Assalamu’alaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh.
Alhamdulillah
sekitar insyaAllah sepuluh hari lagi kita akan memasuki bulan yang penuh
berkah, penuh rahmat dan penuh ampunan. Yap, Bulan Ramadhan 1437 H. Bulan
istimewa yang ditunggu-tunggu oleh umat mukmin yang merindukannya. Bagaimana
dengan kita? Semoga kita termasuk di dalamnya. Amiin. InsyaAllah tulisan kali
ini akan mengawali perjalanan sahabat semua dalam menempuh bulan suci ini.
Selamat membaca~
Sahabat senja, tulisan
berikut ini sedikit banyak masih berkaitan dengan tulisan pada Ramadhan tahun
lalu sebelumnya berjudul (Day 15) Pahala yang Dihapus Oleh Allah. Namun apabila
di bab tersebut kita membahas tentang kaum kafir, kali ini kita akan membahas
orang yang lebih dekat dan lebih berbahaya bagi umat muslim. Yah, sebut saja musuh
dalam selimut. Siapakah dia? Sudah tentu munafiqun alias orang-orang munafik.
Nah, berkaitan
dengan kalimat pembuka saya di atas mengenai bulan Ramadhan. Siapa sih yang
tidak senang apabila bulan ini datang? Sekolah diliburkan, jadwal akademik
dikurangi, jam kerja dipersingkat, agenda rapat dibatasi, namun gaji malah dinaikkan
:D Haha ada-ada saja. Namun bukan itu yang akan kita bahas. Tentang kesenangan
ini, semua orang (termasuk saya) bisa saja senang akan datangnya Ramadhan,
tetapi hal-hal dibalik (red: alasan) apa yang membuat kita senang-lah yang
menjadi persoalan. Puasa bukan semata-mata alasan untuk mengurangi kegiatan (saya
rasa ini sudah kita bahas bersama di tulisan-tulisan pada Ramadhan sebelumnya).
Bahkan di zaman Rosulullah SAW berbagai perang dilakukan saat bulan penuh
hikmah ini datang. Pun masa-masa paling heroik di Indonesia, sebut saja kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, terjadi pada bulan ini juga.
Alasan. Hal ini
seringkali menjadi masalah dalam suatu hubungan, termasuk dalam semua kehidupan
kita sehari-hari dalam berkeluarga, dalam berorganisasi, dalam berkegiatan sosial,
bahkan dalam menjalankan agama termasuk dalam berhubungan dengan Tuhan. Hal ini
secara jelas disampaikan oleh Allah pada surat At-Taubah ayat 43-45 yang artinya:
43. semoga Allah
mema'afkanmu. mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi
berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan
sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?
44. orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak
ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. dan Allah mengetahui orang-orang
yang bertakwa.
45. Sesungguhnya yang akan
meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang
dalam keraguannya.
Yap, alasan. Merupakan penyebab
mengapa Rosulullah mengijinkan mereka (orang munafik dalam kisah tersebut) untuk
tidak mengikuti peperangan. Bahkan di ayat selanjutnya disebutkan bahwa
orang-orang munafik itu akan memberikan kekacauan pada barisan umat muslim yang
telah kuat. Pun juga amalan-amalan baik mereka termasuk zakat, infak dan
sedekah mereka tidak akan diterima oleh Allah. Hal ini termaktub pada surat At-Taubah
ayat 53-56 yang artinya:
53. Katakanlah:
"Nafkahkanlah hartamu, baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa, Namun
nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kamu. Sesungguhnya kamu adalah
orang-orang yang fasik.
54. dan tidak ada yang
menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena
mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang,
melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan
dengan rasa enggan.
55. Maka janganlah harta
benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki
dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam
kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam
Keadaan kafir.
56. dan mereka (orang-orang
munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa Sesungguhnya mereka Termasuk
golonganmu; Padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah
orang-orang yang sangat takut (kepadamu).
Astaghfirullah, bahkan dari ayat
tersebut kita tahu bahwa orang-orang munafik telah digolongkan kepada orang
yang kafir kepada Allah. Termasuk juga pada golongan orang-orang yang fasik.
Naudzubillah.
Lalu, apa
hubungannya dengan judul tulisan ini yaitu Dua Kebaikan. Sahabat senja, berikut
apa yang ingin saya bagikan. Masih di dalam surat yang sama, surat At-Taubah
ada satu ayat yang menakjubkan bagi saya. Yaitu ayat 52 yang artinya: “Katakanlah: "tidak ada
yang kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan[646].
dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab
(yang besar) dari sisi-Nya. sebab itu tunggulah, Sesungguhnya Kami
menunggu-nunggu bersamamu."
[646] Yaitu mendapat kemenangan atau mati syahid”
Dua Kebaikan.
Menang atau Mati syahid. Inilah hadiah bagi orang-orang beriman, orang-orang yang
ridho atas aturan Allah dan Rosul-Nya, orang-orang yang taat kepada keduanya
bagaimanapun dan apapun kondisi mereka. Inilah hadiah yang istimewa, tidak ada
lagi hadiah yang lebih diharapkan oleh orang-orang yang beriman kecuali
kemenangan atas nama Islam atau mati syahid dalam keadaaan beriman. MasyaAllah,
begitu luar biasa dua kebaikan yang diberikan oleh Allah kepada umat mukmin
yang benar-benar berada di jalanNya.
Pada permulaan
dan akhir kisah, dalam surat yang sama At-Taubah pada ayat 41 dan ayat 59
disebutkan:
41. Berangkatlah kamu baik
dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan
dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.
59. Jikalau mereka
sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada
mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi Kami, Allah akan memberikan
sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya Kami
adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian
itu lebih baik bagi mereka).
Ya, cukuplah Allah dan Rosul-Nya
bagi kami. Hal ini mengingatkan saya pada tulisan sebelumnya berjudul (Day 19) Dunia untuk Mereka dan Akhirat untuk Kita.
Sahabat senja,
seringkali saya bertanya pada diri sendiri apakah kami benar-benar termasuk ke
dalam orang beriman? Ya Allah, tidakkah kami termasuk orang munafik? Bahkan hal
ini kami sendiri tidak tahu jawabannya. Seringkali kami melalaikan Allah dengan
alasan sedang turunnya kualitas iman. Seringkali kami tidak menaati Allah
dengan alasan kami tidak punya waktu, kami tidak punya harta dan juga
sebagainya. Astaghfirullah. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita semua dan
selalu mengistiqomahkan langkah-langkah kita dalam kebaikan serta jalan Islam
yang telah dituntun oleh-Nya. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar