Selasa, Juni 29, 2021

SKETSA PANDEMI-Bagian 9

 

                Kenyataannya sampai saat ini, pandemi belum usai. Malah muncul beberapa varian virus korona yang baru. Rumah sakit mulai penuh kembali, stok tabung oksigen pun menipis, terlebih para nakes yang berjuang sudah mulai ada yang tumbang lagi. Tapi sebagian masyarakat masih tak percaya kalau virus ini benar-benar ada, bahkan hingga tingkat pejabat negara. Ada apakah sebenarnya? Apakah koar-koar pemerintah tentang protokol kesehatan masih kurang? Atau masih banyak sebenarnya yang belum tercerahkan? Alih-alih mengatakan masyarakat kita kurang pendidikan, atau mungkin akses pendidikan memang belum merata (?).


Aihhh, jangankan masalah virus dan penyakit yang baru ada, bukankah penyakit yang lama masih kita pelihara? Berlebihan makan gorengan misalnya, atau melupakan kelengkapan gizi yang seharusnya, lalu kurangnya olahraga. Selain penyakit fisik, berbagai penyakit pikiran dan kebiasaan buruk pun bermunculan. Jam karet lah, buang sampah sembarangan lah, tak tertib rambu lalu lintas lah, terkadang masih ada juga yang tidak bisa antri dengan baik dan benar, dan lain-lain lagi. Tentu saja, sebagian lainnya tak berbuat demikian dan terus mengupayakan kebaikan. Semoga itu termasuk aku dan kalian ya.

Para sahabat yang sampai saat ini masih sulit berbuat kebaikan, yuk semangat yuk pasti bisa. Cari teman yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kita. Para sahabat yang saat ini sudah mulai mengusahakan berbuat baik, teruslah berbuat baik, selalu berusaha menjadi versi terbaik kita dari hari ke hari. Para sahabat yang sudah istiqomah dalam kebaikan, yuk bagi ilmunya dan ajak semakin banyak orang untuk bergabung sebagai bagian dari pejuang kebaikan. Selamat berjuang semuanya~ semoga Allah meridhoi setiap langkah dan gerakan kita.

Sabtu, Juni 26, 2021

One of The Sights – Ichikei no Karasu

 

                “Sampai jumpa di pengadilan akhirat!”

                Kata-kata itu tidak pernah ada di salah satu drama Jepang bertema pengadilan berjudul Ichikei no Karasu (Ichikei’s Crow) yang tayang baru-baru ini. Karena si hakim satu ini adalah hakim yang sangat adil dan benar-benar mencari kebenaran atas suatu perkara. Bahkan, ia seringkali menggunakan otoritasnya untuk melakukan rekonstruksi kejadian guna menghindari kesalahan putusan. Sehingga, ia ditakuti oleh para pengacara dan jaksa. Selain itu, organisasi kehakiman tertinggi pun ingin menyingkirkannya karena ulah yang ia perbuat merugikan para atasan dan politisi.


                Tentu saja yang ditampilkan dalam drama ini hanyalah hal fiksi, tapi tidak menutup kemungkinan perkara tersebut terjadi di dunia nyata. Bahwa hakim yang baik dan benar akan dibenci dan perlahan-lahan disingkirkan oleh kekuasaan. Sehingga, para hakim tak punya pilihan lain selain menjalankan amanah sebagaimana pesanan atasan. Namun, drama ini menggambarkan bahwa kebenaran akan selalu menunjukkan wujudnya, dan sedalam apapun kesalahan disembunyikan, suatu saat hal itu akan muncul ke permukaan.

                Persoalan pengadilan ternyata sama saja di negeri ini dan negeri itu. Sedemokratis apapun kondisinya, yang namanya penguasa ya pasti merasa punya kuasa atas segalanya. Atas rakyatnya, atas sumber dayanya, bahkan atas segala yang terjadi pun harus sesuai kehendaknya. Siapa yang seharusnya bertahta, siapa yang semestinya dipenjara, mereka atur sedemikian rupa. Tak peduli yang terjadi pada rakyatnya, asalkan mereka bisa makan enak dan tidur nyenyak. Sungguh, hal itu bukanlah kepemimpinan yang digambarkan dalam Islam. Tapi bagaimanapun kondisinya, pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Oleh karena itu, teruslah jadi orang baik dan bertahanlah dalam kebaikan agar suatu saat muncul pemimpin terbaik di antara yang baik itu.