Jumat, Maret 02, 2018

Memahami Kasih Sayang Allah


                Assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh. Sahabat, bagaimana kabarnya? Alhamdulillah kita semua masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menikmati hari yang berbahagia ini. Pada tulisan kali ini saya ingin berbagi satu hal yang menurut saya harus saya ceritakan kepada sahabat sekalian. Kisah ini sudah saya pendam selama kurang lebih satu bulan, karena kebimbangan atas pertanyaan apakah hal ini baik untuk diceritakan, apakah orang lain juga perlu mengetahui hikmah/ibroh yang saya ambil dari kisah berikut dan berbagai pertanyaan lainnya. Namun kemudian hari ini, pada akhirnya saya putuskan untuk membagikan kisah tersebut.
Pekan lalu, tanggal 24 februari 2018 masehi saya mengikuti suatu halaqoh Qur’an dengan materi tadabbur al-Qur’an. Serangkaian surat yang kami bahas dan tadabburi adalah QS. al-Fatihah, an-Nas, al-Falaq, al-Ikhlas, al-Lahab, dan an-Nasr. Ketika sampai pada ayat kedua dari surat al-Fatihah yang berbunyi:
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
sang ustadz memberikan penjelasan terhadap makna kata ‘Rohmaan’ dan ‘Rohiim’. Beliau menyebutkan bahwa ‘Rohmaan’ merupakan bentuk kasih sayang Allah di dunia sedangkan ‘Rohiim’ adalah bentuk kasih sayang Allah di dunia dan akhirat. Meskipun ada pendapat lain terkait makna dari dua kata tersebut, namun ustadz lebih condong dan cocok terhadap makna yang telah saya sebutkan sebelumnya.
Beberapa hasil tadabbur yang kami dapatkan terkait ayat tersebut yaitu pertama,  bahwa sesungguhnya kasih sayang Allah itu tiada batas. Kedua, tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi pemberian kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Ketiga, Allah akan memberikan kasih sayang-Nya kepada siapa saja yang dikehendakinya. Serta keempat, apapun yang terjadi pada kehidupan kita merupakan pemberian dan bukti kasih sayang Allah. Allah tidak membeda-bedakan makhluk-Nya, karena semua yang ada di muka bumi, di dunia, dan di alam semesta ini adalah ciptaan-Nya. Karunia dan kasih sayang yang Ia berikan kepada makhluk-Nya sangatlah luas, bukan hanya harta, makanan, keluarga, kerabat atau hal materialis lainnya tetapi juga mencakup kesehatan, ketentraman hati, ketenangan jiwa termasuk pula keimanan.
Pada penjelasan berikutnya, ustadz menyebutkan bahwa salah satu kasih sayang Allah adalah bahwa Ia sudah memberikan semua yang terbaik untuk makhluk-Nya, seperti bentuk tubuh yang baik, sempurna dan lengkap. Meskipun suatu musibah terjadi pada diri kita misalnya sakit pada salah satu telinga, tidak akan menandingi bukti kasih sayang dari Allah yaitu bahwa masih ada satu telinga lainnya, masih ada bibir dan mulut yang sehat, masih ada anggota tubuh lain yang sehat. Penjelasan tersebut bagi sebagian orang mungkin terdengar biasa, apalagi penekanan pada kata ‘salah satu telinga’. Namun, tadzkiroh dari ustadz berhasil membuat mata saya berair dan hampir meneteskan air mata. Bagaimana tidak, gendang telinga kiri saya sudah tidak bisa diperbaiki. Akibatnya, aktifitas mendengar hanya mengandalkan telinga kanan. Fungsi pendengaran yang berkurang menyebabkan saya harus fokus dan memanfaatkan indera mata untuk melihat gerak bibir lawan bicara. Namun, mata saya sudah mengalami rabun jauh sejak kelas 5 SD dan fungsi penglihatan semakin menurun sampai saat ini. Sehingga, kacamata sangat saya perlukan untuk mencerna ucapan dan berkomunikasi dengan seseorang.
Kisah ini berawal pada akhir tahun 2016, terjadi hal yang tidak lazim pada salah satu bagian tubuh saya yaitu adanya rasa gatal dan terdapat cairan yang menetes dari telinga kiri. Penyebabnya, infeksi, kata dokter. Setelah pengobatan pertama, karena rasa sakit menghilang akhirnya pemeriksaan tidak saya lanjutkan. Namun, januari 2017 penyakit tersebut kambuh kembali. Setelah pengobatan tersebut, karena rasa sakit menghilang akhirnya pemeriksaan saya hentikan kembali. Selanjutnya, penyakit tersebut muncul kembali sekitar juni 2017. Setelah itu, saya bertekad untuk merutinkan pengobatan sampai akhirnya diputuskan untuk operasi pada awal februari 2018 lalu oleh dokter. Alhamdulillah, meskipun gendang telinga sudah tidak dapat ditambal dan diselamatkan, dokter sudah mengangkat dan mebersihkan granula liar yang tumbuh di dalam telinga. Sehingga granula tersebut tidak mengganggu dan merusak otak.
Alhamdulillah ‘ala kulli haal, Allah masih memberikan kasih sayang-Nya kepada saya. Tidak ada satu kejadian pun terjadi pada saya kecuali memiliki hikmah dibaliknya. Huwarrohmaanurrohiim, Dia-lah Allah Maha Pengasih Maha Penyayang, kepada semua hamba-Nya, makhluk-Nya tanpa terkecuali. Demikian kisah hikmah pada tulisan kali ini. Semoga sahabat semua dapat merasakan dan mensyukuri besarnya kasih sayang Allah kepada kita. Semoga para sahabat dapat mengemban amanah atas karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Semoga Allah limpahkan selalu rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, amiiin.

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar