Sabtu, Mei 28, 2016

Setapak Cahaya: TIDAK PERLU BERSELISIH



Assalamu’alaikum sahabat senja, di zaman (yang katanya) modern nan canggih seperti sekarang ini, media sosial memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan bersosialisasi bahkan dapat mempengaruhi pola hidup dan perilaku dari masyarakat neomilenium yang menggunakannya. Komunikasi menjadi lebih mudah, mencari data menjadi lebih cepat, dan bertukar informasi menjadi lebih sederhana. Yap, tidak hanya kebaikan namun juga banyak akibat-akibat buruk yang ditimbulkan dari berselancar di dunia maya alias penggunaan media sosial. Selain masalah kesehatan terutama gangguan mata karena penggunaan gadget yang terlalu sering, berlebihan dan terus menerus ada pula masalah pada kehidupan bermasyarakat. Masalah utama yang sedang dan selalu ramai dibahas adalah haters (pembenci) atau banyak beredarnya berita bohong (hoax) atau perdebatan antara dua kubu (entah antara kubu yang benar dan salah, sama-sama salah atau sama-sama benar karena dua kubu sudah tidak dapat lagi dibedakan ketika mereka sedang berdebat tanpa ada tujuan dan hanya saling mencari pembenaran bukan kebenaran).
Ada banyak kisah menarik yang berkaitan dengan perdebatan dan saling menyerang yang dapat kita temukan di dalam AlQur’an. Salah satunya pada surat Al-Hajj ayat 60 berikut. Namun, sebelum kita baca terjemahnya mari kita telaah terlebih dahulu menyimak asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat ini. Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan pertemuan rombongan muslimin yang diutus Rosul SAW dengan kaum musyrikin pada dua hari sebelum habisnya bulan Muharram. Kaum musyrikin berkata sesama mereka, “Serbulah sahabat-sahabat Muhammad karena mereka mengharamkan perang pada bulan Muharram.” Para sahabat meminta kepada kaum musyrikin dengan sangat agar tidak menyerang karena mereka tidak diperbolehkan berperang pada bulan-bulan haram. Tetapi para musyrikin menolak permintaan tersebut bahkan mereka terus melakukan penyerangan. Sehingga kaum muslimin terpaksa melakukan perlawanan hingga akhirnya mendapat kemenangan. Maka turunlah ayat ini yang membenarkan tindakan kaum muslimin dan Allah menjanjikan kemenangan atas mereka. Terjemah dari ayat berikut adalah:
60. Demikianlah, dan Barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.
Nah, sahabat apa yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah tersebut? Bahwasannya sebagai seorang muslim yang baik harus mematuhi dan ridho atas apa-apa yang diatur oleh Allah seperti pada tulisan sebelumnya yang berjudul Setapak Cahaya: Dua Kebaikan. Termasuk ridho pada larangan-larangannya adalah menghindari perdebatan seperti yang termaktub pada surat yang sama Al-Hajj ayat 67-70 yang artinya:
67. bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, Maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.
68. dan jika mereka membantah kamu, Maka Katakanlah: "Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan".
69. Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya.
70. Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu Amat mudah bagi Allah.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa berbantahan dengan kaum kafir saja dilarang dan sebaiknya dihindari terlebih apabila perdebatan atau kegiatan saling membantah dilakukan kepada sesama muslim tentu hal ini lebih menarik murka Allah. Terutama jika persoalan yang diperdebatkan adalah hal-hal yang sepele, hal-hal yang berupa cabang, hal-hal yang duniawi, atau perdebatan yang dilakukan hanya mencari popularitas dan tidak dilakukan demi mendapatkan pencerahan atau kebenaran. Maka, harus tetap kita bersama ingat bahwa Allah lebih mengetahui tentang apa yang kita kerjakan.
Sehingga persoalan saling berselisih, terutama mengenai toleransi telah kita ketahui bersama bahwa Islam telah lebih dahulu mengaturnya. Sebagai referensi tambahan mungkin sahabat bisa membaca dan mengingat kembali kisah kedua imam besar yaitu Imam Syafi'i dan Imam Maliki saat keduanya saling bertemu dan mengunjungi. Sekian yang bisa kita bahas hari ini semoga bermanfaat dan mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dari diri saya pribadi :).

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar