Assalamu’alaikum sahabat senja, di zaman (yang katanya) modern nan
canggih seperti sekarang ini, media sosial memegang peranan yang sangat penting
dalam kehidupan bersosialisasi bahkan dapat mempengaruhi pola hidup dan
perilaku dari masyarakat neomilenium yang menggunakannya. Komunikasi menjadi
lebih mudah, mencari data menjadi lebih cepat, dan bertukar informasi menjadi
lebih sederhana. Yap, tidak hanya kebaikan namun juga banyak akibat-akibat
buruk yang ditimbulkan dari berselancar di dunia maya alias penggunaan media
sosial. Selain masalah kesehatan terutama gangguan mata karena penggunaan gadget
yang terlalu sering, berlebihan dan terus menerus ada pula masalah pada
kehidupan bermasyarakat. Masalah utama yang sedang dan selalu ramai dibahas
adalah haters (pembenci) atau banyak beredarnya berita bohong (hoax)
atau perdebatan antara dua kubu (entah antara kubu yang benar dan salah,
sama-sama salah atau sama-sama benar karena dua kubu sudah tidak dapat lagi
dibedakan ketika mereka sedang berdebat tanpa ada tujuan dan hanya saling
mencari pembenaran bukan kebenaran).
Ada banyak kisah menarik yang berkaitan dengan perdebatan dan saling
menyerang yang dapat kita temukan di dalam AlQur’an. Salah satunya pada surat
Al-Hajj ayat 60 berikut. Namun, sebelum kita baca terjemahnya mari kita telaah
terlebih dahulu menyimak asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat ini.
Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil dikemukakan bahwa
ayat ini turun berkenaan dengan pertemuan rombongan muslimin yang diutus Rosul
SAW dengan kaum musyrikin pada dua hari sebelum habisnya bulan Muharram. Kaum
musyrikin berkata sesama mereka, “Serbulah sahabat-sahabat Muhammad karena
mereka mengharamkan perang pada bulan Muharram.” Para sahabat meminta kepada
kaum musyrikin dengan sangat agar tidak menyerang karena mereka tidak
diperbolehkan berperang pada bulan-bulan haram. Tetapi para musyrikin menolak
permintaan tersebut bahkan mereka terus melakukan penyerangan. Sehingga kaum
muslimin terpaksa melakukan perlawanan hingga akhirnya mendapat kemenangan.
Maka turunlah ayat ini yang membenarkan tindakan kaum muslimin dan Allah
menjanjikan kemenangan atas mereka. Terjemah dari ayat berikut adalah:
60. Demikianlah, dan
Barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita
kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.
Nah, sahabat apa
yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah tersebut? Bahwasannya sebagai seorang
muslim yang baik harus mematuhi dan ridho atas apa-apa yang diatur oleh Allah
seperti pada tulisan sebelumnya yang berjudul Setapak Cahaya: Dua Kebaikan. Termasuk
ridho pada larangan-larangannya adalah menghindari perdebatan seperti yang
termaktub pada surat yang sama Al-Hajj ayat 67-70 yang artinya:
67. bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at
tertentu yang mereka lakukan, Maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu
dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya
kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.
68. dan jika mereka membantah kamu, Maka Katakanlah:
"Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan".
69. Allah akan mengadili di antara kamu pada hari
kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya.
70. Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya
Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang
demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang
demikian itu Amat mudah bagi Allah.
Dalam ayat tersebut
dijelaskan bahwa berbantahan dengan kaum kafir saja dilarang dan sebaiknya
dihindari terlebih apabila perdebatan atau kegiatan saling membantah dilakukan
kepada sesama muslim tentu hal ini lebih menarik murka Allah. Terutama jika
persoalan yang diperdebatkan adalah hal-hal yang sepele, hal-hal yang berupa
cabang, hal-hal yang duniawi, atau perdebatan yang dilakukan hanya mencari
popularitas dan tidak dilakukan demi mendapatkan pencerahan atau kebenaran. Maka,
harus tetap kita bersama ingat bahwa Allah lebih mengetahui tentang apa yang
kita kerjakan.
Sehingga
persoalan saling berselisih, terutama mengenai toleransi telah kita ketahui
bersama bahwa Islam telah lebih dahulu mengaturnya. Sebagai referensi tambahan
mungkin sahabat bisa membaca dan mengingat kembali kisah kedua imam besar yaitu
Imam Syafi'i dan Imam Maliki saat keduanya saling bertemu dan mengunjungi.
Sekian yang bisa kita bahas hari ini semoga bermanfaat dan mohon maaf apabila
terdapat banyak kesalahan dari diri saya pribadi :).
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar