Assalamu'alaikum sahabat
senja, kaifa halukum? InsyaAllah, nahnu fi shihhatin wa 'afiyatin
tahta qodiirillah. Btw, bingung ndak? Maaf ya lagi coba-coba pake
bahasa arab soalnya, hehe..
Hari ini, memasuki pekan
kedua kuliah *terasa banget deh pokoknya. Kapan selesai ya?? *ups.
Tidak bermaksud begitu, seharusnya sebagai seorang muslim kita senang
mempelajari sesuatu. Bukan hanya melihat tanpa sebab. Bukan hanya
bicara tanpa maksud. Bukan hanya berpikir tanpa jawab. Yaa pada
intinya begitulah. Alhamdulillah, pada tahun ketiga hidup di kampus
perjuangan ini saya masih dipercaya untuk memegang beberapa
organisasi. Sebagai wakabiro Pembinaan BPU-JMMI ITS, sebagai kadep
Keputrian CIS Kimia-ITS, sebagai bendahara umum LPM Satu Kosong ITS.
Oke, masuk ke cerita.
Kali ini saya akan membahas tentang suatu kata “Belajar”. Di
dalam Kitabullah, al-Qur'anul Kariim suroh ali Imron ayat 190-191
Allah membicarakan keberadaan 'orang-orang berakal' yang mana mereka
adalah orang yang “yadzkuruuna wa yatafakkaruuna”. Kata-kata
“yadzkuruuna wa yatafakkaruuna” ditulis dalam fi'il mudhori'
yang mana berarti “selalu mengingat dan selalu bertafakkur”.
Tafakkur yang dimaksud haruslah mempunyai tujuan penting yaitu 'untuk
menjadi hamba Allah yang lebih taat'. Sehingga bertafakkur di sini
hendaknya mempunyai tahapan-tahapan yang seharusnya dicapai oleh
seorang hamba. Berawal dari penglihatan, kemudian perenungan, lalu
pengucapan, lalu pengaplikasian, kemudian pengajaran dan terakhir
adalah ketaatan. Sehingga dengan hal itulah, kita sebagai makhluk
Allah yang berakal, sebagai hamba Allah yang bertakwa sudah
seharusnya merenungi dan mengaplikasikan ayat ini.
Maaf ya, agak berat
bahasannya. Soalnya lagi turun semangat belajar nih.. jadinya ya
menuliskan hal-hal yang membuat kita lebih semangat belajar. Gimana?
Sudah semangat lagi? Okedeh, semangat berkarya!! ^_^
follow me @qhimahatthoyyib