Sabtu, Desember 17, 2011

Hidup antara Waktu dan Laju


Hari itu, jum’at 16 desember 2011 pukul 16.30, selepas praktikum Kimia Dasar aku bergegas menuju masjid Manarul Ilmi (MMI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk melaksanakan sholat ashar karena waktu ashar tidak sampai satu jam lagi. Huff! Praktikum ini memang menyita waktu dan kau tahu, ini praktikum tercepat yang pernah kami (aku dan teman-temanku) lakukan padahal waktu dimulainya saja jam 13.00 WIB..
                Selepas sholat aku berniat untuk pulang tetapi aku sudah sangat ingin (kira-kira sejak sepekan lalu sebelum hari itu) menginjakkan kakiku ke tempat yang paling kusenangi. Coba tebak? Yap! Benar sekali, apalagi kalau bukan TOKO BUKU.. dan saat itu juga aku tidak jadi mengayuh sepedaku menuju tempat tinggal tetapi berbelok ke arah di mana toko buku itu terletak. Di sekitar ITS ini ada 2 Toko Buku yang bisa aku kunjungi, pertama aku berencana menuju Toko Buku MANYAR JAYA di daerah Kalibokor-Manyar dan kedua Toko Buku GRAMEDIA di daerah Kertajaya.
Dua toko buku inilah yang aku kenal sejak aku kecil karena dulu aku pernah tinggal di daerah Manyar tepatnya di Manyar Sabrangan IX (maaf ya aku lupa nomer berapa..) dan bisa dibilang perjalananku kali ini adalah NOSTALGIA dan MENYUSURI WAKTU karena saat menyusuri jalanan itu, aku merasa kembali ke masa kanak-kanakku saat aku tinggal di tempat itu.
Pukul 17.15 dengan usia sepeda yang hampir sama dengan usiaku yaitu 18 tahun, kayuhan kakiku ternyata sudah membawaku tiba di daerah—yang aku lupa namanya—tempat Perguruan Tinggi bernama ITATS berada. Sebenarnya letak toko buku itu tidak jauh namun karena aku hanya mengendarai sepeda bututku dan dengan sisa tenaga yang ada—karena belum makan sejak tadi siang—perjalanan ini terasa lama tetapi hal itu tidak membuatku lelah karena di akhir perjuanganku ini aku yakin tidak membuahkan sesuatu yang sia-sia. Bukankah kata orang “Semakin keras PERJUANGAN kita maka semakin BESAR apa yang kita dapat nantinya.”
Saat menikmati—karena hari sudah sangat SENJA—perjalanan ini dengan melihat pemandangan sekitar dan suara bising dari motor-motor dan mobil yang selalu mendahului laju sepedaku, tiba-tiba kudengar adzan panggilan untuk sholat maghrib dan segera saja kuakhiri kayuhanku saat aku melihat ada musholla bernama Baitun Nur di sebelah gang bertuliskan KEDUNG TOMAS. Ternyata waktu telah menunjukkan pukul 17.35 dan perutku masih dalam keadaan kosong dan meronta. Mengingat penyakit maag yang aku punya, segera saja aku menuju warung (yang mana aku memarkir sepedaku di depan warung itu) beberapa langkah dari musholla—seusai aku sholat tentunya—untuk membeli nasi dan ternyata hanya tinggal satu bungkus nasi yang ada di situ, jadilah aku tidak bisa memilih makanan sesuai selera. Sebenarnya itu tak masalah sebab aku masih bisa makan daripada nasib seorang—yang usianya hampir renta—yang datang ke warung itu (saat aku makan) dan tidak mendapat apa-apa tentunya.
Usai makan, kulanjutkan perjalananku kembali menuju tempat pertama yaitu toko buku Manyar Jaya. Kembali kudengar suara bising bersahut-sahutan dari motor-mobil yang berkejaran saat aku menyusuri jalan. Pukul 17.50 aku tiba di tempat pertama, sungguh! Toko ini berubah total dari yang pernah kuingat, sebenarnya bukan perubahan fisik tetapi isinya. Sepi, rasanya seperti aku bisa memiliki semua buku di sini dan akulah pengunjung pertama malam itu. Sayangnya aku tidak mendapatkan buku yang sedang kucari karena toko ini sepertinya sudah tidak update buku-buku baru tetapi sayang sekali bila aku tidak membeli apapun di tempat ini, jadilah aku membeli dua judul buku yaitu NYANYI SUNYI-nya Amir Hamzah dan TEBARAN MEGA-nya Sultan Takdir Alisjahbana karena buku itulah yang terlihat lebih keren tampilannya dibanding buku-buku lain meskipun judul buku lain itu sebenarnya juga tentang Syair dan Puisi yang ditulis oleh penulis yang kukagumi.
Saat aku membayar buku itu kulihat angka yang tertera di Hape-ku—karena aku tidak punya jam tangan—dan bertuliskan 18.30. Wow! Ternyata waktu yang kuhabiskan hanya 40 menit padahal aku telah berkeliling melihat seluruh buku-buku yang ada disana, mulai dari lantai dua ada Islamic Center berisi buku-buku agama islam bertema filosofi, pendidikan, pernikahan, kehidupan, peribadatan, bahasa, dan banyak jenis Al-qur’an juga. Selain itu ada buku-bukunya Kahlil Gibran tentang filosofi, agama, novel, syair dan sebagainya juga ada buku-buku agama selain Islam. setelah itu aku kembali ke lantai satu ada economic and bussiness corner berisi buku-buku sosial seperti ekonomi, bisnis, hukum, psikologi, bahasa dan sastra teori, selain itu di sudut lain ada kamus-kamus, buku-buku pelajaran SMP dan SMA, desain dan arsitektur, agronomi, hidrologi, perhutanan, panduan berbagai jenis masakan, buku tentang komputer dan software yang ada, dan terakhir ada karya sastra lama dan jadul. Meski dibilang isi toko buku ini cukup banyak tetapi tidak ada novel-novel dan karya sastra terbaru dari para penulis karena seperti yang aku bilang sebelumnya bahwa toko ini sudah tidak update lagi.
Usai membayar aku keluar menuju parkiran namun aku terhenyak karena sepeda bututku terletak di luar tempat parkir. Sepertinya pak penjaga parkir tidak mau menerima uang dariku, padahal barang itu sudah merupakan barang mewah dan sangat penting buatku namun ya.. itulah nasib, mungkin memang itulah perumpamaan yang tepat bahwasannya rakyat kecil itu tidak dianggap ada dan tidak perlu dipelihara dengan baik seperti yang terjadi pada sepeda bututku bila dibandingkan dengan motor dan mobil yang juga parkir di sana.
Hmm ya sudah kalu begitu.. kulanjutkan perjalananku melewati jl. Kalibokor, ITS jurusan D3 Teknik Mesin di Manyar, para pedagang es kelapa di sepanjang pinggir jalan, Rumah Sakit Jiwa Menur, Manyar Sabrangan dan aku berbelok ke Manyar Sambongan untuk menunaikan sholat isya’ di masjid SDI Maryam (tempat dimana aku menimba ilmu kelas 1 sampai 4 SD belasan tahun lalu), itulah mengapa tadi aku sebutkan bahwa perjalanan ini adalah ‘Nostalgia dan Menyusuri Waktu’, tak banyak yang berubah dari tempat ini, hanya saja ada tempat parkir yang beratap, masjid yang sudah ditingkat 2, dan klinik yang diperbagus kursi tunggunya dan lainnya tidak berubah tetapi entahlah jika di dalam sekolah karena hari sudah sangat gelap dan aku tahu kalau sejak dulu sekolah itu terlihat lebih seramn saat malam hari.
Sebelum melanjutkan perjalananku aku merasa sudah terlalu lelah untuk melanjutkan perjalanan maka ku sms abi dan meminta no.hape om-ku yang tinggal di manyar sabrangan dan mampir kesana untuk menginap. Alhamdulillah, ternyata om-ku ada di tempat dan aku bisa kesana malam itu. Sesampai disana aku bercanda ria dengan adik sepupu kecilku dan ditraktir bakso oleh om-ku. Memang benar, ternyata rezeki itu tak akan kemana dan setiap kita pasti sudah ada jatahnya, namun semakin terus dicari maka semakin banyak yang didapat. Bukankah Nabi SAW bersabda “Carilah duniamu seakan kau hidup selamanya dan kerjakan akhiratmu seakan kau mati esok hari.”
Kuutarakan niatku untuk melanjutkan perjalananku ke toko buku Gramedia kertajaya dan om-ku bersedia mengantarku ke tempat itu. Sungguh sangat menyenangkan rasanya membayangkan aku bisa melihat banyak buku nanti di sana. Maka kemudian berangkatlah kami bertiga (aku, om-ku, dan anaknya) ke Gramedia. Tanpa basa-basi, dengan cepat kutitipkan jaketku dan menuju surga buku yaitu lantai 2, seingatku tempat ini tidak berubah, tetap ramai, tetap nyaman, tetap bagus tetapi sepertinya dulu tempat buku tidak di lantai dua tapi.. entahlah biarkan saja. Sampai di lantai dua, aku berkeliling ke setiap sudut yang ada, kutelusuri semua bagian rak yang ada di sana, ada banyak karya sastra baru dari Habiburrahman, A.Fuadi, Fahd Jibran, Tere-Liye, Donny, dan buku-buku lain yang pernah kubaca namun belum sempat kubeli seperti karya N.H Dini, Dwi Pranoto, Ari Nur dan lainnya, ada juga majalah National Geographic dan aku terusik untuk membeli semua yang ada namun uang di sakuku sudah tak cukup untuk membeli 2 buku saja.. setelah sekitar satu jam aku disana—dari jam 20.35 sampai 21.25—akhirnya kuputuskan untuk membeli tulisan karya Ifa Avianty berjudul Daun Kamboja Luruh Satu-Satu. Kau tahu, rasanya senang sekali hari ini karena pada akhirnya aku bisa membeli buku dengan uangku sendiri sebab sejak dulu ibuku melarang untuk membeli hal-hal seperti itu (novel, buku puisi, majalah, komik dan lain sebagainya yang sekiranya tidak memberi manfaat yang lama) tapi buatku novel dan buku-buku sastra adalah hal yang sangat penting menunjang ilmu dan karya-karyaku dan aku setuju bahwa aku tidak akan membeli komik karena hanya bisa dibaca sekali dan cepat membuatku bosan.
Kembali ke rumah om di Manyar, aku tidur jam 23 dan bangun kembali setengah 5 padahal aku harus menghadiri kegiatan di kampus pukul setengah 7. Aku bergegas mengejar waktu, mandi, sholat, sarapan, dan bersiap-siap merapikan barangku, mengecek dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Pukul setengah 6 mulai kukayuh sepedaku menuju tempat kosku kembali. Seperti yang aku bilang di awal tadi bahwasannya sebenarnya jarak ITS-Manyar tidak terlalu jauh namun dengan keadaanku yang mengendarai sepeda hal itu terasa sedikit lebih berat dan aku bertekad untuk mengejar waktu agar nantinya waktu tidak mengejarku. Kutekadkan dan kuniatkan dalam batin dan perasaanku untuk mengayuh sepeda ini dengan cepat dan sampai di tempat kos pukul 06.00 atau Manyar-ITS dalam waktu setengah jam. Mungkin bagi pembalap sepeda yang sudah profesional itu terlalu lama tetapi buatku itu adalah hal yang lumayan susah.. namun tidak kusangka jam 05.59 aku tiba di depan tempat tinggalku dan membuka pagar. Mungkin memang seharusnya Kitalah yang mengejar waktu jika mau lebih produktif dan lebih baik daripada hari ini daripada Waktu yang mengejar kita dan akhirnya memotong kita, Bukankah WAKTU adalah PEDANG untuk orang arab dan WAKTU adalah UANG untuk orang barat? Dan saya telah membuktikan bahwa KITA PASTI BISA mengejar waktu.. jadi mari bersama-sama kita berubah menjadi manusia yang lebih produktif dan bermanfaat dengan mengejar waktu yang hanya diberikan 24 jam dalam sehari ini..

follow me @qhimahatthoyyib

2 komentar:

  1. waktu adalah nafas, itu yg pernah aq dengar dari ustadz nuryaddin,,,
    karena jika diibaratkan pedang tak selamanya pedang itu tajam,,, jika diibaratkan uang tak selamanya kita punya uang,,, tpi klo diibaratkan nafas itulah waktu kita,,, nafas kita terhenti, waktu juga terhenti,,, sukses selalu,,,
    gabung y ndek blog ku,,,
    ncose.blogspot.com

    BalasHapus
  2. sip2. waktu adalah nafas jika nafas berhenti waktu juga berhenti. makasih mas, iya ku follow deh.

    BalasHapus