Semua wanita mungkin
bisa melakukan kesaktian ini tapi tidak semua wanita berani melakukannya :D. Kemampuan
ajaib yang dimiliki oleh salah satu anggota kami (yang namanya masih
kurahasiakan dalam paragraf ini) seringkali mengkhawatirkan para lelaki
terutama lelaki yang berstatus ‘ikhwan’. Tapi kekhawatiran itu tidak akan
ditunjukkan dalam sikap dan perbuatan. Bukan ikhwan ITS namanya kalau tiba-tiba
peka :p. Hal ini membuat kami (duabelas Akhwat tangguh nan kece) beranggapan
bahwa semua hal yang kami lakukan sah-sah saja :v (asal tidak bertentangan
dengan syari’at). Contohnya: memanjat pohon (hanya untuk foto-foto, demi apa cobak
-_-“), mengangkat galon, membawa berkardus-kardus air minum, membawa
berkresek-kresek bungkus nasi, memasang backdrop, sampai berkendara
dengan kecepatan tinggi (bukan hanya ketika mengendarai motor, mengendarai
mobil pun juga :3). Hal-hal tersebut memang belum seberapa dibandingkan dengan
kisah dari ibu-ibu yang sudah menjalani ke-single fighter-an pada
kehidupannya :’) (kok jadi begini ya ceritanya?). Tidak ada masalah memang dengan
ketidakpekaan mereka, justru malah kami lebih senang akhirnya bisa berkreasi
dengan ciri khas kami sendiri tanpa ada tekanan dan paksaan. Istilah kasarnya ‘enaklah
bisa bertingkah sak karepe dewe’ :v (apa ini yang dimaksud emansipasi
yang diinginkan oleh wanita? :D).
Back to topic.
Banyak momen-momen bersama (berdua saja) dengan makhluk yang satu ini. Soalnya dia
bisa romantis kalau hanya berduaan saja. Bukan saja denganku tapi dengan yang
lain pun begitu. Jadi intinya dia ini orangnya tidak terlalu suka dengan hal
yang terlalu rame (apalagi kalau ada grup WA yang isinya tidak jelas seperti
grup kami, grup PH KKH :3 dia akan men-skip semua percakapan tanpa
memilah-milah, sangat berbeda denganku yang rajin baca *baca sosmed maksudnya
:v), lebih sering menyendiri, suka dengan kehidupannya sendiri. Kalau lagi
suntuk akan pergi menyendiri di taman, di café (yang tidak semua orang tahu tempatnya
terutama ADK :D), pokoknya jalan-jalan tidak jelas kemana yang penting cari
tempat yang sunyi (sembari memasang headphone di telinganya) untuk menikmati semilir
angin sepi. Nampaknya dari cerita tersebut dia seperti orang yang dominan melankolis
padahal bukan *plak :v. Well, seperti itulah deskripsi secara umum mengenai
akhwat yang satu ini (berasa tes tulis tentangnya :3).
“Wow, ternyata
kamarmu isinya beginian? Pantesan betah banget di kamar.” Itulah kesan ketika pertama
kali aku masuk ke kontrakannya (terutama kamarnya), aku yakin kamu juga akan
mengucapkan hal yang sama denganku apabila melihatnya, tapi kalo sifatmu sama seperti
aku sih :D. Saat itu aku merasa seperti berada di duniaku, dunia imajinasi
tanpa batas, dunia dengan banyak buku, banyak barang, banyak gambar, banyak
yang warna kuning mulai dari cat tembok, sprei, kelambu, hape, barang-barang
souvenir pokonya banyak (ini yang paling aku suka :3) padahal dia kan sukanya
warna merah dan merah marun -_-“.
“Kak jangan
baca-baca yang di atas, itu masa lalu.” Ia menghentikanku membuka bagian atas
lemarinya yang dari jauh terlihat seperti kumpulan komik (yang dulu juga
menjadi bacaan favoritku).
“Lah, beginian
kenapa gak kamu simpan aja di rumah, malah di bawa ke Surabaya?” tanyaku heran.
Aku heran karena notabene rumah si ukhti yang satu ini berada jauh di pulau
Sumatera sana, tepatnya Riau. “Iya kak, dulu kan awal-awal di Surabaya aku
belum kayak sekarang :’(“ jawabnya sedih. “Ohh, hahaha maaf ya, maklum kita kan
ketemu ketika kamu sudah sebaik sekarang :’)”. Dan begitulah, awal kali aku
mengenalnya lebih dekat.
Fadia Fadzliana
Saifuddin, lebih suka dipanggil didi ketimbang dipanggil fad. Hati-hati kalau
kamu panggil dia fad, dia juga akan memanggilmu dengan panggilan yang tidak
biasanya orang-orang memanggilmu :v (jadi ingat kasus seseorang :D). Sangat
suka mengendara dengan kecepatan tinggi karena tidak suka berlama-lama di jalan
(ini hal yang kutunggu-tunggu dan menyenangkan kalau dibonceng olehnya :3). Sayangnya
dia tidak suka pakai atribut yang girly, tapi akhirnya dia menyadari
bahwa atribut itu diperlukan setelah ia ke’hilang’an STNK dan surat-surat
penting lainnya :D.
Terakhir, SIMFONI
penutup tulisan ini “Jika kejahatan dibalas kejahatan, maka itu adalah dendam.
Jika kebaikan dibalas kebaikan itu adalah perkara biasa. Jika kebaikan dibalas
kejahatan, itu adalah zalim. Tapi jika kejahatan dibalas kebaikan, itu adalah
mulia dan terpuji.” Semangat atas impian-impian yang telah kamu tuliskan.
Salam sayang~
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar