Kamis, Desember 31, 2020

SKETSA PANDEMI-Bagian 7


                Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2020. Sayangnya, menjelang lembaran pertama tahun 2021 ini, kondisi Indonesia semakin memprihatinkan. Pandemi tak kunjung diselesaikan, ekonomi tak kunjung dibangkitkan, demokrasi pun terkekang, kebaikan semakin terhalang, dan kejahatan sangat jelas terpampang. Negara dengan mayoritas muslim tapi tak bangga dengan keislamannya, malah saling benci saling murka terhadap sesama pemeluk Islam lainnya. Negara dengan latar belakang sejarah yang kaya dan beragam terlebih dari para ulama-ulama muslim. Tetapi hal itu dikaburkan, diputarbalikkan, bahkan ditenggelamkan. Bagaimana mungkin negara bermayoritas masyarakat Islam tapi tak mau mengenal sejarah keislamannya. Padahal secara logis kita sadar bahwa agama Islam tidak mungkin tersebar luas ke seluruh pelosok negeri, terlebih sebagian besar bermadzhab syafi’i, jika tak bermula dari sekumpulan ulama yang mendakwahkannya di Nusantara ini. Kalau di berbagai negara dengan mayoritas penduduk beragama non islam saja ada jejak-jejak keislaman, apalagi di Indonesia yang sampai saat ini umat muslim masih terbanyak jumlahnya.

                Ya, tulisan kali ini membahas pembubaran ormas FPI yang dilakukan oleh pemerintah sebagai agenda penutup akhir tahun doi. Program ini adalah puncak dari peristiwa sebelumnya yaitu membuikan MRS (pimpinan FPI), menembaki para laskar (meski sampai saat ini belum ada titik terang penyelesaian kasus), hingga akhirnya menetapkan kelompoknya sebagai ormas terlarang. Sungguh hal yang tampak terstruktur dan tersistematis. Bukankah ini sebuah kejahatan besar yang bertopengkan kekuasaan?

                Selain itu, akhir tahun ini juga ditutup dengan korupsi paling memalukan dari para ‘tangan kanan’ sang penguasa. Bantuan sosial untuk masyarakat bawah dikorupsi? Terlebih pada kondisi pandemi saat ini? Sungguh sulit dimengerti dan sangat memuakkan bukan? Ini mah namanya bukan keadilan tapi kejahatan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Benar-benar menyedihkan, sedikit sekali pemimpin yang dapat dijadikan panutan. Sedikit sekali pemimpin yang berpihak pada kebaikan, terlebih pada masyarakat awam yang tak kenal dunia perpolitikan.

                Kasus korupsi yang tersangkanya jelas diketahui, hanya pelaku perseorangan yang diamankan dan organisasi alias partainya tak mendapatkan hukuman. Padahal mungkin saja kejahatan itu adalah hasil dari pengaderan. Di sisi lain, MRS yang kesalahannya dicari-cari agar beliau mudah dipenjarakan, tak berhenti di situ saja, bahkan ormasnya pun dihajar, dipotong, dan dihancurkan habis-habisan. Padahal mereka berbuat untuk kebaikan. Wallahu a’lam. Meskipun ekonomi Indonesia tahun ini anjlok dan tahun depan diprediksi jeblok, kita tak boleh berputus asa dan terus berharap semoga tahun 2021 merupakan masa yang menggembirakan bagi seluruh kehidupan. Sebagai penutup kuucapkan, selamat bermuhasabah akhir tahun, kawan.

follow me @qhimahatthoyyib

Selasa, Desember 15, 2020

SKETSA PANDEMI-Bagian 6

             Hari ini, 15 Desember 2020, adalah hari keduapuluh adik kecilku meninggal.

Tepat 25 November lalu, adikku yang ketiga, anak keempat, anak lelaki satu-satunya di keluarga kami dipanggil kembali oleh Allah. Takdir ini bukanlah kejutan yang menyenangkan bagi kami, tetapi mau tidak mau kami harus berlapang diri. Ya, di tahun ini, Allah benar-benar memberi keluarga kami banyak kejutan, dari yang menggembirakan hingga menyedihkan. Sampai-sampai membuatku sangat ingin mengenang semua itu dalam tulisan. Hingga terwujudlah bab sketsa pandemi yang telah kuuraikan.

Sejujurnya, tulisan sketsa pandemi sudah kuakhiri di bagian kelima lalu. Namun ternyata, takdir berkata lain, kisah ini menambah jumlah lembaran pada bab yang ingin segera kutamatkan. Sampai saat ini, pandemi di Indonesia belum berhasil diatasi dan Kota Surabaya masih dinyatakan sebagai zona oranye. Sehingga kisah-kisah istimewa yang akan terjadi di sisa akhir tahun pun menjadi bagian dari bab sketsa pandemi yang mudah-mudahan tak berkelanjutan di tahun mendatang. Semoga Allah segera mengangkat makhluk kecil ini dan menggantinya dengan limpahan kebaikan. Meskipun bagi sebagian makhluk-Nya, pandemi ini telah memberi mereka kenikmatan. 

Kisah ini sangat ingin kutuliskan. Tetapi setelah mengetikkan dua paragraf pembuka, aku sadar tak ada lagi kata-kata tersisa selain meminta doa dari sahabat sekalian. Semoga adik kecil kami diberi segala kebaikan, ditempatkan di tempat terbaik yang Allah sediakan. Kehadirannya selama 14 tahun ini cukup banyak memberiku pelajaran, yang sebagian telah kutuliskan di beberapa lembar tahun-tahun sebelumnya, tahun-tahun yang telah bersama kita lewatkan. Ya, meskipun kita berbarengan hanya pada sebagian dari 177 purnama yang telah Allah berikan.

Sidoarjo, 25 Februari 2006 - Surabaya, 25 November 2020.

follow me @qhimahatthoyyib