Jumat, Juli 16, 2021

Miskin Boleh, Tapi Bodoh Jangan, Ditambah Lagi Penyakitan


                Tulisan ini masih satu series dengan tulisanku sebelumnya yang berjudul Sketsa PandemiBagian 10 dan Miskin Boleh, Tapi Bodoh Jangan. Berikut sebuah hadits Rosulullah SAW untuk membuka tulisan ini, Hadis riwayat Abu Hurairah ra., Ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah. (Shahih Muslim No.4022). Dari hadits tersebut kita tahu bahwa salah satu kewajiban seorang muslim terhadap muslim yang lain adalah menjenguk saudara semuslim yang sakit.

Penyakit atau Wabah yang menimpa manusia, bisa termasuk dalam siksaan, ujian, atau rahmat. Bergantung pada kondisi keimanan si penerima. Seperti disebutkan dalam hadits berikut, Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya ia bertanya kepada Rasulullah s.a.w. perihal penyakit taun, lalu beliau memberitahukannya bahwa sesungguhnya taun itu adalah sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah Ta'ala kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang dijadikan oleh Allah Ta'ala kepada kaum mu'minin. Maka tidak seorang hamba pun yang tertimpa oleh taun, kemudian menetap di negerinya sambil bersabar dan mengharapkan keridhaan Allah serta mengetahui pula bahwa taun itu tidak akan mengenainya kecuali karena telah ditetapkan oleh Allah untuknya, kecuali ia akan memperoleh seperti pahala orang yang mati syahid." (Riwayat Bukhari).

Berdasarkan hadits tersebut, penyakit/wabah adalah sesuatu yang dikirimkan oleh Allah ke muka bumi. Tapi seperti kita tahu, bahwa sebagian besar musibah (termasuk penyakit) yang terjadi pada kita adalah akibat ulah kita sendiri. Kita sudah diciptakan demikian sempurna, tapi karena kurang bersyukur dan tak merawat diri sebaik mungkin, sehingga banyak penyakit hinggap dalam diri. “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu. Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah. QS: As-Syuura (42)  ayat 30-31”. Hal ini menjadi peringatan bagi kita semua.

Tetapi sungguh Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berikut hadits-hadits yang berkaitan dengan hal itu:

  • 1.       Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, apakah kami berobat?" Beliau menjawab, "Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan (pikun)". (HR. Ashabussunnah)
  • 2.       Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengerti. (HR. Bukhari dan Muslim)
  • 3.       Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Bukhari)
  • 4.       Dalam riwayat selain Tirmidzi disebutkan: "Peliharalah Allah, maka engkau akan mendapatkanNya di hadapanmu. Berkenalanlah kepada Allah -yakni tahulah kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan untuk Allah- di waktu engkau dalam keadaan lapang -sehat, kaya dan lain-lain-, maka Allah akan mengetahuimu -memperhatikan nasibmu- di waktu engkau dalam keadaan kesukaran –sakit, miskin dan lain-lain-. Ketahuilah bahwa apa-apa yang terlepas daripadamu itu -keuntungan atau bahaya, tentu tidak akan mengenaimu dan apa-apa yang mengenaimu itu pasti tidak akan dapat terlepas daripadamu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta kesabaran dan bahwasanya kelapangan itu beserta kesukaran dan bahwasanya beserta kesukaran itu pasti ada kelonggaran."

Penyakit memang bukan hal yang menguntungkan untuk keseharian kita, tapi pasti ada hikmah yang bisa diambil dari kejadian tersebut. Berkaitan dengan judul tulisan, bukan bermaksud untuk memojokkan kaum fakir miskin tetapi justru menjadi renungan kita bersama. Terlebih karena kondisi negara yang belum bisa optimal dan maksimal dalam memberikan pengobatan gratis kepada mereka. Akhir kata, semoga kita semua selalu bisa menjadi hamba yang bersyukur.



Rabu, Juli 14, 2021

Miskin Boleh, Tapi Bodoh Jangan

 

                Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu tidak mencabut ilmu pengetahuan dengan sekaligus pencabutan yang dicabutnya dari para manusia, tetapi Allah mencabut ruhnya -wafatnya- para alim ulama, sehingga apabila tidak ditinggalkannya lagi seorang alim pun -di dunia ini-, maka orang-orang banyak akan mengangkat para pemimpin -atau kepala-kepala pemerintahan- yang bodoh-bodoh. Mereka -para pemimpin dan kepala pemerintahan- itu ditanya, lalu memberikan keterangan fatwa tanpa menggunakan dasar ilmu pengetahuan. Maka akhirnya mereka itu semuanya sesat dan menyesatkan -orang lain-." (Muttafaq 'alaih)

                Hadits di atas memberi pengetahuan pada kita bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang istimewa dalam islam. Hingga hari ini, kesedihan akan kehilangan para tokoh dan cendekiawan ternyata masih berlanjut. Belum lagi, semakin banyak anak-anak yang tetiba menjadi yatim/piatu bahkan yatim piatu menjelang hari anak nasional. Tak dipungkiri, orang-orang pasti mengkhawatirkan nasib anak-anak tersebut. Terlebih berkaitan dengan pembiayaan hidup mereka. Namun, sebagai seorang muslim seharusnya kita yakin bahwa Allah telah menyiapkan rejeki-Nya untuk mereka.

                Bertambahnya jumlah anak yatim/piatu berarti bertambah pula ladang amal untuk orang-orang beriman. Banyak ayat di dalam Al Qur’an dan hadits Rosulullah yang menyatakan keutamaan berbuat baik dan memuliakan anak yatim dan fakir miskin. Di surat al Baqoroh ayat 177 misalnya, atau an Nisa ayat 36, atau al Insan ayat 8. Berikut beberapa hadits yang berkaitan:

  • ·         Dari Sahl bin Sa'ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam syurga seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan merenggangkan antara keduanya itu." (Riwayat Bukhari) Kafilul yatim ialah orang yang menanggung segala perkara yang diperlukan oleh anak yatim -baik makan, minum, kediaman, pakaian dan pendidikannya, juga lain-lainnya pula.
  • ·         Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pemelihara anak yatim, baik miliknya sendiri atau milik lainnya, saya -Nabi s.a.w.- dan ia adalah seperti kedua jari ini di dalam syurga." Yang merawikan hadits ini yakni Malik bin Anas mengisyaratkan dengan menggunakan jari telunjuk serta jari tengahnya. (Riwayat Muslim) Sabda Nabi s.a.w. Alyatim iahu au lighairihi, artinya ialah yang masih termasuk keluarganya atau yang termasuk orang lain. Yang masih keluarganya seperti anak yatim yang dipelihara oleh ibunya, neneknya, saudaranya atau lain-lainnya orang yang masih ada kekeluargaan dengannya. Wallahu a'lam.
  • ·         Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang mengasihi dan menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan lembut dan mengasihi keyatiman serta kelemahannya, dan tidak bersikap angkuh dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya terhadap tetangganya. Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menerima sedekah seorang yang mempunyai kerabat keluarga yang membutuhkan santunannya sedang sedekah itu diberikan kepada orang lain. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, ketahuilah, Allah tidak akan memandangnya (memperhatikannya) kelak pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani)

Seperti yang teman-teman baca, di dalam ayat-ayat tersebut, Allah menyebutkan suatu kondisi yatim dan fakir miskin, yang artinya dapat kita telaah bahwa hal itu sunnatullah pasti terjadi. Bahwa anak yatim dan utamanya keberadaan kemiskinan (akan materi duniawi) adalah suatu kejadian yang tidak dapat kita hilangkan 100%. Oleh karena itu, dapat kita ambil pelajaran bahwa miskin (secara materi) bukanlah suatu kondisi yang memalukan. Namun, seperti disebutkan dalam hadits berikut, kemisikinan (hati dan jiwa) adalah sumber segala keburukan.

“Hampir saja kemiskinan (kemiskinan jiwa dan hati) berubah menjadi kekufuran. (HR. Ath-Thabrani)”

Jadi, sesuatu yang seharusnya kita hindari adalah terus berada dalam kebodohan.



                Merasa bodoh dan terus haus akan ilmu adalah keharusan. Tapi terus berada dalam kebodohan (dalam definisi apapun) adalah awal mula kehancuran.

  • ·         "Berilah pengampunan, perintahlah kebaikan dan janganlah engkau menghiraukan kepada tindakan orang-orang yang bodoh." (al-A'raf: 199)
  • ·         Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka ... neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
  • ·         Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani)
  • ·         Sesungguhnya Allah membenci orang yang berhati kasar (kejam dan keras), sombong, angkuh, bersuara keras di pasar-pasar (tempat umum) pada malam hari serupa bangkai dan pada siang hari serupa keledai, mengetahui urusan-urusan dunia tetapi jahil (bodoh dan tidak mengetahui) urusan akhirat. (HR. Ahmad)
  • ·         Dari Ummul Mu'minin Ummu Salamah dan namanya sendiri adalah Hindun binti Abu Umayyah yaitu Hudzaifah al-Makhzumiyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. itu apabila keluar dari rumahnya, bersabda -yang artinya: "Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu kalau-kalau saya sampai tersesat atau disesatkan, tergelincir -dari kebenaran- atau digelincirkan, menganiaya atau dianiaya, menjadi bodoh -tidak mengerti sesuatu- ataupun dianggap bodoh oleh orang lain atas diriku." Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan lain-lainnya dengan sanad-sanad yang shahih. Tirmidzi berkata bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. Hadits di atas adalah menurut lafaznya Imam Abu Dawud.

Selasa, Juli 13, 2021

SKETSA PANDEMI-Bagian 10

                 Assalamu’alaikum semuanya~ semoga dalam keadaan sehat yaa..

                Sungguh, pekan-pekan ini terasa menyedihkan. Setiap hari, dari setiap grup yang kuikuti, selalu ada berita duka, kalau tak berkabar sakit, pasti tentang kematian, entah ayah, ibu, atau keluarga dekat ybs. Sedih sekali rasanya, sejak tahun lalu, sudah ratusan ulama dan ribuan orang-orang baik diambil kembali oleh Sang Pemilik nyawa mereka. Cepat sekali mereka berpulang. Mudah sekali bagi Allah untuk mengangkat ilmu dan mengambil kebaikan yang telah diberikan-Nya di dunia.

                Dengan cara yang tak pernah kita sangka dan kondisi yang tak pernah kita duga. Allah datangkan makhluk kecilnya. Ia beri ujian pandemi pada manusia. Lalu ambil kembali orang-orang baik dan berilmu yang menjadi penerus para Nabi dan Rosul-Nya. Dan seterusnya entah ada ujian apa lagi, hingga yang tersisa di dunia hanyalah kebodohan dan DUARRR!! Entah kapan kiamat akan terjadi, yang jelas sudah pasti sebentar lagi. Karena tanda-tanda datangnya waktu itu, sudah semakin marak jika kita cermati.


                Tak adanya orang beriman yang berilmu merupakan malapetaka yang lebih besar dari pada sekedar ujian kemiskinan. Ratusan kelompok kehilangan kader cerdasnya, ribuan murid kehilangan gurunya, dan jutaan masyarakat kehilangan pemimpin terbaiknya. Kalau ekonomi bisa cepat diperbaiki, tapi tidak dengan regenerasi. Entah berapa puluh tahun lagi pengganti dan penerus generasi terbaik itu dihadirkan oleh Allah lagi di dunia ini.

-cek LAPORAN MUI-

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun,

Teriring doa untuk semua almarhum/ah para alim ‘ulama, para cendekiawan, para mu’minin dan mu’minat dimanapun dikuburnya mereka. Semoga Allah memberikan tempat terbaik bagi mereka, mengampuni segala dosa mereka, menerima segala amal perbuatan mereka, menerima segala pengorbanan yang telah mereka lakukan dalam menyebarkan kebaikan dan keilmuan mereka.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَه\ها وَارْحَمْه\ها وَعَافِه\ها وَاعْفُ عَنْه\ها، وَأَكْرِمْ نُزُوْلَه\ها، وَوَسِّعْ مَدْخَلَه\ها، وَاغْسِلْه\ها بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَ\ها مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْه\ها دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِه، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِه\ها، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِه\ها، وَأَدْخِلْهَ\ها الْجَنَّةَ، وَأَعِذْه\ها مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِوَعَذَابِ النَّارِ.

اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَه\ها وَلاَ تَفْتِنّا بَعْدَه\ها وَاغْفِرْلَنَا وَلَه\ها وَاجْعَلِ الْجَنَّةَ مَثوَاه\ها.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ قَبْرَه\ها رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الجِنَانِ وَلاَ تَجْعَلْ قَبْرَهُ\ها حُفْرَةً مِنْ حُفَرِ النِيْرانِ.

آمِـيْنَ... آمِيْنَ... آمِيْنَ... يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ

Selasa, Juni 29, 2021

SKETSA PANDEMI-Bagian 9

 

                Kenyataannya sampai saat ini, pandemi belum usai. Malah muncul beberapa varian virus korona yang baru. Rumah sakit mulai penuh kembali, stok tabung oksigen pun menipis, terlebih para nakes yang berjuang sudah mulai ada yang tumbang lagi. Tapi sebagian masyarakat masih tak percaya kalau virus ini benar-benar ada, bahkan hingga tingkat pejabat negara. Ada apakah sebenarnya? Apakah koar-koar pemerintah tentang protokol kesehatan masih kurang? Atau masih banyak sebenarnya yang belum tercerahkan? Alih-alih mengatakan masyarakat kita kurang pendidikan, atau mungkin akses pendidikan memang belum merata (?).


Aihhh, jangankan masalah virus dan penyakit yang baru ada, bukankah penyakit yang lama masih kita pelihara? Berlebihan makan gorengan misalnya, atau melupakan kelengkapan gizi yang seharusnya, lalu kurangnya olahraga. Selain penyakit fisik, berbagai penyakit pikiran dan kebiasaan buruk pun bermunculan. Jam karet lah, buang sampah sembarangan lah, tak tertib rambu lalu lintas lah, terkadang masih ada juga yang tidak bisa antri dengan baik dan benar, dan lain-lain lagi. Tentu saja, sebagian lainnya tak berbuat demikian dan terus mengupayakan kebaikan. Semoga itu termasuk aku dan kalian ya.

Para sahabat yang sampai saat ini masih sulit berbuat kebaikan, yuk semangat yuk pasti bisa. Cari teman yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kita. Para sahabat yang saat ini sudah mulai mengusahakan berbuat baik, teruslah berbuat baik, selalu berusaha menjadi versi terbaik kita dari hari ke hari. Para sahabat yang sudah istiqomah dalam kebaikan, yuk bagi ilmunya dan ajak semakin banyak orang untuk bergabung sebagai bagian dari pejuang kebaikan. Selamat berjuang semuanya~ semoga Allah meridhoi setiap langkah dan gerakan kita.

Sabtu, Juni 26, 2021

One of The Sights – Ichikei no Karasu

 

                “Sampai jumpa di pengadilan akhirat!”

                Kata-kata itu tidak pernah ada di salah satu drama Jepang bertema pengadilan berjudul Ichikei no Karasu (Ichikei’s Crow) yang tayang baru-baru ini. Karena si hakim satu ini adalah hakim yang sangat adil dan benar-benar mencari kebenaran atas suatu perkara. Bahkan, ia seringkali menggunakan otoritasnya untuk melakukan rekonstruksi kejadian guna menghindari kesalahan putusan. Sehingga, ia ditakuti oleh para pengacara dan jaksa. Selain itu, organisasi kehakiman tertinggi pun ingin menyingkirkannya karena ulah yang ia perbuat merugikan para atasan dan politisi.


                Tentu saja yang ditampilkan dalam drama ini hanyalah hal fiksi, tapi tidak menutup kemungkinan perkara tersebut terjadi di dunia nyata. Bahwa hakim yang baik dan benar akan dibenci dan perlahan-lahan disingkirkan oleh kekuasaan. Sehingga, para hakim tak punya pilihan lain selain menjalankan amanah sebagaimana pesanan atasan. Namun, drama ini menggambarkan bahwa kebenaran akan selalu menunjukkan wujudnya, dan sedalam apapun kesalahan disembunyikan, suatu saat hal itu akan muncul ke permukaan.

                Persoalan pengadilan ternyata sama saja di negeri ini dan negeri itu. Sedemokratis apapun kondisinya, yang namanya penguasa ya pasti merasa punya kuasa atas segalanya. Atas rakyatnya, atas sumber dayanya, bahkan atas segala yang terjadi pun harus sesuai kehendaknya. Siapa yang seharusnya bertahta, siapa yang semestinya dipenjara, mereka atur sedemikian rupa. Tak peduli yang terjadi pada rakyatnya, asalkan mereka bisa makan enak dan tidur nyenyak. Sungguh, hal itu bukanlah kepemimpinan yang digambarkan dalam Islam. Tapi bagaimanapun kondisinya, pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Oleh karena itu, teruslah jadi orang baik dan bertahanlah dalam kebaikan agar suatu saat muncul pemimpin terbaik di antara yang baik itu.

Minggu, Mei 02, 2021

Keracunan Tontonan


                Assalamu’alaikum semuanya~ Selamat berpuasa dan beribadah di bulan Romadhon 1442 H untuk semua yang menjalankan. Sudah bertahun-tahun lamanya tidak ada tulisan rutin dariku selama bulan Romadhon ya, padahal list yang ingin kutuliskan sudah kurancang lagi sejak tahun lalu. Kesibukan? Oh tentu itu hanyalah satu dari sekian alasan yang dapat kita ucapkan bukan? Lain kali akan kuceritakan tentang pendapatku terhadap ‘alasan’. Saat ini, aku ingin mengisahkan hal lain terlebih dahulu.

Sejak dulu, aku merasa bukan termasuk pengikut tren. Genre lagu favorit, drama/film favorit, atau produk lain meski hanya sekedar warung makan yang menjadi favoritku cenderung berbeda dengan orang kebanyakan di masanya. Misalnya, aku bisa saja suka sesuatu yang disukai orang-orang tua dan tak disukai kalangan seusiaku. Terkadang aku juga sesuatu yang disukai anak-anak kecil atau yang lebih muda daripadaku. Bahkan sesuatu yang semua kalangan suka pun, kenyataannya, aku tak suka. Sejumlah teori kukaitkan, karena golongan darahku yang AB lah, atau kategoriku yang INFJ berdasarkan hasil tes MBTI lah, atau mungkin karena aku seorang melankolis plegmatis. Tetapi teori terkini berdasarkan fakta yang kudapati adalah karena aku belum bertemu dengan segerombolan manusia yang satu selera.

Sekarang, siapa sih yang tak bisa terhubung dengan manusia lain di ujung dunia yang berseberangan dengan kita? Semua media bisa digunakan, hanya bermodalkan sekotak telpon pintar dan kemauan saja. Kita bisa menjelajahi seluruh negeri. Dari itulah, aku mulai banyak menemukan orang-orang yang sama, yang satu selera, yang sepemikiran. Meskipun pada dasarnya, aku tetaplah sama, masih merasa asing terhadap sebuah julukan ‘pengikut tren’. Kenyataannya, banyak orang di luar sana yang pengikut media sosialnya jutaan, tapi aku bukan salah satu dari mereka. Banyak lagu, tontonan atau hal lain di luar sana yang digandrungi puluhan juta orang, tapi aku bukanlah di antaranya.

Hal yang kusukai memang cenderung berbeda dari orang kebanyakan. Tapi sama seperti semua orang, aku juga dapat terpengaruh dari hal-hal yang kulihat. Contohnya adalah dua gambar berikut ini.

 


Gegara tontonan, aku jadi ingin mempunyai barang-barang tersebut. Tentu saja, banyak hal yang bisa dijadikan alasan agar barang-barang itu bermanfaat. Karena sebagai seorang muslim, semua yang kita lakukan, semua yang kita miliki, semua yang kita ikuti, jangan sampai termasuk ke dalam hal yang sia-sia. Kata Rosululllah, di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya (HR. at-Tirmidzi). Dalam hadits lain, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).

    Dua hal itulah yang selalu kuingatkan pada diriku sendiri. Tetapi kenyataannya, menjadi bermanfaat adalah hal yang cukup mudah dilakukan, namun meninggalkan hal yang sia-sia, aku sendiri masih harus sangat berjuang. Akhir kata, yuk kita tingkatkan amalan di sepertiga malam terakhir bulan Romadhon ini, dan juga di hari yang bertepatan dengan hari pendidikan nasional, yuk kita ingatkan diri kita untuk terus belajar dan terus tingkatkan keilmuan dunia yang dapat memperberat timbangan kebaikan kita di akhirat kelak.

#merdekabelajar #hardiknas2k21

Rabu, Maret 17, 2021

Kritik Sosial

 


                Kritik sosial adalah hal yang wajar, tapi kenyataan saat ini, pembicaraan itu kembali tabu di Indonesia. Bahkan orang sekelas pejabat negara yang seharusnya menampung aspirasi rakyat malah bilang, “Kalau pemerintah sudah bilang itu hoaks, ya hoaks”. Sungguh pernyataan yang menyakitkan bagi kita sebagai rakyat jelata, yang meskipun kedaulatan ada di tangan rakyat, tapi tak punya kuasa apa-apa. Meskipun demikian, kritik sosial masih harus dilakukan, sampai negara benar-benar mempunyai pemimpin yang sesuai dengan visi misi negara dalam pancasila dan undang-undang dasar yang Indonesia punya.

                Salah satu kritik sosial yang mudah dilakukan adalah dengan film/sinetron atau media visual lainnya. Maka dari itu, segala tipe konspirasi, aspirasi hingga imajinasi banyak dipamerkan dan dijejalkan pada otak banyak orang melalui tontonan. Sehingga kritik tersebut dikenal oleh banyak orang sampai dipercaya hal itu benar-benar nyata terjadi. Banyak orang yang terlena, bahkan saling berkomentar tentang apa yang ditayangkan. Padahal sebagian besar merupakan hiperbola dari kenyataan.



                Seperti yang semua sahabat tahu, di antara semua tontonan yang ada, kalau soal drama atau film, aku paling update tontonan dari Jepang. Kalau variety show adalah dari Korea dan kalau dari Indonesia, saat ini aku lebih tertarik berita politik, sejarah, pendidikan dan kuliner yang itu pun bukan tayangan televisi, melainkan media daring. Sedangkan tontonan dari barat sudah lama aku tinggalkan, sejak tahun 2012-an sepertinya. Segala hal dari barat yang sebagian besar dari Amerika tidak lagi kutonton, meskipun itu adalah film ter-hits. Tapi, tontonan berbahasa inggris yang kutonton di media daring bukanlah film/drama, melainkan kuliner, teka-teki, seni/kreasi, dan eksperimen.

                Saking seringnya nonton drama/film jepang, salah satu pertanyaan yang ada di kepalaku adalah apakah tayangan tersebut diproduksi sebagai kritik sosial? Baik itu kepada masyarakat atau kepada pemerintah. Karena saat kuamati, setiap tahun ada tema-tema khusus yang diangkat. Pada tahun 2020 misalnya, selain banyak tontonan dengan tema utama pandemi, mengatasi pandemi, bertahan saat pandemi dan sebagainya, ada banyak juga tontonan bertema nikah muda yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tema ini sudah lama digaungkan, tapi sebagian besar adalah married by accident, bukan benar-benar dirancang sebagai anjuran pernikahan hingga promosi matching app untuk menemukan jodoh. Apakah ini metode yang digunakan untuk meningkatkan populasi mereka kembali? Aku sendiri juga tak tahu, selain karena tak tinggal di Jepang, aku juga tak mengikuti berita atau kejadian populer dari sana.

                Tema-tema yang selalu ada tiap tahun adalah berkaitan dengan aparat keamanan yaitu detektif dan kepolisian, ada juga tema yang berkaitan dengan pemerintahan baik eksekutif, legislatif dan yudikatif. Tayangan yang pernah kutonton dengan tema tersebut adalah CHANGE!, HERO, Legal High, Against False Charge, dan Legal V. Selain itu, ada juga tayangan bertema permainan tradisonal. Permainan Go, Shogi, Karuta, Kindama, dan Haiku adalah hal tradisional mereka yang kuketahui lewat dorama/movie Jepang. Ketiga tema tersebut membuatku bertanya-tanya apakah hal yang demikian ini merupakan kritik sosial, ataukah itu merupakan kenyataan yang terjadi di Negeri matahari terbit itu? Yaahh, seperti kita tahu, Jepang sangat bangga akan dirinnya, meskipun negaranya kecil tapi tekad mereka sangat luar biasa besar. Hingga mereka mampu menguasai Indonesia di tahun-tahun yang pahit itu. Mereka juga pernah berkelana menguasai Korea, dari salah satu kisah yang kutahu.

Minggu, Maret 07, 2021

Atas Nama Leluhur dan Nenek Moyang

 


                Berkaitan dengan judul ini, dua tulisanku sebelumnya berjudul Salah Taat Kepada Orang Tua dan (Day6) Menasihati Nenek Moyang membahas tema yang sama. Lagi-lagi ada yang perlu kita bahas berkaitan dengan hal ini. Kejadian cukup luar biasa terjadi dalam dua pekan ini, yaitu adanya peraturan presiden yang dikeluarkan berkaitan dengan investasi pada minuman beralkohol. Karena banyaknya penolakan dari berbagai kalangan (yang sebagian besar adalah organisasi Islam), alhasil lampiran ketiga perpres tersebut dibatalkan (kata berita sih begitu).



Selain penolakan, sebenarnya banyak juga netizen yang mendukung peraturan tersebut, berikut alasan-alasan yang populer dari mereka, yang saya lansir dari berbagai sumber:

1.          Ada cukup banyak minuman beralkohol (minol) produk lokal yang merupakan warisan leluhur.

2.  Minol, selain untuk menghangatkan diri juga dipakai dalam peribadatan umat tertentu, untuk mendekatkan diri pada sang Kuasa.

3.     Minol adalah produk kekreatifan akal manusia untuk menikmati dan menghargai sumber daya alam.

4.     Minol juga alat untuk mengakrabkan diri dengan orang lain.

5.   Minol produksi Indonesia perlu dikenal seluruh dunia. Bukankah akan menghasilkan banyak pemasukan jika banyak ekspor minol berkualitas?

6.      Minol punya banyak manfaat, tapi mengapa hanya efek ‘kekerasan’ saja yang ditekankan? Seolah-olah begitu minum, sudah pasti terjadi kekerasan.

7.       Orang yang gak boleh minum, ya gak usah minum lah. Gitu aja kok repot.

Semua alasan tersebut sepertinya cukup masuk akal. Dalam Al Qur’an surat al Baqoroh ayat 219 pun juga disampaikan bahwa khamr (minol) punya manfaat, tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Sebagai muslim tentu saja kita hanya bisa taat pada sang pencipta. Selain itu juga perlu kita sampaikan (dakwahkan) ayat ini ke seluruh penjuru dunia. Tapi bukan itu fokus kita pada tulisan ini.

Alasan paling kuat yang cocok untuk tabiat masyarakat Indonesia adalah minol dilestarikan atas nama leluhur dan nenek moyang. Mereka beritikad baik untuk melestarikan budaya yang telah diwariskan turun temurun. Sayangnya, hal ini juga  tertolak di dalam Islam. Memang kita dianjurkan berbuat baik pada orang tua, meskipun mereka bukan seorang muslim. Tapi, Al Qur’an diturunkan untuk memberi peringatan kepada kaum yang nenek moyangnya (atau bapak-bapaknya) belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Ini disebutkan dalam surat Yasin ayat 6. Jadi, tradisi leluhur dan nenek moyang yang tidak sesuai dengan syariat sudah jelas harus dihentikan. Selain itu, manusia memang diciptakan dengan akal yang dapat digunakan untuk berpikir dan berkreasi sekreatif mungkin, namun tentu saja ada batasan yang harus dijaga karena bagaimanapun ia diciptakan oleh zat yang Maha Sempurna. Wallahu A’lam.

Selasa, Maret 02, 2021

Historical Dorama



                   Hai semuanya~ pandemi udah setahun nih, kalian semua sehat-sehat kan? semoga semuanya sehat yaa~ eh tapi pemerintah ini kayaknya yang lagi gak sehat ups.. Rasanya pengen banget time travel ke masa Rosulullah, atau setidaknya ke masa The Golden Age~

                Ngomong-ngomong soal masa lalu, salah satu genre drama/movie favoritku adalah sejarah. Drama sejarah yang menarik buatku adalah historical dorama Jepang, karena drama yang mereka produksi sangat kreatif, memadukan science fiction, sejarah dan romance. Nobunaga Concerto (2016) misalnya, atau Likes! Mr. Genji (2020), atau yang terbaru Edomoiselle (2021). Selain itu, drama jepang bertema sejarah yang merupakan biografi tokoh juga dibuat sangat seru dan menarik penonton, drama paling hits yang semua peminat jepang tahu yaitu Rurouni Kenshin (2012 dan 2014), atau Oshin yang dirilis di Indonesia pada tahun 90an yang digemari orang tua. Judul lain yang juga menarik adalah The Tale of Genji (2011) atau yang terbaru Youkai Sharehouse (2020). Dorama sejarah yang menceritakan peperangan/tragedi pun juga cukup menarik seperti Donten ni Warau (2018), The Great War of Archimedes (2019), Kingdom (2019), Fukushima 50 (2020), atau Taiyo no Ko (2020). Ada juga yang bertema cooking yaitu Tenno no Ryoriban (2015) yang pernah kutuliskan sebelumnya dan The Last Recipe (2017). Tapi, sejujurnya ada juga yang membosankan menurutku seperti Kurui Musashi (2020).

                Hal itu sangat berbeda dengan Indonesia yang sebagian besar dramanya bertema permasalahan keluarga dan percintaan remaja masa kini. Kalau ada drama/film bertema sejarah pun kurang menarik minat pemuda. Film sejarah yang diputar saat hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus pun itu-itu aja. Belum ada karya yang benar-benar menggugah semangat kebangsaan, atau berani berselisih dan mengoreksi pemerintah. Seperti dorama politik berjudul CHANGE! (2008) atau yang sangat fiksi seperti Ace Attorney (2012). Jadi, secara pribadi, semakin ke sini, aku tak banyak menonton karya drama/film bangsa Indonesia karena menurutku tak seru.

                Historical drama di Indonesia sebenarnya juga pernah ada, Tutur Tinular (1997-1999) dan Angling Darma (2000-2005) misalnya, atau Wiro Sableng yang bahkan remakenya ditayangkan pada tahun 2018 lalu. Ada juga drama sejarah bertema mistis yang dulu menemani masa kecilku dan sebagian episodenya pernah kutonton yaitu Misteri Gunung Merapi (1998-2005) dan Nyi Roro Kidul (2003), atau drama yang tidak pernah kutonton sama sekali yaitu Kisah Sembilan Wali (2012) dan Brama Kumbara (2013). Drama-drama tersebut memang cukup menarik, tapi apa yang tidak kusukai dari drama sejarah Indonesia adalah pakaian yang dikenakan. Berbeda dengan pakaian tradisional Jepang yang cukup tertutup, pakaian tradisional atau adat masyarakat Indonesia jaman dulu sangat terbuka, sehingga seperti itu juga lah yang ditayangkan di televisi. Hal itu menurunkan level ketertarikanku pada drama Indonesia. Kalau menurut kalian bagaimana?

Kamis, Februari 25, 2021

SKETSA PANDEMI-Bagian 8


                Hari ini, Kamis tanggal 25 Februari 2021, bertepatan dengan tanggal 13 Rajab 1442 H (hari pertama puasa ayyamul bidh, puasa pada pertengahan bulan), bertepatan juga dengan tanggal kelahiran adik lelaki kami. Hari ini, jika raga dan nyawanya masih bersama kami, mungkin ia sudah meminta hadiah dan sebagainya dengan wajah ‘sok’ melas dan imutnya haha. Seperti yang biasa ia lakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Yah, meski keluarga kami tidak secara ‘literally’ merayakan hari ulang tahun karena saking seringnya berbeda lokasi, tapi kami masih saling mengucapkan dan mendoakan. Terlebih hari ini, kami menghadiahkan bacaan surah yasin dan tahlil padanya.

                Ngomong-ngomong soal ulang tahun, sebentar lagi adalah peringatan satu tahun rakyat Indonesia berkawan dengan virus corona. Berbeda dengan negara asalanya, yaitu China, dan negara lain yang telah dapat meminimalisir kasus positifnya, pemerintah dan rakyat Indonesia masih harus berusaha lebih keras untuk menurunkannya. Meski vaksin sudah disuntikkan, tapi kenyataannya belum dapat dibedakan. Semoga kita semua masih diberi kekuatan oleh Tuhan untuk menghadapi segala ujian.

                Hampir dua bulan berlalu, sejak tanggal satu mulainya tahun baru. Bukannya menjalankan visi misi setelah merdeka, malah kondisi Indonesia masih sama saja. Bahkan semakin banyak kejahatan yang diperlihatkan oleh pihak penguasa. Polisi yang memenjarakan seenaknya, presiden yang menyebabkan kerumunan tapi tak merasa, perilaku korupsi yang tak ada habisnya, dan masyarakat yang sudah mulai acuh pada aturan dan tak percaya pada pemerintah yang berkuasa. Terlebih, satu per satu ulama pergi dari dunia meninggalkan kita untuk menghadap pada Tuhannya. Sungguh menyedihkan sekali kondisi negeri ini.

                Abad 21, selain penuh dengan memori semakin maju dan berkembangnya teknologi, kejadian yang menyakitkan juga masih terjadi. Sejarah memang berlaku berulang kali, hanya saja pemerannya berganti. Semoga kasih sayang, rahman dan rahim Allah masih sudi diberikan oleh-Nya pada seluruh rakyat, para penguasa, dan semua penduduk di bumi ini. Amiin ya Robbal ‘Alamin~