Sabtu, September 01, 2018

RUMAH SAKIT BERCERITA #5



Selain dorama dan Japanese movie, tayangan yang seringkali kutonton adalah Korean variety show berjudul Hello Counselor. Setiap episodenya, show ini menampilkan tiga laporan masalah dari penduduk korea untuk diselesaikan oleh host dan penonton. Belum lama ini, salah satu episodenya menampilkan laporan dari orangtua yang mempunyai anak dengan dua warna mata berbeda. Anak tersebut memiliki mata berwarna hitam di satu sisi dan biru di sisi lain. Seperti bisa kawan-kawan bayangkan, anak dengan keistimewaan seperti itu sangatlah jarang sehingga pastilah menjadi pembicaraan hingga bahan ejekan karena orang lain tidak terbiasa melihat hal yang demikian. Maka dari itu, kedua orang tua si kecil tersebut memberanikan diri untuk tampil di televisi agar menjadi pelajaran bagi masyarakat. Selain itu juga dapat memunculkan rasa percaya diri pada si kecil.
Keadaan seperti itu ternyata tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan negara kita Indonesia. Masih banyak orang dengan pandangan sebelah mata pada penderita kelainan terlebih pada anak-anak. Aku masih ingat ketika dulu pertama kali aku memakai kacamata yaitu saat kelas 4 SD/MI. Berarti sekitar 15 tahun yang lalu, aku juga mengalami hal yang sama dengan si kecil pada cerita di atas. Tetapi mungkin tidak separah itu, tidak juga separah anak-anak penderita kelainan lainnya.
Tayangan tersebut dan gambaran masa lalu itu mengingatkanku pada beberapa momen di rumah sakit ketika aku melihat seorang gadis kecil berkacamata di rumah sakit. Mungkin sama usianya denganku dulu saat pertama kali mengenakan kacamata. Aku tak yakin apakah yang dipakai kacamata berlensa ataukah kacamata pelindung biasa karena aku tak berbincang sama sekali dengan orangtuanya. Tetapi dari penampakannya, itu adalah kacamata berlensa. Meski tak yakin, namun seringkali feelingku benar. Selain itu, aku juga beberapa kali melihat anak-anak dengan kelainan bicara atau mendengar di klinik tempat aku berobat yaitu klinik THT (telinga, hidung, tenggorok). Hebatnya, keadaan yang demikian tidak membuat mereka kehilangan semangat dan keceriaan. Para krucil itu tetap berlarian kesana kemari, mencoba bicara semampunya, atau bermain jika bertemu dengan kawan sebayanya.
Melihat kejadian itu, atau jika mereka ada di sebelahku, aku hanya bisa tersenyum dan seringkali tak bisa berkata-kata karena takut apa yang kukatakan mungkin saja menyinggungnya atau orangtuanya. Selain itu, aku selalu kagum dengan orangtua mereka. Ayah ibunya pasti memiliki kesabaran yang luar biasa dibandingkan dengan orangtua dari anak-anak normal. Ayah ibunya pasti memiliki kecintaan yang luar biasa agar anak tetap merasa bahagia dan tidak merasa dikucilkan. Ayah ibunya pasti memiliki rasa percaya diri dan semangat luar biasa untuk tetap peduli pada putra-putrinya. Setelah mengamati hal demikian, aku yakin bahwa Allah tidak akan memilih orang yang salah untuk diberi ujian. Ia pasti tidak akan memberi ujian diluar kemampuan makhluk-Nya. Hanya saja, hasilnya tergantung pada kita. Apakah kita sendiri berniat untuk berubah atau tidak, serta yakin atau tidak. Mudah-mudahan kita semua termasuk pada makhluk-Nya yang beriman dan bersabar.

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar