“Sampai
jumpa di pengadilan akhirat!”
Kata-kata
itu tidak pernah ada di salah satu drama Jepang bertema pengadilan berjudul
Ichikei no Karasu (Ichikei’s Crow) yang tayang baru-baru ini. Karena si hakim satu ini adalah hakim yang sangat
adil dan benar-benar mencari kebenaran atas suatu perkara. Bahkan, ia seringkali
menggunakan otoritasnya untuk melakukan rekonstruksi kejadian guna menghindari
kesalahan putusan. Sehingga, ia ditakuti oleh para pengacara dan jaksa. Selain itu,
organisasi kehakiman tertinggi pun ingin menyingkirkannya karena ulah yang ia
perbuat merugikan para atasan dan politisi.
Tentu saja
yang ditampilkan dalam drama ini hanyalah hal fiksi, tapi tidak menutup
kemungkinan perkara tersebut terjadi di dunia nyata. Bahwa hakim yang baik dan
benar akan dibenci dan perlahan-lahan disingkirkan oleh kekuasaan. Sehingga,
para hakim tak punya pilihan lain selain menjalankan amanah sebagaimana pesanan
atasan. Namun, drama ini menggambarkan bahwa kebenaran akan selalu menunjukkan
wujudnya, dan sedalam apapun kesalahan disembunyikan, suatu saat hal itu akan
muncul ke permukaan.
Persoalan pengadilan ternyata sama saja di negeri ini dan negeri itu. Sedemokratis apapun kondisinya, yang namanya penguasa ya pasti merasa punya kuasa atas segalanya. Atas rakyatnya, atas sumber dayanya, bahkan atas segala yang terjadi pun harus sesuai kehendaknya. Siapa yang seharusnya bertahta, siapa yang semestinya dipenjara, mereka atur sedemikian rupa. Tak peduli yang terjadi pada rakyatnya, asalkan mereka bisa makan enak dan tidur nyenyak. Sungguh, hal itu bukanlah kepemimpinan yang digambarkan dalam Islam. Tapi bagaimanapun kondisinya, pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Oleh karena itu, teruslah jadi orang baik dan bertahanlah dalam kebaikan agar suatu saat muncul pemimpin terbaik di antara yang baik itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar