Hari ini
adalah hari terakhir di tahun 2020. Sayangnya, menjelang lembaran pertama tahun
2021 ini, kondisi Indonesia semakin memprihatinkan. Pandemi tak kunjung
diselesaikan, ekonomi tak kunjung dibangkitkan, demokrasi pun terkekang,
kebaikan semakin terhalang, dan kejahatan sangat jelas terpampang. Negara dengan
mayoritas muslim tapi tak bangga dengan keislamannya, malah saling benci saling
murka terhadap sesama pemeluk Islam lainnya. Negara dengan latar belakang
sejarah yang kaya dan beragam terlebih dari para ulama-ulama muslim. Tetapi hal
itu dikaburkan, diputarbalikkan, bahkan ditenggelamkan. Bagaimana mungkin
negara bermayoritas masyarakat Islam tapi tak mau mengenal sejarah keislamannya.
Padahal secara logis kita sadar bahwa agama Islam tidak mungkin tersebar luas
ke seluruh pelosok negeri, terlebih sebagian besar bermadzhab syafi’i, jika tak
bermula dari sekumpulan ulama yang mendakwahkannya di Nusantara ini. Kalau di
berbagai negara dengan mayoritas penduduk beragama non islam saja ada
jejak-jejak keislaman, apalagi di Indonesia yang sampai saat ini umat muslim masih
terbanyak jumlahnya.
Ya, tulisan kali ini membahas pembubaran ormas FPI yang dilakukan oleh pemerintah sebagai agenda penutup akhir tahun doi. Program ini adalah puncak dari peristiwa sebelumnya yaitu membuikan MRS (pimpinan FPI), menembaki para laskar (meski sampai saat ini belum ada titik terang penyelesaian kasus), hingga akhirnya menetapkan kelompoknya sebagai ormas terlarang. Sungguh hal yang tampak terstruktur dan tersistematis. Bukankah ini sebuah kejahatan besar yang bertopengkan kekuasaan?
Selain itu, akhir tahun ini juga ditutup dengan korupsi paling memalukan dari para ‘tangan kanan’ sang penguasa. Bantuan sosial untuk masyarakat bawah dikorupsi? Terlebih pada kondisi pandemi saat ini? Sungguh sulit dimengerti dan sangat memuakkan bukan? Ini mah namanya bukan keadilan tapi kejahatan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Benar-benar menyedihkan, sedikit sekali pemimpin yang dapat dijadikan panutan. Sedikit sekali pemimpin yang berpihak pada kebaikan, terlebih pada masyarakat awam yang tak kenal dunia perpolitikan.
Kasus korupsi
yang tersangkanya jelas diketahui, hanya pelaku perseorangan yang diamankan dan
organisasi alias partainya tak mendapatkan hukuman. Padahal mungkin saja
kejahatan itu adalah hasil dari pengaderan. Di sisi lain, MRS yang kesalahannya
dicari-cari agar beliau mudah dipenjarakan, tak berhenti di situ saja, bahkan
ormasnya pun dihajar, dipotong, dan dihancurkan habis-habisan. Padahal mereka
berbuat untuk kebaikan. Wallahu a’lam. Meskipun ekonomi Indonesia tahun ini
anjlok dan tahun depan diprediksi jeblok, kita tak boleh berputus asa dan terus
berharap semoga tahun 2021 merupakan masa yang menggembirakan bagi seluruh kehidupan. Sebagai penutup kuucapkan, selamat bermuhasabah akhir tahun, kawan.
follow me @qhimahatthoyyib