Semoga hari ini
sahabat sekalian dalam keadaan yang sehat dan dirahmati oleh Allah ya, amiinn..
Sebelum masuk kepada apa yang kita bahas hari ini, saya ingin mengingatkan
kepada sahabat semua mengenai tulisan saya sebelumnya berjudul Karena yang Menyenangkan itu Mematikan. Yap, mari kita ulas sedikit terkait kesimpulan dari
tulisan tersebut. Bahwasannya kesenangan yang terdapat di dunia ini hanyalah
bersifat sementara. Terutama jika dilakukan secara berlebihan maka akan
berdampak buruk pada diri kita. Karena kesenangan-kesenangan tersebut akan
menjadi candu dan menyebabkan rasa sakit (bisa juga terjadi stress bila parah)
pada tubuh kita.
Poin yang lebih
penting terkait kesenangan duniawi adalah harganya yang mahal. Dalam melakukan
kesenangan duniawi selalu ada harga yang harus dibayar, tidak bisa kita
dapatkan secara gratis dan cuma-cuma. Contohnya tiket konser berjuta-juta,
narkoba dan minuman keras yang selangit harganya, wanita bertarif di kota, rokok
yang terus melejit biayanya, tiket bioskop, hotel dan kafe, tarif listrik,
pulsa dan paket data tidak ada yang seketika tersedia. Hal ini berbeda dengan
ibadah-ibadah yang seharusnya kita lakukan. Sholat bisa di mana saja bahkan di
atas tanah, berpuasa tanpa sahur dibolehkan bila tidak punya, senyum kepada saudara
dan melakukan ibadah dhuha pun telah berarti sedekah, ibadah haji pun
diwajibkan bagi yang mampu saja, dan masih banyak lagi kebaikan serta ibadah
yang cuma-cuma. Namun, mengapa kesenangan duniawi lebih banyak peminatnya?
Hal ini dapat
kita temukan di dalam AlQur’an surat Al-Hijr ayat 3 yang artinya: “Biarkanlah
mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh
angan-angan (kosong), Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan
mereka).” Sehingga dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa ternyata
kesenangan duniawi seperti candu yang dapat melalaikan pelakunya. Kesenangan
duniawi merupakan candu yang menyebabkan terbentuknya angan dan harapan kosong
terkait kepemilikan terhadap dunia. Seolah dunia dan seisinya ini dapat kita miliki
selamanya.
Terjebak dalam
kesenangan duniawi. Inilah yang terjadi pada para pemuja dunia. Sesungguhnya
hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang kafir. Bahkan kita yang mengaku
umat muslim juga seharusnya mengoreksi dan instropeksi diri apakah kita juga
demikian adanya? Maka hal ini menjadi perenungan yang sangat serius. Karena
terdapat kisah lebih menyedihkan pada permulaan dan lanjutan dari cerita di
atas. Tepat pada surat Al-Hijr ayat 2 dan 4-5 yang artinya:
2. orang-orang
yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka
dahulu (di dunia) menjadi orang-orang Muslim.
4. dan Kami
tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang
telah ditetapkan.
5. tidak ada
suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat
mengundurkan (Nya).
Penjelasan keempat ayat
tersebut di dalam Tafsir Al-Muyassar (Syaamil AlQur’an THE MIRACLE 15in1)
adalah sebagai berikut:
2. Orang-orang kafir kelak ketika memperhatikan
keadaan dirinya di neraka dan melihat keadaan orang-orang yang beriman, mereka
menginginkan seandainya dulu menjadi orang-orang yang mengesakan Allah atau
beriman kepada keesaan-Nya, tentu mereka terbebas (dari neraka) sebagaimana
orang-orang yang beriman.
3. Biarkanlah—wahai Rosulullah—orang-orang kafir makan
dan bersenang-senang dengan kehidupan dunia mereka. Ketamakan mereka melalaikan
diri mereka dari menaati Allah. Kelak, mereka akan mengetahui akibat dari
perbuatannya tersebut yang merugikan kehidupan dirinya di dunia dan akhirat.
4. Jika mereka (orang-orang kafir) meminta diturunkan
siksa untuk diri mereka demi mendustakanmu—wahai Rsoulullah—Sesungguhnya, Kami
tidak membinasakan suatu negeri, kecuali pada waktu yang telah ditetapkan. Kami
tidak membinasakan mereka sehingga mereka sampai pada waktu kebinasaan, seperti
kaum-kaum sebelum mereka.
5. Suatu umat tidaklah bisa mengundurkan ajalnya
sehingga mereka menambah ajal tersebut. Tidak pula bisa mendahulukan sehingga
mereka menguranginya.
Demikian sahabat, insyaAllah
apa yang kita bahas hari ini semoga dapat diambil pelajaran dan dapat
menjadikan kita sebagai seorang muslim dan mukmin yang lebih baik lagi pada
hari-hari selanjutnya. Teringat tulisan sebelumnya berjudul (Day 7) Orang-orang yang Paling Mulia, di sana dapat kita temukan bagaimana ciri-ciri orang yang
mulia. Semoga bermanfaat, sampai jumpa di tulisan-tulisan selanjutnya :)
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar