Minggu, Mei 29, 2016

Setapak Cahaya: KEMURNIAN ISLAM



Assalamu’alaikum sahabat senja, masih semangatkah kita dalam beraktifitas? Menjalani roda kehidupan yang selalu berputar, menjalani kerumitan dunia yang seperti tidak akan pernah ada habisnya, menjalani tuntutan-tuntutan dari sekitar kita, masih semangatkah? Sebagai seorang muslim yang baik sudah seharusnya kita hanya mengharapkan kekuatan untuk menjalani kehidupan ini kepada Allah sahaja. Terlebih jika kita bisa meniatkan apapun yang kita lakukan sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Maka, hal ini akan menjadi lebih utama dan tidak hanya bernilai duniawi saja. Terlebih lagi apabila semua kegiatan duniawi yang kita jalani, kita niatkan untuk berdakwah, mendakwahkan agama yang diridhoi Allah ini kepada lingkungan di sekitar kita. Namun, hal ini—kegiatan berdakwah—menjadi menarik ketika di negara kita yaitu Indonesia sudah memiliki sekitar 70% (telah mengalami penurunan dari semula 90%) penduduk beragama islam.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwasannya jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat pra sejarah negara ini telah mempunyai kepercayaan animisme dan dinamisme. Kemudian dilanjutkan datangnya kepercayaan Hindu dan Budha. Berbagai kepercayaan tersebut sedikit banyak telah mempengaruhi sistem, budaya, dan cara berperilaku serta kepribadian masyarakat Indonesia. Hingga kini kepercayaan-kepercayaan tersebut dianggap sebagai budaya yang diturunkan oleh leluhur dan harus dilestarikan. Maka tersebutlah berbagai jenis adat dan budaya masyarakat di berbagai daerah dan wilayah Indonesia saat ini.
Berbagai jenis adat dan budaya tersebut seolah merupakan sesuatu yang benar dan memang seharusnya dilestarikan. Namun sesungguhnya tidak demikian menurut agama Islam. Di dalam dua tulisan saya sebelumnya yaitu Salah Taat Kepada Orang Tua dan (Day 6) Menasihati Nenek Moyang telah disebutkan berbagai jenis gambaran kesalahan yang dilakukan oleh para orang tua dan bagaimana cara mengatasinya. Maka berikut ini kita akan membahas bagaimana cara pandang Allah terhadap kebudayaan yang diturunkan dari nenek moyang tersebut.
Mari kita tengok terjemah surat Az-Zumar ayat 3: “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.”
Diriwayatkan oleh Juwaibir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini turun berkenaan dengan tiga suku bangsawan: ‘Amir, Kinanah dan Bani Salamah, yang menyembah berhala. Mereka menganggap bahwa malaikat itu adalah putra-putri Allah dan penyembahan terhadap berhala-berhala hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga ayat ini menjawab sebagai penegasan dari Allah bahwa ucapan mereka hanyalah dusta belaka dan kedustaannya itu akan dibuktikan kelak di akhirat.
Selain itu di dalam Tafsir Al-Muyassar (Syaamil AlQur’an THE MIRACLE 15in1) disebutkan bahwa “Ingatlah! Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih dari syirik. Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah dan mengambil sesembahan selain-Nya berkata, “Kami tidak menyembah kepada sekutu-sekutu Allah, melainkan supaya sekutu-sekutu Allah itu mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” Maka, mereka telah kafir karena Ibadan dan syafaat hanya milik Allah. Sesungguhnya, Allah akan menjelaskan antara orang beriman yang ikhlas dengan orang yang menyekutukannya di hari Kiamat untuk memutuskan di antara mereka tentang perselisihan mereka. Dia akan membalas sebagaimana mestinya. Sesungguhnya, Allah tidak memberi petunjuk kepada para pendusta dan sangat ingkar terhadap jalan yang lurus.”
Berikutnya penjelasan yang kami peroleh dari Tafsir Jalalain mengenai ayat ini adalah “Ingatlah, hanya kepada Allah lah ketaatan yang murni dan tiada seorang pun yang berhak menerima selain-Nya. Dan orang-orang yang mengambil berhala sebagai pelindung, mereka adalah orang-orang kafir Mekah yang telah mengatakan “Kami tidak menyembah kepada sekutu-sekutu Allah, melainkan supaya sekutu-sekutu Allah itu mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya” yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka dan kaum muslim tentang apa yang mereka berselisih yaitu tentang masalah agama, maka kelak orang-orang yang beriman akan masuk surga dan orang-orang kafir akan masuk neraka. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang yang pendusta (yaitu orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak) lagi sangat ingkar (karena menyembah pada selain Allah).
Sehingga dapat kita ambil pelajaran dari ketiga referensi tersebut bahwasannya kemurnian agama islam bukan hal yang main-main. Perihal kesyirikan juga bukan hal yang main-main. Seperti yang kita bahas di awal tulisan ini bahwa masyarakat islam Indonesia masih sedikit banyak terpengaruh budaya dan adat terdahulu padahal budaya dan adat tersebut tidak diajarkan dalam Islam. Maka dari itu, tugas kita semua adalah membersihkan adat-adat terutama dalam diri kita sendiri. Sedikit contoh dari adat dan budaya tersebut adalah tarian, patung, pawang, ramalan dan sejenisnya.
Hilangnya jenis-jenis kesyirikan pada diri kita semoga dapat menghindarkan kita dari sebutan kafir yang telah dijelaskan dalam surat yang kita pelajari di atas. Serta menjadi awal mula kemurnian Islam yang terpatri dalam diri kita sehingga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang beriman dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Amiin Yaa Robbal ‘Alamin. Semoga dengan ini kita semua mulai dapat menjalankan Islam dan berislam dengan seutuhnya dan menyeluruh. Tetap semangat dalam belajar ya sahabat, Yeay!!

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar