun ini pria itu telah meninggalkannya lebih
dahulu, menempuh pendidikan yang lebih tinggi di negeri yang sangat ia ingini.
Kayla tak sekalipun mengungkapkan perasaanya pada siapapun termasuk pada lelaki
yang ia sukai, perasaan itu tiba-tiba muncul 2 tahun yang lalu dan masih terasa
hangat menyelimuti hatinya meski 2 tahun itu kini telah berlalu.
“Kay! Ngelamun aja..” Lyla
mencoba mengageti Kayla yang sedang melamunkan pangerannya
“Eh kamu Lyl, bikin kaget aja!
Kirain siapaaa gitu..”
“Emangnya kamu kira siapa??
Hayooo jangan-jangan kamu nunggu si pengirim surat itu ya?? Ihhiyy..”
“Hah! Apaan sih.. bisa-bisanya
kamu menyimpulkan hal-hal seperti itu, memangnya kelihatannya bagaimana? Tahu
orangnya aja enggak, gimana bisa janjian?”
“Waduh-waduh kamu benar-benar
berharap pengen ketemuan ya? Sayangnya aku juga belum tahu orangnya neng..”
“Hush! Ngawur aja, kalo bercanda
jangan kelewatan dong say..”
“Hehehe maaf ya Kay..” mohon
Lyla dengan sangat sambil menyatukan kedua telapak tangannya
“Hmm baiklah, untuk kali ini aku
maafkan. Awas kalau lain kali begitu lagi ya..”
“Hehehe gak janji ya mbak..”
goda Lyla dengan senyum jahilnya
“Awas kamu ya!” mereka berdua tertawa
bersama, mengenang skenario yang baru saja terjadi di antara mereka, lucu dan
menggelikan.
ooo000ooo
“Kay..” tiba-tiba seseorang
memanggil Kayla saat kedua sahabat itu sedang bercanda
Kayla dan Lyla diam seketika,
terhenyak pada suara yang baru saja didengarnya, bertanya-tanya siapa? Mereka
berdua pun menoleh pada sumber suara.
“Oh, kamu Rey.. kirain siapa,
ada apa??” tanya Lyla pada seseorang yang baru saja memanggil Kayla dan Kayla
hanya bisa terdiam, entah rasanya aneh mengapa tiba-tiba hatinya berdesir
ketika melihat lelaki yang ada di depannya itu.
“Mungkinkah ini si pengirim
surat itu?” tanya Kayla dalam hati
“Emm ada urusan bentar ama
Kayla, bisa bicara sebentar Kay?”
“Di sini saja, kan enak
rame-rame, ada Lyla juga..”
“Oke, ga papa kalo gitu, tapi
gak nanggung kalo semuanya jadi tahu ya..”
Kayla dan Lyla bertatapan,
bingung dengan apa yang baru saja diucapkan oleh lelaki itu. Bertanya-tanya
“Apa maksudnya?”, jangan-jangan benar apa yang dipikirkan Kayla.
“Maksudnya?” tanya Kayla dan Lyla
bersamaan
“Oke. Begini, sebenarnya ini
hanya antara aku dan Kayla, Lyl.. tapi terserah Kayla kalo kamu boleh tahu,
terserah Kayla juga kalo teman-teman disini boleh tahu, begitu..”
“Oke, kalo gitu begini aja, ini
kan bentar lagi masuk jadi nanti saja pulang sekolah, aku dan Lyla menunggumu
di kantin..”
“Baiklah, sampai jumpa.” lelaki
itu pun pergi meninggalkan Kayla yang masih termenung dengan segudang
pertanyaan, terheran-heran mengapa Rey menghampirinya dan ingin membicarakan
sesuatu padahal ia tak pernah punya urusan dengannya. Entahlah, selalu
menimbulkan tanda tanya.
“Kay! Jangan melamun lagi dong..
kamu udah banyak melamun hari ini. kenapa? Penasaran ya.. aku juga,
jangan-jangan..” Lyla tak berani meneruskan kata-katanya karena takut menyakiti
hati Kayla, tapi lebih dari itu Lyla tak mau membayangkan bahwa seseorang yang
ia sukai menyukai sahabatnya sendiri. Ya, Lyla juga sedang menyukai seseorang
tapi ia juga tak pernah mengungkapkannya pada siapapun meskipun pada sahabatnya
ataupun pria itu.
Lagi-lagi bel sekolah berbunyi
nyaring untuk kesekian kalinya, mungkin juga sudah sampai ribuan kali sejak bel
itu dipasang di sekolah ini.
ooo000ooo
Jam
dinding di kelas sudah menunjukkan pukul 14.30 dan seharusnya bel sekolah
berbunyi karena sudah waktunya untuk mengakhiri pembelajaran hari ini. Dan
seketika perasaan Kayla berubah menjadi sedikit berantakan, mungkin grogi dan
juga deg-deg-an mengingat ia harus menemui Rey di kantin sekolah dengan Lyla
meski ia tak tahu apa yang akan dibicarakan Rey nanti. Tetapi di kelas lain,
tak begitu dengan Lyla, Lyla bukannya deg-deg-an tetapi justru sedih karena ia
tak mau melihat bila Rey benar-benar si pengirim surat itu dan akhirnya ia
memusuhi Kayla hanya karena hal kecil seperti itu. Sungguh dua perempuan ini begitu
penasaran pada apa yang akan diucapkan Rey nantinya. Sebenarnya begitu juga
dengan Rey, ia tak mengerti harus berbicara apa nanti saat ia bertemu dengan
dua perempuan yang sangat hangat persahabatannya itu, ia tak tahu harus berkata
apa pada Kayla sedangkan disana juga ada Lyla.
Cinta,
Memang
membingungkan
Demikian
mericuhkan
Antara aku
dan hatiku
Antara aku
dan dirimu
Akhirnya bel sekolah telah
berbunyi dan Kayla juga Lyla harus menghadapi kenyataan siang ini bahwa mereka
akan bertemu dengan Rey di kantin sekolah saat ini. Begitu juga dengan Rey, ia
sudah siap dengan segala sesuatunya, apa yang akan ia bicarakan pada dua sosok
yang akan ditemuinya.
Selesai ditulis 26 Desember 2011
follow me @qhimahatthoyyib
Langganan:
Postingan (Atom)