Hari ini, 15 Desember 2020, adalah hari keduapuluh adik kecilku meninggal.
Tepat 25 November lalu, adikku yang
ketiga, anak keempat, anak lelaki satu-satunya di keluarga kami dipanggil kembali
oleh Allah. Takdir ini bukanlah kejutan yang menyenangkan bagi kami, tetapi mau
tidak mau kami harus berlapang diri. Ya, di tahun ini, Allah benar-benar
memberi keluarga kami banyak kejutan, dari yang menggembirakan hingga
menyedihkan. Sampai-sampai membuatku sangat ingin mengenang semua itu dalam tulisan.
Hingga terwujudlah bab sketsa pandemi yang telah kuuraikan.
Sejujurnya, tulisan sketsa pandemi
sudah kuakhiri di bagian kelima lalu. Namun ternyata, takdir berkata lain, kisah
ini menambah jumlah lembaran pada bab yang ingin segera kutamatkan. Sampai saat
ini, pandemi di Indonesia belum berhasil diatasi dan Kota Surabaya masih
dinyatakan sebagai zona oranye. Sehingga kisah-kisah istimewa yang akan terjadi
di sisa akhir tahun pun menjadi bagian dari bab sketsa pandemi yang
mudah-mudahan tak berkelanjutan di tahun mendatang. Semoga Allah segera
mengangkat makhluk kecil ini dan menggantinya dengan limpahan kebaikan. Meskipun bagi sebagian makhluk-Nya, pandemi ini telah memberi mereka kenikmatan.
Kisah ini sangat ingin kutuliskan. Tetapi setelah mengetikkan dua paragraf pembuka, aku sadar tak ada lagi kata-kata tersisa selain meminta doa dari sahabat sekalian. Semoga adik kecil kami diberi segala kebaikan, ditempatkan di tempat terbaik yang Allah sediakan. Kehadirannya selama 14 tahun ini cukup banyak memberiku pelajaran, yang sebagian telah kutuliskan di beberapa lembar tahun-tahun sebelumnya, tahun-tahun yang telah bersama kita lewatkan. Ya, meskipun kita berbarengan hanya pada sebagian dari 177 purnama yang telah Allah berikan.
Sidoarjo, 25 Februari 2006 - Surabaya, 25 November 2020.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar