Selasa, September 25, 2018

RUMAH SAKIT BERCERITA #6



                Tepatnya kemarin pukul 18.30 aku sampai di rumah, setelah 5 hari opname di Rumah Sakit (RS) untuk operasi telinga revisi CWD(s). Disebut operasi revisi karena memang sebelumnya aku sudah pernah menjalani operasi ini bulan Februari 2018 lalu. Karena masih ada keluhan dan menurut dokter juga belum sembuh maka diputuskan untuk operasi ulang. Banyak yang menanyakan apa sebabnya kok bisa sampai operasi? Jujur saja, awalnya dua tahun lalu tepatnya desember 2016 aku merasa gatal di telinga. Setelah ke dokter, katanya hanya infeksi biasa. Proses awal ini sudah kuceritakan pada beberapa tulisan sebelumnya. Hingga pada tahun 2017 penyakit ini mulai mengganas yaitu keluarnya cairan dari telinga hingga berkurangnya peendengaran. Tahun 2018 diputuskan untuk operasi dengan tujuan memperbaiki gendang telinga dan pembersihan sumber infeksi. Ternyata sakit itu masih berlanjut sehingga diselesaikan pada operasi ini.
Proses panjang yang telah kulalui, membuatku berharap dari lubuk hati yang paling dalam bahwa inilah proses terakhir pengobatanku. Aku berharap Allah memberikan keajaiban padaku. Tapi seperti yang sudah kutuliskan pada kisah sebelumnya bahwa sakit ini hanya terjadi dua tahun, sedangkan berpuluh tahun sebelumnya Allah telah memberi nikmat yang tak terhingga buatku. Mungkin saja penyakit ini juga merupakan salah satu nikmat yang ditujukan padaku, tetapi nyatanya manusia tidak melihatnya demikian. Kita selalu menganggap bahwa kenikmatan adalah hal yang menyenangkan. Sedangkan masalah dan kesedihan adalah ujian dan cobaan.
Tiga kali masuk ruang operasi (TE, CWD, revisi CWD) dan dikelilingi pisau bedah, tak pernah membuatku nervous atau berkeringat dingin seperti saat memasuki ruang sidang tugas akhir pada ujian sarjana dua tahun lalu. Sampai saat ini pun aku belum menyelesaikan ujian sidang proposal karena jika mengingatnya tiba-tiba detak jantungku menjadi lebih cepat. Karena menurutku masuk ruang operasi bukanlah sebuah ujian, namun kepasrahan. Kita pasrah pada kinerja dokter dan perawat yang ada di sana. Kita serahkan hidup kita sepenuhnya pada Yang Kuasa. Ketika aku dapat membuka mata kembali pasca operasi (bius total), aku merasa bahwa Allah sangat baik padaku. Dia telah memberikan kesempatan kedua, ketiga dan keempat agar aku dapat memperbaiki hidupku dengan semestinya. Sehingga akan sangat bodoh bila aku tak memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya.
Kasus penyakitku ini kata dokter, sangat jarang terjadi bahkan di RS tersebut seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Jadi, aku tak tahu pasti seberapa besar kemungkinan sakit ini sembuh total atau kambuh lagi. Kita hanya dapat melihat hasilnya beberapa minggu pasca operasi saat perban sudah dibuka dan aku bisa beraktivitas normal kembali. Sahabat, sejatinya rumah sakit adalah salah satu tempat di mana banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Kisah-kisah pasien lain yang lebih kronis, kisah dari tenaga medis, terutama kisah hidup kita sendiri. Maka selama hidupku berlangsung, aku akan terus menuliskan banyak kisah berharga dan berfaedah sebagai pelajaran bagi kita semua. Sampai jumpa di tulisan berikutnya~

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar