Tepatnya
kemarin pukul 18.30 aku sampai di rumah, setelah 5 hari opname di Rumah Sakit
(RS) untuk operasi telinga revisi CWD(s). Disebut operasi revisi karena memang
sebelumnya aku sudah pernah menjalani operasi ini bulan Februari 2018 lalu. Karena
masih ada keluhan dan menurut dokter juga belum sembuh maka diputuskan untuk
operasi ulang. Banyak yang menanyakan apa sebabnya kok bisa sampai operasi? Jujur
saja, awalnya dua tahun lalu tepatnya desember 2016 aku merasa gatal di
telinga. Setelah ke dokter, katanya hanya infeksi biasa. Proses awal ini sudah
kuceritakan pada beberapa tulisan sebelumnya. Hingga pada tahun 2017 penyakit
ini mulai mengganas yaitu keluarnya cairan dari telinga hingga berkurangnya
peendengaran. Tahun 2018 diputuskan untuk operasi dengan tujuan memperbaiki
gendang telinga dan pembersihan sumber infeksi. Ternyata sakit itu masih
berlanjut sehingga diselesaikan pada operasi ini.
Proses panjang
yang telah kulalui, membuatku berharap dari lubuk hati yang paling dalam bahwa inilah
proses terakhir pengobatanku. Aku berharap Allah memberikan keajaiban padaku. Tapi
seperti yang sudah kutuliskan pada kisah sebelumnya bahwa sakit ini hanya terjadi
dua tahun, sedangkan berpuluh tahun sebelumnya Allah telah memberi nikmat yang
tak terhingga buatku. Mungkin saja penyakit ini juga merupakan salah satu
nikmat yang ditujukan padaku, tetapi nyatanya manusia tidak melihatnya
demikian. Kita selalu menganggap bahwa kenikmatan adalah hal yang menyenangkan.
Sedangkan masalah dan kesedihan adalah ujian dan cobaan.
Tiga kali masuk ruang
operasi (TE, CWD, revisi CWD) dan dikelilingi pisau bedah, tak pernah membuatku
nervous atau berkeringat dingin seperti saat memasuki ruang sidang tugas
akhir pada ujian sarjana dua tahun lalu. Sampai saat ini pun aku belum
menyelesaikan ujian sidang proposal karena jika mengingatnya tiba-tiba detak
jantungku menjadi lebih cepat. Karena menurutku masuk ruang operasi bukanlah
sebuah ujian, namun kepasrahan. Kita pasrah pada kinerja dokter dan perawat
yang ada di sana. Kita serahkan hidup kita sepenuhnya pada Yang Kuasa. Ketika aku
dapat membuka mata kembali pasca operasi (bius total), aku merasa bahwa Allah
sangat baik padaku. Dia telah memberikan kesempatan kedua, ketiga dan keempat
agar aku dapat memperbaiki hidupku dengan semestinya. Sehingga akan sangat
bodoh bila aku tak memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya.
Kasus penyakitku
ini kata dokter, sangat jarang terjadi bahkan di RS tersebut seperti belum
pernah terjadi sebelumnya. Jadi, aku tak tahu pasti seberapa besar kemungkinan
sakit ini sembuh total atau kambuh lagi. Kita hanya dapat melihat hasilnya
beberapa minggu pasca operasi saat perban sudah dibuka dan aku bisa beraktivitas
normal kembali. Sahabat, sejatinya rumah sakit adalah salah satu tempat di mana
banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Kisah-kisah pasien lain yang lebih
kronis, kisah dari tenaga medis, terutama kisah hidup kita sendiri. Maka selama
hidupku berlangsung, aku akan terus menuliskan banyak kisah berharga dan
berfaedah sebagai pelajaran bagi kita semua. Sampai jumpa di tulisan
berikutnya~
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar