Selain dorama dan
Japanese movie, tayangan yang seringkali kutonton adalah Korean variety
show berjudul Hello Counselor. Setiap episodenya, show ini
menampilkan tiga laporan masalah dari penduduk korea untuk diselesaikan oleh host
dan penonton. Belum lama ini, salah satu episodenya menampilkan laporan dari
orangtua yang mempunyai anak dengan dua warna mata berbeda. Anak tersebut
memiliki mata berwarna hitam di satu sisi dan biru di sisi lain. Seperti bisa
kawan-kawan bayangkan, anak dengan keistimewaan seperti itu sangatlah jarang
sehingga pastilah menjadi pembicaraan hingga bahan ejekan karena orang lain
tidak terbiasa melihat hal yang demikian. Maka dari itu, kedua orang tua si
kecil tersebut memberanikan diri untuk tampil di televisi agar menjadi
pelajaran bagi masyarakat. Selain itu juga dapat memunculkan rasa percaya diri
pada si kecil.
Keadaan seperti
itu ternyata tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan negara kita Indonesia.
Masih banyak orang dengan pandangan sebelah mata pada penderita kelainan terlebih
pada anak-anak. Aku masih ingat ketika dulu pertama kali aku memakai kacamata
yaitu saat kelas 4 SD/MI. Berarti sekitar 15 tahun yang lalu, aku juga
mengalami hal yang sama dengan si kecil pada cerita di atas. Tetapi mungkin
tidak separah itu, tidak juga separah anak-anak penderita kelainan lainnya.
Tayangan tersebut
dan gambaran masa lalu itu mengingatkanku pada beberapa momen di rumah sakit
ketika aku melihat seorang gadis kecil berkacamata di rumah sakit. Mungkin sama
usianya denganku dulu saat pertama kali mengenakan kacamata. Aku tak yakin
apakah yang dipakai kacamata berlensa ataukah kacamata pelindung biasa karena
aku tak berbincang sama sekali dengan orangtuanya. Tetapi dari penampakannya,
itu adalah kacamata berlensa. Meski tak yakin, namun seringkali feelingku
benar. Selain itu, aku juga beberapa kali melihat anak-anak dengan kelainan
bicara atau mendengar di klinik tempat aku berobat yaitu klinik THT (telinga,
hidung, tenggorok). Hebatnya, keadaan yang demikian tidak membuat mereka
kehilangan semangat dan keceriaan. Para krucil itu tetap berlarian kesana
kemari, mencoba bicara semampunya, atau bermain jika bertemu dengan kawan
sebayanya.
Melihat kejadian
itu, atau jika mereka ada di sebelahku, aku hanya bisa tersenyum dan seringkali
tak bisa berkata-kata karena takut apa yang kukatakan mungkin saja
menyinggungnya atau orangtuanya. Selain itu, aku selalu kagum dengan orangtua
mereka. Ayah ibunya pasti memiliki kesabaran yang luar biasa dibandingkan
dengan orangtua dari anak-anak normal. Ayah ibunya pasti memiliki kecintaan
yang luar biasa agar anak tetap merasa bahagia dan tidak merasa dikucilkan. Ayah
ibunya pasti memiliki rasa percaya diri dan semangat luar biasa untuk tetap
peduli pada putra-putrinya. Setelah mengamati hal demikian, aku yakin bahwa
Allah tidak akan memilih orang yang salah untuk diberi ujian. Ia pasti tidak
akan memberi ujian diluar kemampuan makhluk-Nya. Hanya saja, hasilnya
tergantung pada kita. Apakah kita sendiri berniat untuk berubah atau tidak, serta
yakin atau tidak. Mudah-mudahan kita semua termasuk pada makhluk-Nya yang beriman
dan bersabar.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar