Jumat, Juli 16, 2021

Miskin Boleh, Tapi Bodoh Jangan, Ditambah Lagi Penyakitan


                Tulisan ini masih satu series dengan tulisanku sebelumnya yang berjudul Sketsa PandemiBagian 10 dan Miskin Boleh, Tapi Bodoh Jangan. Berikut sebuah hadits Rosulullah SAW untuk membuka tulisan ini, Hadis riwayat Abu Hurairah ra., Ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah. (Shahih Muslim No.4022). Dari hadits tersebut kita tahu bahwa salah satu kewajiban seorang muslim terhadap muslim yang lain adalah menjenguk saudara semuslim yang sakit.

Penyakit atau Wabah yang menimpa manusia, bisa termasuk dalam siksaan, ujian, atau rahmat. Bergantung pada kondisi keimanan si penerima. Seperti disebutkan dalam hadits berikut, Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya ia bertanya kepada Rasulullah s.a.w. perihal penyakit taun, lalu beliau memberitahukannya bahwa sesungguhnya taun itu adalah sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah Ta'ala kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang dijadikan oleh Allah Ta'ala kepada kaum mu'minin. Maka tidak seorang hamba pun yang tertimpa oleh taun, kemudian menetap di negerinya sambil bersabar dan mengharapkan keridhaan Allah serta mengetahui pula bahwa taun itu tidak akan mengenainya kecuali karena telah ditetapkan oleh Allah untuknya, kecuali ia akan memperoleh seperti pahala orang yang mati syahid." (Riwayat Bukhari).

Berdasarkan hadits tersebut, penyakit/wabah adalah sesuatu yang dikirimkan oleh Allah ke muka bumi. Tapi seperti kita tahu, bahwa sebagian besar musibah (termasuk penyakit) yang terjadi pada kita adalah akibat ulah kita sendiri. Kita sudah diciptakan demikian sempurna, tapi karena kurang bersyukur dan tak merawat diri sebaik mungkin, sehingga banyak penyakit hinggap dalam diri. “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu. Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah. QS: As-Syuura (42)  ayat 30-31”. Hal ini menjadi peringatan bagi kita semua.

Tetapi sungguh Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berikut hadits-hadits yang berkaitan dengan hal itu:

  • 1.       Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, apakah kami berobat?" Beliau menjawab, "Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan (pikun)". (HR. Ashabussunnah)
  • 2.       Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengerti. (HR. Bukhari dan Muslim)
  • 3.       Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Bukhari)
  • 4.       Dalam riwayat selain Tirmidzi disebutkan: "Peliharalah Allah, maka engkau akan mendapatkanNya di hadapanmu. Berkenalanlah kepada Allah -yakni tahulah kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan untuk Allah- di waktu engkau dalam keadaan lapang -sehat, kaya dan lain-lain-, maka Allah akan mengetahuimu -memperhatikan nasibmu- di waktu engkau dalam keadaan kesukaran –sakit, miskin dan lain-lain-. Ketahuilah bahwa apa-apa yang terlepas daripadamu itu -keuntungan atau bahaya, tentu tidak akan mengenaimu dan apa-apa yang mengenaimu itu pasti tidak akan dapat terlepas daripadamu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta kesabaran dan bahwasanya kelapangan itu beserta kesukaran dan bahwasanya beserta kesukaran itu pasti ada kelonggaran."

Penyakit memang bukan hal yang menguntungkan untuk keseharian kita, tapi pasti ada hikmah yang bisa diambil dari kejadian tersebut. Berkaitan dengan judul tulisan, bukan bermaksud untuk memojokkan kaum fakir miskin tetapi justru menjadi renungan kita bersama. Terlebih karena kondisi negara yang belum bisa optimal dan maksimal dalam memberikan pengobatan gratis kepada mereka. Akhir kata, semoga kita semua selalu bisa menjadi hamba yang bersyukur.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar