Senja.. aku
ingin membicarakan sesuatu denganmu. Usiaku sudah 18 tahun sekarang atau masih
delapan belas tahun? Entahlah, terkadang aku tidak merasa bahwa aku telah
tumbuh dewasa dan sudah saatnya membahagiakan kedua orangtuaku. Aku benar-benar
bingung mau membahagiakan mereka seperti apa, apakah hanya menjadi wanita yang
sholihah dan taat kepada mereka itu cukup? Atau aku harus mencari uang dari
sekarang untuk meringankan mereka? Atau menunggu nanti, saat aku dikatakan
lebih tua daripada saat ini? Atau memberangkatkan mereka ke Baitullah di
Makkah? Atau cukup menjadi mahasiswa berprestasi? Ahhhhhh aku bingung harus
bagaimana (-_-)”
Kau tahu
senja, untuk poin terakhir yang kutanyakan tadi, sejak kecil aku rasa aku sudah
melakukannya, menjadi siswa paling top di kelas, menjadi siswa teladan, menjadi
siswa top di angkatan, sampai mendapat beasiswa ke sekolah idaman, sampai
sekarang mendapat beasiswa juga untuk menempuh pendidikan S1-ku, masuk tanpa
tes dan tanpa biaya yang besar. Tapi itukah yang mereka harapkan dariku? Aku benar-benar
tidak tahu harus bagaimana. Lalu apa hubungannya dengan judul yang aku tulis di
atas?
Pangeran. Aku pikir
aku bisa membahagiakan orangtuaku, kelak saat aku sudah bersama pangeranku. Pertanyaannya
sekarang adalah dengan pangeran yang bagaimana yang bisa membuatku
membahagiakan orangtuaku dan orangtuanya sendiri? Untuk memilih pangeran aku
jadi teringat ayat favoritku dalam dalam al-qur’an yang berkaitan dengan
pangeran dan putrinya. Pada surat an-Nur ayat 26 Allah menjelaskan bahwa “wanita-wanita yang keji adalah untuk
laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang
keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan
laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu).
bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” Bagaimana? Bisa dipahami?
Jadi, itulah
syarat pertama untuk kita. Bagi kita para wanita yang menginginkan pangeran
yang sholih dan mensholihahkan maka jadilah puteri yang sholihah dan
mensholihkan. Kemudian syarat-syarat lainnya ya terserah kita. Membicarakan ini,
aku jadi teringat tentang ucapan seseorang yang saat itu adalah narasumber
suatu seminar berjudul “Nikmatnya pacaran setelah Menikah” di kampusku, dia
mengungkapkan, “jodoh kita sudah tertulis di arsy sejak dulu sebelum kita
dipindah ke alam baru ini, namun dalam perjalanannya butuh perjuangan untuk
mendapatkan jodoh yang telah benar-benar dipilihkan oleh Allah untuk kita. Bisa
jadi, kita adalah jodoh di akhirat kelak namun tidak di dunia, atau jodoh di
dunia namun tidak di akhirat? Tentu saja orang memilih jodoh di dunia dan di akhirat
pula. Maka saat kita berharap mendapat pangeran yang baik, perbaikilah diri
kita. Ingatlah bahwa saat kita melakukan sesuatu, pangeran kita pun juga
melakukan hal yang sama seperti kita.”
Akhir kata,
aku ingin pangeranku sholih dan mensholihahkan, bersikap dewasa, dan bisa membimbingku menuju lebih dekat dengan
Allah. Itu pangeranku, bagaimana denganmu?
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar