Assalamu’alaikum warohmatullah
wabarokatuh. Sahabat, bagaimana kabarnya? Alhamdulillah kita semua masih diberi
kesempatan oleh Allah untuk menikmati hari yang berbahagia ini. Pada tulisan
kali ini saya ingin berbagi satu hal yang menurut saya harus saya ceritakan
kepada sahabat sekalian. Kisah ini sudah saya pendam selama kurang lebih satu
bulan, karena kebimbangan atas pertanyaan apakah hal ini baik untuk diceritakan,
apakah orang lain juga perlu mengetahui hikmah/ibroh yang saya ambil dari kisah
berikut dan berbagai pertanyaan lainnya. Namun kemudian hari ini, pada akhirnya
saya putuskan untuk membagikan kisah tersebut.
Pekan lalu, tanggal 24 februari 2018 masehi saya mengikuti
suatu halaqoh Qur’an dengan materi tadabbur al-Qur’an. Serangkaian surat yang
kami bahas dan tadabburi adalah QS. al-Fatihah, an-Nas, al-Falaq, al-Ikhlas,
al-Lahab, dan an-Nasr. Ketika sampai pada ayat kedua dari surat al-Fatihah yang
berbunyi:
ٱلرَّحۡمَٰنِ
ٱلرَّحِيمِ ٣
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
sang ustadz memberikan penjelasan terhadap
makna kata ‘Rohmaan’ dan ‘Rohiim’. Beliau menyebutkan bahwa ‘Rohmaan’ merupakan
bentuk kasih sayang Allah di dunia sedangkan ‘Rohiim’ adalah bentuk kasih
sayang Allah di dunia dan akhirat. Meskipun ada pendapat lain terkait makna
dari dua kata tersebut, namun ustadz lebih condong dan cocok terhadap makna
yang telah saya sebutkan sebelumnya.
Beberapa hasil tadabbur
yang kami dapatkan terkait ayat tersebut yaitu pertama, bahwa sesungguhnya kasih sayang Allah itu
tiada batas. Kedua, tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi pemberian kasih
sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Ketiga, Allah akan memberikan kasih
sayang-Nya kepada siapa saja yang dikehendakinya. Serta keempat, apapun yang terjadi
pada kehidupan kita merupakan pemberian dan bukti kasih sayang Allah. Allah
tidak membeda-bedakan makhluk-Nya, karena semua yang ada di muka bumi, di
dunia, dan di alam semesta ini adalah ciptaan-Nya. Karunia dan kasih sayang yang
Ia berikan kepada makhluk-Nya sangatlah luas, bukan hanya harta, makanan, keluarga,
kerabat atau hal materialis lainnya tetapi juga mencakup kesehatan, ketentraman
hati, ketenangan jiwa termasuk pula keimanan.
Pada penjelasan
berikutnya, ustadz menyebutkan bahwa salah satu kasih sayang Allah adalah bahwa
Ia sudah memberikan semua yang terbaik untuk makhluk-Nya, seperti bentuk tubuh yang
baik, sempurna dan lengkap. Meskipun suatu musibah terjadi pada diri kita
misalnya sakit pada salah satu telinga, tidak akan menandingi bukti kasih
sayang dari Allah yaitu bahwa masih ada satu telinga lainnya, masih ada bibir
dan mulut yang sehat, masih ada anggota tubuh lain yang sehat. Penjelasan tersebut
bagi sebagian orang mungkin terdengar biasa, apalagi penekanan pada kata ‘salah
satu telinga’. Namun, tadzkiroh dari ustadz berhasil membuat mata saya berair
dan hampir meneteskan air mata. Bagaimana tidak, gendang telinga kiri saya
sudah tidak bisa diperbaiki. Akibatnya, aktifitas mendengar hanya mengandalkan
telinga kanan. Fungsi pendengaran yang berkurang menyebabkan saya harus fokus
dan memanfaatkan indera mata untuk melihat gerak bibir lawan bicara. Namun,
mata saya sudah mengalami rabun jauh sejak kelas 5 SD dan fungsi penglihatan
semakin menurun sampai saat ini. Sehingga, kacamata sangat saya perlukan untuk
mencerna ucapan dan berkomunikasi dengan seseorang.
Kisah ini berawal pada akhir tahun 2016, terjadi hal yang
tidak lazim pada salah satu bagian tubuh saya yaitu adanya rasa gatal dan terdapat
cairan yang menetes dari telinga kiri. Penyebabnya, infeksi, kata dokter. Setelah
pengobatan pertama, karena rasa sakit menghilang akhirnya pemeriksaan tidak
saya lanjutkan. Namun, januari 2017 penyakit tersebut kambuh kembali. Setelah pengobatan
tersebut, karena rasa sakit menghilang akhirnya pemeriksaan saya hentikan
kembali. Selanjutnya, penyakit tersebut muncul kembali sekitar juni 2017. Setelah
itu, saya bertekad untuk merutinkan pengobatan sampai akhirnya diputuskan untuk
operasi pada awal februari 2018 lalu oleh dokter. Alhamdulillah, meskipun
gendang telinga sudah tidak dapat ditambal dan diselamatkan, dokter sudah
mengangkat dan mebersihkan granula liar yang tumbuh di dalam telinga. Sehingga granula
tersebut tidak mengganggu dan merusak otak.
Alhamdulillah ‘ala kulli haal, Allah masih memberikan kasih
sayang-Nya kepada saya. Tidak ada satu kejadian pun terjadi pada saya kecuali
memiliki hikmah dibaliknya. Huwarrohmaanurrohiim, Dia-lah Allah Maha Pengasih
Maha Penyayang, kepada semua hamba-Nya, makhluk-Nya tanpa terkecuali. Demikian kisah
hikmah pada tulisan kali ini. Semoga sahabat semua dapat merasakan dan mensyukuri
besarnya kasih sayang Allah kepada kita. Semoga para sahabat dapat mengemban
amanah atas karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Semoga Allah
limpahkan selalu rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, amiiin.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar