Assalamu’alaikum
sahabat senja, masih semangatkah kita dalam beraktifitas? Menjalani roda
kehidupan yang selalu berputar, menjalani kerumitan dunia yang seperti tidak
akan pernah ada habisnya, menjalani tuntutan-tuntutan dari sekitar kita, masih
semangatkah? Sebagai seorang muslim yang baik sudah seharusnya kita hanya
mengharapkan kekuatan untuk menjalani kehidupan ini kepada Allah sahaja.
Terlebih jika kita bisa meniatkan apapun yang kita lakukan sebagai bentuk
ibadah kepada Allah. Maka, hal ini akan menjadi lebih utama dan tidak hanya
bernilai duniawi saja. Terlebih lagi apabila semua kegiatan duniawi yang kita
jalani, kita niatkan untuk berdakwah, mendakwahkan agama yang diridhoi Allah
ini kepada lingkungan di sekitar kita. Namun, hal ini—kegiatan
berdakwah—menjadi menarik ketika di negara kita yaitu Indonesia sudah memiliki
sekitar 70% (telah mengalami penurunan dari semula 90%) penduduk beragama
islam.
Seperti yang
telah kita ketahui bersama bahwasannya jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat
pra sejarah negara ini telah mempunyai kepercayaan animisme dan dinamisme.
Kemudian dilanjutkan datangnya kepercayaan Hindu dan Budha. Berbagai
kepercayaan tersebut sedikit banyak telah mempengaruhi sistem, budaya, dan cara
berperilaku serta kepribadian masyarakat Indonesia. Hingga kini
kepercayaan-kepercayaan tersebut dianggap sebagai budaya yang diturunkan oleh
leluhur dan harus dilestarikan. Maka tersebutlah berbagai jenis adat dan budaya
masyarakat di berbagai daerah dan wilayah Indonesia saat ini.
Berbagai jenis
adat dan budaya tersebut seolah merupakan sesuatu yang benar dan memang
seharusnya dilestarikan. Namun sesungguhnya tidak demikian menurut agama Islam.
Di dalam dua tulisan saya sebelumnya yaitu Salah Taat Kepada Orang Tua dan (Day 6) Menasihati Nenek Moyang telah disebutkan berbagai jenis gambaran kesalahan
yang dilakukan oleh para orang tua dan bagaimana cara mengatasinya. Maka
berikut ini kita akan membahas bagaimana cara pandang Allah terhadap kebudayaan
yang diturunkan dari nenek moyang tersebut.
Mari kita tengok
terjemah surat Az-Zumar ayat 3: “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang
bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah
(berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya
Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih
padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan
sangat ingkar.”
Diriwayatkan
oleh Juwaibir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan tiga suku bangsawan: ‘Amir, Kinanah dan Bani Salamah, yang menyembah
berhala. Mereka menganggap bahwa malaikat itu adalah putra-putri Allah dan
penyembahan terhadap berhala-berhala hanyalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Sehingga ayat ini menjawab sebagai penegasan dari Allah bahwa ucapan
mereka hanyalah dusta belaka dan kedustaannya itu akan dibuktikan kelak di
akhirat.
Selain itu di
dalam Tafsir Al-Muyassar (Syaamil AlQur’an THE MIRACLE 15in1) disebutkan bahwa
“Ingatlah! Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih dari syirik. Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah dan mengambil sesembahan
selain-Nya berkata, “Kami tidak menyembah kepada sekutu-sekutu Allah, melainkan
supaya sekutu-sekutu Allah itu mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.”
Maka, mereka telah kafir karena Ibadan dan syafaat hanya milik Allah.
Sesungguhnya, Allah akan menjelaskan antara orang beriman yang ikhlas dengan
orang yang menyekutukannya di hari Kiamat untuk memutuskan di antara mereka
tentang perselisihan mereka. Dia akan membalas sebagaimana mestinya.
Sesungguhnya, Allah tidak memberi petunjuk kepada para pendusta dan sangat
ingkar terhadap jalan yang lurus.”
Berikutnya
penjelasan yang kami peroleh dari Tafsir Jalalain mengenai ayat ini adalah
“Ingatlah, hanya kepada Allah lah ketaatan yang murni dan tiada seorang pun
yang berhak menerima selain-Nya. Dan orang-orang yang mengambil berhala sebagai
pelindung, mereka adalah orang-orang kafir Mekah yang telah mengatakan “Kami
tidak menyembah kepada sekutu-sekutu Allah, melainkan supaya sekutu-sekutu
Allah itu mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya” yakni untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara
mereka dan kaum muslim tentang apa yang mereka berselisih yaitu tentang masalah
agama, maka kelak orang-orang yang beriman akan masuk surga dan orang-orang
kafir akan masuk neraka. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang yang pendusta
(yaitu orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak) lagi sangat ingkar
(karena menyembah pada selain Allah).
Sehingga dapat
kita ambil pelajaran dari ketiga referensi tersebut bahwasannya kemurnian agama
islam bukan hal yang main-main. Perihal kesyirikan juga bukan hal yang
main-main. Seperti yang kita bahas di awal tulisan ini bahwa masyarakat islam
Indonesia masih sedikit banyak terpengaruh budaya dan adat terdahulu padahal
budaya dan adat tersebut tidak diajarkan dalam Islam. Maka dari itu, tugas kita
semua adalah membersihkan adat-adat terutama dalam diri kita sendiri. Sedikit
contoh dari adat dan budaya tersebut adalah tarian, patung, pawang, ramalan dan
sejenisnya.
Hilangnya
jenis-jenis kesyirikan pada diri kita semoga dapat menghindarkan kita dari
sebutan kafir yang telah dijelaskan dalam surat yang kita pelajari di atas.
Serta menjadi awal mula kemurnian Islam yang terpatri dalam diri kita sehingga
kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang beriman dan dimasukkan ke dalam
surga-Nya. Amiin Yaa Robbal ‘Alamin. Semoga dengan ini kita semua mulai dapat
menjalankan Islam dan berislam dengan seutuhnya dan menyeluruh. Tetap semangat
dalam belajar ya sahabat, Yeay!!
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar