Selain
korean variety show atau japanese dorama, genre tontonan
favoritku adalah action-science fiction movie terutama dari mancanegara
seperti mission impossible dan kawan-kawan yang berasal dari Barat, maupun
oolong courtyard dan leluhurnya yang berasal dari China, hingga jelmaan (adaptasi)
anime seperti Tokyo ghoul, Jojo’s bizarre adventure dan sejenisnya yang
berasal dari Jepang.
Movie
yang baru saja kutonton akhir-akhir ini tak kalah menarik dari movie lainnya. Selain
adegan, grafis, dan aktor-aktris yang bagus, movie ini memiliki alur cerita dan
pelajaran tersendiri bagiku. Judulnya adalah Bleach, salah satu movie
jelmaan anime dengan judul yang sama. Meski tak menggemari animenya, movie ini
memberi kesan tersendiri bagiku. Selain itu, movie berjudul Reborn (2018) juga
memiliki benang merah yang sama. Kedua film tersebut sangat kurekomendasikan
bagi sahabat yang juga mempunyai genre film favorit yang sama dengaku.
Aku
menonton dua movie tersebut di RS (rumah sakit), sehari sebelum dan setelah
menjalani operasi telinga revisi CWD(s) pada 21 september lalu. Akan kujelaskan
satu per satu mengapa aku menganggap dua film tersebut memberi pelajaran yang
sama menurutku. Pertama, Reborn mengisahkan para hacker yang pada
akhir cerita diketahui adalah agen rahasia suatu negara berhasil menggagalkan rencana
pengacakan aplikasi terbaru oleh seorang pengusaha IT terkenal di Asia yang
juga mantan hacker. Kedua, Bleach berkisah tentang seorang
manusia yang berubah menjadi soul reaper (shinigami) setelah bertemu
shinigami wanita yang berusaha menyelamatkannya dari Hollow pemakan nyawa.
Setelah membandingkan
inti kedua kisah tersebut, seolah memang tak berkaitan satu dengan lainnya. Tetapi
pada akhir kisah, film Reborn menceritakan bahwa meskipun berhasil
menggagalkan misi jahat sang pengusaha, namun si hacker tokoh utama kehilangan
rekan kerja wanita yang juga adalah soulmatenya. Selanjutnya pada film Bleach,
manusia tokoh utama tersebut telah kehilangan ibu di masa kecilnya, selain itu sebagai
seorang anak lelaki tertua dia tidak berhasil melindungi siapapun. Menurutnya, hanya
dirinya yang selalu mendapatkan perlindungan.
Dari akhir kedua
kisah tersebut, meskipun si tokoh utama berhasil mengalahkan lawannya, namun ia
harus rela kehilangan orang yang dicintainya. Apakah itu orang tua, saudara,
pasangan, selalu ada hal yang dikorbankan oleh tokoh utama untuk mencapai
keberhasilannya. Sampai-sampai mereka menganggap keberhasilan itu didedikasikan
untuk yang telah tiada atau menganggap keberhasilan itu adalah keberuntungan
semata.
Sesungguhnya pelajaran
hidup seperti ini dapat diperoleh dari mana saja, dari film apapun, dari kisah
siapapun. Tetapi jika kita tidak cermat mengambil pelajaran dari suatu kisah
dan melewatkannya begitu saja, lalu untuk apakah akal pikiran kita gunakan. Sahabat,
tokoh utama bukanlah seorang yang sempurna kebahagiannya. Tokoh utama bukan
pula orang yang selalu menang dalam hidupnya. Tokoh utama juga tak selalu happy
ending kisahnya. Sahabat, kitalah tokoh utama dari kisah hidup kita
masing-masing, dengan Allah sebagai sutradara dan malaikat sebagai kru-kru
lainnya. Oleh karena itu, jalani saja hidup ini semaumu, semampumu, seolah kau
hidup selamanya. Namun jangan lupakan ibadahmu seolah esok kau tiada.
Sahabat, aku
menulis ini beberapa jam pulang ke rumah setelah opname pasca operasi. Aku masih
tak percaya aku bisa membuka mataku kembali setelah beberapa jam terbius tiga
hari lalu. Aku bersyukur ternyata Allah masih memberikan kepercayaan padaku
untuk melanjutkan jalan hidup. Kisah-kisahku tentang rumah sakit akan
kutuliskan pada lembar berikutnya. Nantikan ya~
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar