Assalamu’alaikum, selamat pagi sahabat senja.. Apa kabar
hari ini? Semoga selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT ya.. Pagi
ini saya mau mengisahkan tentang seorang manusia ahli ibadah sebut saja namanya
Abid. Suatu hari Abid ini berdoa kepada Allah, ia meminta agar setiap hari ia
diberi dua potong roti untuk makan pagi dan petang tanpa bekerja apapun agar ia
tetap bisa beribadah sepanjang hari kepada Allah SWT tanpa diganggu persoalan
apapun dan siapapun. Tak disangka tiba-tiba dia terkena fitnah (entah fitnah
apa) yang kemudian membuatnya dimasukkan ke dalam penjara. Di dalam penjara itu
dia diberi makan dua potong roti setiap pagi dan petang, namun dia selalu
merasa kecewa dan menyesal kenapa dia terkena fitnah dan menyeru, mengadukan
hal-hal yang dia alami saat itu kepada Allah tentang terkenanya ia oleh fitnah
dan masuknya ia ke dalam penjara. Akhirnya ia sibuk menangis dan menyesalinya
tetapi tidak beribadah kepada Allah sesuai yang diucapkannya dahulu.
Sahabat senja, padahal jika kita telaah lebih lanjut
seorang Abid itu telah mendapatkan sesuai dengan doa dan keinginannya
terdahulu. Ia mendapat dua potong roti tanpa berusaha keras agar dapat
beribadah kepada Allah sepanjang hari. Namun ternyata dia tidak bersyukur telah
mendapat dua potong roti yang dapat membuatnya beribadah sepanjang hari. Pada akhirnya
dia tidak menepati janjinya untuk beribadah kepada Allah karena disibukkan
dengan sikap penyesalan yang melingkupinya.
Sahabat senja, mungkin terkadang kita juga pernah melakukan
hal serupa tapi tidak pernah menyadarinya. Itulah yang dinamakan dengan
kesetimbangan. Allah pasti memberi sesuai dengan apa yang kita minta namun kita
tidak pernah tahu dengan cara apa Allah menerjemahkan pemberian itu kepada
kita. Terkadang kita buta, terkadang kita bisu, terkadang kita tuli untuk
menerima semua yang Allah berikan kepada kita, seringkali kita tidak memahami
bahwa yang Allah berikan itu adalah keinginan kita yang telah kita ucapkan
lewat doa kepada Allah.
Sahabat senja.. hukum kesetimbangan ternyata sudah ada di
alam, sejak dulu telah ada dan diciptakan oleh Allah sebagai pelajaran untuk
umat muslim di dunia. Barang yang sangat kecil tak terlihat seperti atom pun
juga menaati hukum kesetimbangan ini. Misalnya saja reaksi seperti berikut ini :
HCl+H2O→Cl–+H3O+ ..........<1>
Atau reaksi ini :
H2O+CO32-→OH-+HCO3–.........<2>
Atau reaksi ini :
HCl(g)+NH3(g)→NH4Cl(s)..........<3>
HCl+H2O→Cl–+H3O+ ..........<1>
Atau reaksi ini :
H2O+CO32-→OH-+HCO3–.........<2>
Atau reaksi ini :
HCl(g)+NH3(g)→NH4Cl(s)..........<3>
Reaksi-reaksi tersebut merupakan reaksi yang setimbang atau dalam
keadaan kesetimbangan. Dari reaksi tersebut dapat diambil pelajaran sebagai
berikut :
<1> Pada reaksi ini, kesetimbangan merupakan sesuatu yang
setimbang tapi tidak harus tersusun sama. Misalkan saja kita menjadi molekul
HCl yang kemudian mendapat masalah atau musibah pada suatu hari yaitu molekul H2O.
Maka kita akan bersikap untuk menyelesaikan dan tidak menghindari masalah
tersebut. Jadi sikap yang diambil oleh molekul HCl tersebut adalah mengorbankan
dirinya dengan memberikan atom H kepada masalah tersebut agar masalah tersebut
rampung dan selesai. Akibatnya ia kekurangan atom namun ia telah menjadi
setimbang dan tidak mempunyai masalah lagi karena telah berkorban demi
menyelesaikan masalah tersebut. Dari reaksi ini kita dapat belajar menjadi
orang yang ikhlas saat kekurangan sesuatu dan rela berkorban demi mencapai
keadaan yang setimbang dan sempurna. Maka jangan salahkan Allah jika masalah
kita belum selesai, itu karena kita belum memberikan yang terbaik dan
mengorbankan diri untuk menyelesaikan masalah tersebut.
<2> Reaksi ini berkebalikan dengan reaksi <1> di atas.
Misalkan kita adalah molekul CO32- yang kemudian
mendapatkan sebuah rizki yaitu moleku H2O maka sikap kita adalah
menerima rizki tersebut seadanya dan sesuai dengan keperluan kita sehingga kita
bukan lagi molekul yang kekurangan atau kelebihan tetapi kita menjadi
setimbang. Dari reaksi ini kita dapat belajar tidak menjadi orang yang serakah
saat mendapat rizki dan menerimanya seperlu kita agar hidup kita setimbang.
Maka jangan salahkan Allah bila kita tidak diberi rizki yang melimpah karena
Allah akan memberi rizki yang cukup untuk kita, cukup untuk hari ini, cukup
untuk kita dan keluarga kita.
<3> Reaksi yang
ketiga ini sedikit berbeda dengan dua reaksi di atas. Misalkan saja kita adalah
molekul HCl yang berwujud gas kemudian kita mendapat rizki (harta atau jabatan)
gas NH3 meskipun pada kenyataannya gas NH3 (ammonia)
mempunyai bau yang tidak sedap. Nah! saat kita adalah orang yang serakah,
mengambil dan memakan semua harta itu padahal aturan dari Allah adalah kita
harus menyedekahkan dan menzakatkan sebagian harta yang kita miliki jadi jika
kita tidak melakukan itu semua maka kita akan berubah wujud dari gas menjadi
padatan yang mengendap yang kemudian tidak bermanfaat untuk orang lain. Itulah
keadaan setimbang dan pelajaran bagi orang yang serakah dan tidak akan
bermanfaat untuk orang lain yang kemudian gumpalan padatan tersebut akan dibuang
oleh praktikan. Maka jangan salahkan Allah bila kita berubah menjadi orang yang
tidak berguna, dijauhi dan tidak diperdulikan oleh orang-orang di lingkungan
sekitar kita karena kita telah menjadi padatan yang memang tidak berguna karena
keserakahan kita.
follow me @qhimahatthoyyib