Minggu, Maret 24, 2013

LIVE REPORT Saat Aku Menjaga Adek-Adek Seperti Adekku Sendiri


Assalamu’alaikum sahabat.. hari ini Ahad, 24 maret 2013 pukul 08.00 seharusnya aku sudah berada di ruang W-103 jurusan Teknik Perkapalan ITS namun kau tahu aku tak berada disana. Sejak satu jam yang lalu aku sudah berada di sini, di depan ruang ini, ruang Teater C ITS demi sesuatu yang benar-benar ingin kulakukan sebenarnya. Sesungguhnya sahabat, hari ini ada dua acara yang ingin kulakukan tapi kau tahu aku hanya seonggok manusia yang hanya bisa berada di satu tempat dan tidak dua. Antara W-103 atau Teater C?? kalau kau jadi aku, kau pilih yang mana?? Berikut keterangan selengkapnya..
MedSchool-Media School-yang diadakan MENKOMINFO BEM ITS sejak hari sabtu lalu bertempat di ruang W-103. Acara ini dihadiri oleh perwakilan ormawa KM ITS baik dari HMJ ataupun LMB. Aku berada di sana mewakili Departemen Dalam Negeri Himpunan Mahasiswa Kimia ITS. Kau tahu sahabat, aku sangat suka dengan acara seperti ini. Acara yang akan meningkatkan kemampuanku dalam bidang jurnalistik yang sangat kusenangi. Acara yang menakjubkan, entah mengapa aku sangat-sangat suka. Apalagi pada hari pertama lalu dalam simulasi jurnalis aku berada di kelompok V dengan 5 orang istimewa yaitu ini, ini, ini, ini, dan ini. Simulasi diadakan setelah materi kedua usai dan berita yang sudah kami buat dapat dibaca di sini. Rangkaian materi hari ke-1 yaitu materi pertama adalah fotografi jurnalistik, materi kedua yakni tulisan jurnalistik dengan pemateri dari Harian KOMPAS dan materi ketiga yakni desain grafis dengan adobe illustrator.
Bermain Belajar
Acara yang seharusnya diikuti dua hari itu hanya kuikuti sehari, pasalnya ada agenda penting lainnya yang harus kukerjakan pada hari kedua MedSchool, hari ahad, alias hari ini. Agenda penting tersebut bertempat di ruang Teater C. Acara ini adalah Seminar Parenting yang mana merupakan rangkaian acara Gebyar Manarul Ilmu-GMAIL. Seminar tersebut ditujukan kepada para orangtua dan umum agar benar dalam mendidik dan mengasuh anak. Orangtua yang hadir dalam acara tersebut diantaranya adalah ibu binaan Badan Pelayanan Umat-BPU JMMI ITS yang memang diundang oleh panitia. Nah, tugas saya dalam acara ini adalah menjaga adek-adek atau anak-anak dari ibu binaan. Pasalnya anak-anak tidak diperkenankan berada di dalam ruang seminar agar tidak mengganggu jalannya seminar. Sehingga adek-adek tetap harus berada di luar ruangan sampai acara seminar tersebut usai.
Bergaya
Tugas menjaga adek-adek menurut saya adalah hal yang sangat berat, untuk beberapa panitia pun hal ini dirasa menjadi hal yang paling berat karena adek-adek kecil yang notabene memerlukan ibu dalam setiap langkah kakinya kali ini harus dijauhkan dari ibunya. Walhasil, kadang kita tidak berhasil membujuk dan merayu mereka untuk ikut bermain namun pula terkadang berhasil merayunya. Acara berlangsung selama 3 jam. Memang bukan waktu yang lama menurut saya, apalagi jika dalam jangka waktu tersebut kita gunakan untuk bermain, mengobrol dengan sesama panitia atau ikut mendengarkan materi seminar. Namun hal itu sungguh terasa lama saat kita harus menjaga adek-adek yang terkadang bisa sangat hiperaktif dan manja, atau malah ada yang menangis karena tidak bertemu ibunya. Dan satu lagi, yang terasa melelahkan adalah saat menenangkan mereka dari kelaparan yang tiba-tiba melanda. Tapi sahabat, sungguh semua panitia yang ada menjalaninya dengan sabar, menjaga adek-adek memang perlu kesabaran yang tinggi rupanya.
Seru-seruan di Danau Matematika
Tahukah kau sahabat, hal yang kupilih hari ini adalah menjadi bagian dari penjaga adek-adek tersebut. Hal ini dikarenakan pertama saya tidak pernah bisa meluangkan waktu untuk mengurus dan menjalankan amanah sebagai panitia GMAIL. Kedua kesempatan memang tidak datang dua kali meski tidak mengikuti hari kedua, hari pertama pun telah menambah ilmu yang kumiliki, memang belum cukup tapi setidaknya aku tahu. Ketiga dan yang terpenting adalah karena saya ingin bertemu adek-adek, membahagiakan mereka, membahagiakan panitia meski belum cukup. Sahabat, andai saja kau tahu, menurutku rasanya membahagiakan orang lain adalah melebihi rasa senang kebahagiaan kita sendiri. Jadi BUATLAH ORANG LAIN BAHAGIA MAKA KAU JUGA AKAN BAHAGIA ^_^


follow me @qhimahatthoyyib

Kamis, Maret 14, 2013

Merapatkan Barisan



                Assalamu’alaikum sahabat senja,, kali ini saya ingin berbagi cerita mengenai barisan. Kata “barisan” memiliki kedudukan yang istimewa dalam islam karena kata ini dijadikan dua nama surat sekaligus dalam Al-quran yaitu surat “Asshooffaat” dan “Asshooff” yang artinya barisan-barisan. Dalam surat Asshoffat, kata “barisan” terdapat pada dua ayat yaitu ayat 1 dan ayat 165.
                Dari dua ayat tersebut, ada salah satu ungkapan menakjubkan pada ayat 165 yang artinya :
164. tiada seorangpun di antara Kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu,
165. dan Sesungguhnya Kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah).
Dalam terjemahan ayat tersebut dijelaskan bahwa malaikat mempunyai kedudukan yang berbeda-beda artinya setiap malaikat mempunyai tugas yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang diberikan oleh Allah kepada masing-masing mereka. Setelah itu ditegaskan pada ayat selanjutnya bahwasannya meskipun memiliki tugas yang berbeda-beda namun mereka tetap satu hati secara bersama-sama taat kepada Allah SWT.
                Sahabat, begitu pulalah seharusnya kita bertingkah. Kita juga harus seperti malaikat itu meski kita bukan malaikat. Sudah selayaknya kita sebagai manusia dan umat muslim yang notabene adalah makhluk sosial juga berbondong-bondong dan bersama-sama dalam menegakkan kebenaran. Dalam kegiatan dakwah hal tersebut disebut sebagai ‘Amal Jama’i alias bekerja bersama-sama. Untuk melakukan ‘amal jama’i ini, hal pertama yang seharusnya kita lakukan adalah “MERAPATKAN BARISAN”. Bagaimana merapatkan barisan menjadi penting sekali dalam kegiatan ‘amal jama’i? berikut sedikit keterangannya..
                Dalam peribahasa Indonesia yang telah lama kita kenal disebutkan bahwa ‘Nila Setitik Merusak Susu Sebelanga’. Peribahasa tersebut mempunyai banyak makna yang dapat diambil dan disimpulkan. Kesimpulan pertama adalah kesimpulan umum yang diambil oleh kebanyakan masyarakat yaitu adanya pengotor/pembuat onar alias sampah masyarakat meskipun hanya satu akan membuat eksistensi atau reputasi kelompok turun bahkan rusak di mata orang lain. Kesimpulan kedua yaitu bahwasannya bila keterikatan antar penghuni kelompok sendiri kecil maka kelompok tersebut juga dianggap rusak oleh orang lain. Jadi nila yang dimaksud dalam peribahasa tersebut bisa jadi adalah kesenjangan dan perpecahan yang terjadi dalam kelompok itu sendiri. Kesimpulan kedua tersebut menunjukkan bahwasannya perlu ada persamaan persepsi dalam sebuah kelompok atau komunitas agar jangan sampai salah satu anggota memiliki persepsi yang berbeda sehingga ada perbedaan di dalam kelompok itu sendiri yang dapat menimbulkan perpecahan. Dari kesimpulan kedua yang tidak umum inilah kita dapat mempelajari tentang pentingnya merapatkan barisan dari peribahasa tersebut.
                 ‘Merapatkan Barisan’ dalam bahasan kali ini mempunyai banyak makna seperti menyatukan pendapat, menyamakan persepsi, mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, serta menghubungkan antar hati. Dengan merapatkan barisan, maka tidak ada lagi kesenjangan, perbedaan, perpecahan bahkan perdebatan antar anggota dalam kelompok atau komunitas itu sendiri. Demikian sehingga dengan melengkapi dan menjalani semua makna tersebut diharapkan ‘amal jama’i yang kita lakukan akan terlaksana dengan baik dan tetap pada koridor syar’i. Terlebih lagi pada agama islam, hal tersebut sangat dibutuhkan demi ketenangan hidup di dunia karena hanya islam-lah agama yang benar dan merupakan rahmat bagi seluruh alam.
ervakurniawan.wordpress.com
                Dalam merapatkan barisan, ada beberapa tahapan yang setidaknya dilakukan oleh semua umat muslim. Tahapan pertama yang harus dilakukan oleh masing-masing individu umat muslim adalah menata hati dan menyatukan niat untuk bersama-sama memperjuangkan islam dan dakwahnya. Karena dengan niat yang sama dan hati yang sudah seragam maka akan terjadi persamaan persepsi dan setidaknya umat muslim sudah tidak dapat dipecah-pecah dan diadu domba lagi dari luar. Tahapan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah merapatkan barisan dalam sholat sebagaimana perintah Allah dan Rosul-Nya. Istilah lain merapatkan barisan ini adalah meluruskan dan merapatkan shof. Dari sini dapat juga kita lihat sejauh mana persaudaraan umat muslim itu terjalin. Dengan merapatkan shof maka tidak ada celah bagi setan untuk menyusup di antara muslim yang satu dengan muslim lainnya, yang mana apabila setan menyusup diantara kita maka akan banyak sekali hal-hal buruk yang dibisikkan olehnya. Bisikan buruk tersebut dapat menyebabkan berbagai macam hal buruk juga terjadi pada individu itu sendiri bahkan sampai menyangkut kemaslahatan bersama dan persaudaraan umat muslim. Tahapan terakhir adalah membudayakan ucapan salam dan bersalaman. Hal ini dapat dikatakan merupakan sesuatu yang sangat cukup efisien untuk mempererat hubungan persaudaraan antar sesama muslim. Pasalnya dengan bersalaman, mengucap dan menjawab salam maka akan menggugurkan dosa kita terhadap muslim tersebut. Sehingga apabila semakin sering antar muslim bersalaman maka insyaAllah tidak ada dosa sesama manusia yang menjadi ganjalan beratnya timbangan amal baik kita di akhirat kelak. Amiiinnnn.
                Sahabat sekalian, jika ketiga hal remeh tersebut belum terlaksana dengan baik maka dapat kita lihat dampaknya pada keseharian kita saat ini. Maka demikian pentingnya merapatkan barisan, merapatkan shof dan menyatukan hati menurut analisis saya, maka apabila ada tulisan yang kurang berkenan di hati dan salah dalam pengerjaannya mohon dimaafkan dan diberitahu langsung kepada saya. KARENA ISLAM ITU INDAH MAKA LAKUKANLAH YANG INDAH YANG TELAH DIAJARKAN OLEH-NYA. ^_^


follow me @qhimahatthoyyib

Minggu, Maret 10, 2013

LIVE REPORT Saat Aku Mengajar dan Belajar Dari Ibu

             Assalamu’alaikum sahabat senja, kali ini akan kuberitahu satu hal kepada teman-teman semua tentang sesuatu yang sangat senang sekali kulakukan. Hal ini tak ada duanya pada hari-hariku. Menyenangkan. Kurasa inilah hal kedua yang kusenangi selain mengaji. Hal tersebut adalah MENGAJAR. Entah mengapa, sejak aku sadar dan paham akan segala hal tentang kehidupan, aku sangat menyukai segala hal yang berkaitan dengan pendidikan. Belajar, Mengajar, Mendidik, Dididik, Membimbing, Dibimbing, apapun namanya itu saya suka. Sejak dulu dan sampai sekarang ada satu hal yang masih kucita-citakan yaitu menjadi Menteri Pendidikan dan Menteri Pertanian. Entah, mungkin karena saya sangat ingin menjadi peubah sistem pendidikan dan pertanian di negara Indonesia ini.
                Terlebih hal yang saya sukai adalah mendidik dan memberi pelajaran kepada anak-anak, hal ini dikarenakan anak-anak yang nantinya akan menjadi pemuda adalah aset terbesar yang dimiliki oleh negara Indonesia. Pasalnya para pemuda tersebutlah yang dapat menentukan nasib bangsa ini kedepannya karena kekuasaan akan secara otomatis pindah ke tangan mereka. Begitulah.. maka dari itu saya mencoba dari hal-hal yang sangat kecil, pertama yaitu menjadi bagian dari keluarga kedua saya saat ini yaitu Badan Pelayanan Umat (BPU)-JMMI ITS. Di tempat inilah, saya tak hanya belajar untuk mengajar tapi juga belajar untuk menjadi seorang ibu.
                Di BPU ini Alhamdulillah saya diberi amanah sebagai Wakil Kepala Biro Pembinaan yang notabene biro ini didirikan untuk mengelola ibu-ibu yang bertempat tinggal di kampung-kampung sekitar ITS. Kampung yang sedang berada dalam binaan kami sekarang adalah Kejawan Pompa Air, Keputih Tegal Timur, dan Gebang Lor. InsyaAllah kegiatan ini dirahmati oleh Allah karena kami berada di jalan dakwah dengan syari’ah islam sebagai tuntunannya. Jadi hanya Allah-lah yang kami harapkan balasannya untuk kami. Kau tahu teman, dan entah mengapa saya lebih suka mengajar adik-adik dan membina ibu-ibu daerah binaan daripada mengajar les anak-anak orang berada.

Ini adek-adek daerah Keputih Tegal Timur

Ini adek-adek daerah Medokan

Ini adek-adek daerah Keputih Tegal Timur lagi

Ini adek-adek daerah Medokan lagi

Ini ibu-ibu daerah Gebang
                
                 Dari sinilah semua cerita itu berawal.. alhamdulillah sudah lebih dari setengah tahun amanah ini terlampaui, tinggal menghitung hari sepertinya, sekitar 2 bulan lagi (Maret dan April) kepengurusan ini selesai, entah nanti saya mendapat amanah apalagi saya tak tahu, yang saya tahu hanyalah AMANAH TAK AKAN PERNAH SALAH MEMILIH. Semenjak bergabung di keluarga BPU ini entah mengapa saya merasa mengalami akselerasi dalam hal “ke-IBU-an”, mungkin karena hampir setiap hari bertemu dengan ibu-ibu, mengobrol dengan ibu-ibu, mengurusi hal-hal terkait ibu-ibu jadinya ya seperti ini harus berpikiran visioner seperti ibu-ibu itu. Sayangnya saya sudah terlanjur jatuh cinta dengan hal ini, entah nanti bagaimana nasib saya jika tak lagi berada dalam keluarga ini. Rasanya, entah mengapa enggan sekali bila diminta meninggalkan keluarga ini. Keluarga yang istimewa dengan amanah yang juga istimewa bersama orang-orang yang sangat istimewa.
                Tugas saya di kepengurusan ini adalah mengajar ibu-ibu mangaji, berorganisasi dan berwirausaha. Dari ibu-ibu itu pulalah saya belajar banyak hal tentang kehidupan. Bagaimana susah dan senangnya hidup, susah mudahnya bertetangga, susah senangnya mengurus anak, bayi, suami dan sebagainya, meski hal seperti itu seringkali diajarkan oleh orangtuaku tapi sahabat, orangtua mana sih yang tega bercerita tentang pahitnya menjalani rumahtangganya ke anak sendiri, benar bukan? Paling tidak yang mereka ceritakan kepada kita adalah sebagian kecil kericuhan rumahtangga dan banyak hal yang bersifat kesenangan.
             Hmm gimana? Sudah ada gambaran tentang apa yang saya bicarakan? Begitulah, dibalik mengajar, diam-diam saya mengambil banyak pelajaran dari kegiatan mengajar tersebut. Memang sudah seharusnya kita sebagai manusia selamanya belajar seperti yang disabdakan oleh Rosulullah SAW dalam haditsnya yang berarti “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”. Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sebagai manusia, selamanya kita harus belajar. Definisi belajar disini bukan hanya belajar dari pendidikan formal saja, tapi juga belajar dari kehidupan. Kita bisa belajar dari alam yang diciptakan Tuhan, belajar dari pengalaman hidup orang lain, belajar dari semua lingkungan yang ada disekitar kita. Begitulah sahabat, JIKA INGIN MENG-AKSELERASI DIRI MAKA BANYAK-BANYAKLAH BELAJAR DARI APAPUN DAN DARI SIAPAPUN. ^_^


follow me @qhimahatthoyyib

Kamis, Maret 07, 2013

LIVE REPORT “Waktu Itu” Tentang BAYI Dalam Gendonganku



                 Assalamu’alaikum sahabat senja, sudah lama sekali saya tidak menulis di blog ini.. apa kabar? Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT ya.. pada sesi kali ini saya ingin menceritakan pengalam saya yang entah kenapa selalu terngiang dalam ingatan saya. Cerita berikut ini adalah mengenai BAYI.
                  Malam itu, hari Rabu 6 maret 2013 di sebuah tempat binaan saya Kejawan Pompa Air, Sukolilo, Surabaya. Saat itu kajian rutin yang lembaga kami (Badan Pelayanan Umat-JMMIITS) adakan sedang berlangsung dengan khidmat, semua ibu-ibu yang hadir—meski hanya 2 orang—turut menyimak materi yang disampaikan oleh pembicara dengan saksama. Pembicara seharusnya yang telah diundang pada malam hari itu tiba-tiba berhalangan hadir karena udzur syar’i sehingga pemateri yang biasanya seorang akhwat (baca : perempuan) digantikan oleh seorang ikhwan (baca : laki-laki) yaitu direktur Badan Pelayanan Umat (BPU) sendiri yang mana hari itu bertepatan dengan hari lahir beliau menurut kalender Masehi.
                   Kajian Rutin ini berlangsung pukul 20.10 (terlambat setengah jam dari jadwal seharusnya yang sudah ditetapkan karena menunggu ibu-ibu peserta yang tak kunjung hadir dalam forum) di Musholla Al-Falah milik pak Seno. Materi kajian hari itu adalah mengenai “Penyakit Hati dan Obatnya”. Panitia ikhwan yang hadir saat itu adalah Kepala Biro Pembinaan yang notabene kedudukannya sebagai partner saya, staff biro pembinaan ini dan staff biro humas itu dan juga panitia akhwat yang hadir adalah saya (Wakil Kepala Biro Pembinaan) dan kedua staff tercinta saya ini dan itu. Peserta yang hadir saat itu adalah bu Suadah dan bu Sundari dan anak-anak beliau berdua.
                   Bu Sundari (entah berapa usianya) memiliki 4 putra-putri yang mana pada malam itu hanya anak pertama dan terakhirnya saja yang dibawa. Anak pertama bu sundari adalah seorang putri bernama Suci yang saat ini sedang berada pada bangku Sekolah Dasar tepatnya kelas 6 (sama seperti adek kedua saya) dan anak terakhirnya seorang putri bernama Izzah yang masih berusia satu tahun. Peserta kedua yang hadir adalah Bu Suadah yang (setahu saya) hanya memiliki 2 putra yaitu Tegar dan Galih dan pada malam itu dibawa semua mengikuti kajian. Jujur saja saya tidak tahu usia Tegar, tapi sepertinya dia masih duduk di bangku kelas 4 SD (2 tahun lebih muda dari Suci) dan Galih berusia jarak dua bulan setelah kelahiran Izzah jadi menurut analisis ini usia Bu Suadah lebih muda sedikit (entah berapa tahun) dibandingkan dengan Bu Sundari.
Malam itu pukul 20.48 kalau tidak salah, kami (saya dan kedua staff saya) kembali dari warung makan milik Bu Yayuk (salah satu ibu binaan saya saat bulan Romadhon 1433 H lalu) karena saking laparnya perut kami. Saya makan penyetan telur (melanggar aturan dokter yang seharusnya tak boleh dimakan) dan salah satu staff saya makan pecel telur dan staff saya yang lain tidak makan. Balik lagi ke cerita, setelah makan malam yang “istimewa” tersebut kami kembali ke tempat Kajian Rutin (KanTin) untuk bertugas kembali. Ternyata kajian itu belum selesai, padahal seharusnya kajian selesai pada pukul 21.00 WIB. Di tengah penantian tersebut saya dan kedua staff saya terpaksa duduk-duduk mengemper di tempat yang sangat gelap tersebut. Tiba-tiba terdengar suara  bayi menangis dari dalam tempat kajian.
iniunic.blogspot.com

                 Salah seorang keluar dari tempat kajian, ternyata Suci dengan seorang bayi ditangannya yang ternyata adiknya, Izzah. Suci mencoba menenangkan Izzah karena mungkin di dalam musholla terasa panas. Beberapa menit berlalu, saya mencoba menghibur Izzah yang ada di gendongan Suci, beberapa detik kemudian saya meminta Izzah dari Suci untuk saya gendong. Lumayan, ternyata Izzah cukup berat juga untuk ukuran bayi berumur satu tahun. Saya sangat terkejut, Izzah tidak menangis berada di gendongan saya, mungkin karena saking ngantuknya dia. Setelah saya paham bahwa Izzah mengantuk, saya lanjutkan saja menggendongnya dan membuatnya nyaman, menyandarkan kepalanya di dada saya, mengayunnya pelan-pelan agar semilir angin mengenai badannya yang kepanasan. Saya menggendongnya selama sekitar 20 menitan, walhasil pada detik-detik terakhir Izzah tertidur lelap di dada saya, dengan merasakan degup jantung bayi itu saya jadi menyadari sesuatu.
           Betapa terdapat rasa nyaman pada diri saya ketika saya menggendongnya. Namun juga ada rasa takut apabila gendongan saya membuatnya tak nyaman. Jantungku berdegup kencang, entah itu degup jantung bayi itu atau degup jantungku saya tak tahu. Yang saya tahu saya merasa menjadi satu dengan bayi itu. Entah mengapa.. mungkin dari situlah ikatan anak dan ibu tercipta. Dari dekapan, dari pelukan, dari kedua degup jantung yang bertemu dan berbunyi hingga ke telinga perlahan-lahan. Semua itu menyenangkan. :D
            Kajian usai pukul 21.25, ibu-ibu dan panitia ikhwan keluar dari musholla tersebut. Kusambut ibu-ibu itu dan kuserahkan Izzah kembali pada ibunya. Suaaaanggggattt pegal tangan ini ternyata, lega juga bisa mengembalikan Izzah pada ibunya dengan selamat. Begitulah ternyata, antara rasa senang dan tidak saat menggendong bayi, tapi kalau itu bayiku mungkin perasaan senang akan melebihi segalanya. IBU, BARU SAJA AKU BELAJAR DAN SEKARANG AKU TAHU DARIMANA CINTA YANG KAU BERIKAN UNTUKKU BERASAL. DARI RAGAKU YANG BERSATU DENGAN RAGAMU. ^_^


follow me @qhimahatthoyyib