Sabtu, Desember 15, 2018

POLITISASI KEHIDUPAN-Bagian 2: Pembentukan Ikatan



                Fakta yang ada di Indonesia yaitu bahwa Islam adalah agama mayoritas. Sebanyak apapun orang membenci islam, entah terhadap orangnya, entah terhadap agamanya, entah memang parno dari sononya, atau sudah sakit telinga saat mendengarnya, kita tidak dapat menafikan kenyataan bahwa Islam telah menguasai Indonesia. Jika agama islam adalah agama penebar kebencian, maka tidak masuk akal jika 80% penduduk negeri ini adalah muslim. Padahal sebelum Islam datang, kita tahu bahwa Majapahit dengan latar belakang Hindu-Budha-Animisme telah menguasai Nusantara yang meliputi Indonesia  dan beberapa Negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sejak dahulu Islam merupakan pilihan utama masyarakat.
                Kini, islamophobia, ungkapan untuk seseorang yang fobia dengan Islam, semakin berani menunjukkan dirinya. Mereka meyakini bahwa Islam harus ditumpas, apapun alasannya. Kejadian ini serupa dengan hal yang telah dialami oleh Rosulullah dan kholifah setelahnya. Bukankah tidak ada hal yang baru di dalam hidup kita? Semuanya pasti berulang, berputar seperti roda, meskipun jaman dan teknologi semakin berkembang tetapi sifat manusia pada dasarnya begitu-begitu saja. Jika kita baca sejarah perkembangan Islam di masa Rosulullah, kaum kafir Quraisy atau musuh islam lainnya ‘hanya’ merasa terancam dengan keberadaan Islam. Mereka akan melakukan segala cara agar Islam tak dapat mengalahkan ‘kepopuleran’ mereka. Orang-orang itu ‘hanya’ gengsi, tinggi hati dan ingin berkuasa atas segala.
                Kebencian ini berimbas pada seluruh aspek kehidupan. Kampus dan sekolah Islam dianggap ladang teroris, organisasi Islam dianggap mengancam kesatuan Negara, hingga parta Islam pun tak luput dari berbagai tudingan. Oleh karena itu, untuk menghadapi kebencian ini diperlukan sikap politik (taktik, rencana, siasat, strategi) agar umat Islam tidak terbakar, terpengaruh atau termakan ucapan tersebut. Bagaimanapun umat islam harus bersatu, memperkuat ikatan ukhuwah islamiyah, agar tidak mudah terpecah-belah.
                Kekuatan akan terbentuk jika masing-masing diri kita saling berikatan. Peristiwa ini bahkan terjadi pada partikel terkecil pembentuk materi yaitu atom. Tidak ada satu atom pun di muka bumi ini yang tidak berikatan. Karena ikatan ini diperlukan agar atom-atom tersebut menjadi lebih stabil. Kestabilan pada atom terjadi apabila elektronnya telah memenuhi kaidah duplet (dua elektron) atau oktet (delapan elektron). Kaidah tersebut hanya terjadi apabila suatu atom berikatan dengan atom lain. Sehingga tak ada cara lain untuk mencapai tingkat kestabilan yang lebih tinggi selain saling berikatan.
                Berbagai ikatan yang terjadi di dalam senyawa adalah ikatan ion (umumnya antara atom logam dan nonlogam), ikatan kovalen (umumnya antara atom nonlogam dan nonlogam), ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam. Jenis-jenis ikatan tersebut ada karena masing-masing sifat atom berbeda. Di antaranya ada atom yang mempunyai pasangan elektron bebas, ada yang mudah melepaskan elektron, ada yang senang mengambil elektron, dan ada juga yang senang dengan sesama kelompoknya sendiri. Selain terjadi antara dua atom, ikatan juga dapat terbentuk antara sekelompok atom. Oleh karena itu, beberapa istilah yang dikenal pada atom-atom yang saling berikatan yaitu molekul, unsur dan senyawa.
                Jadi, begitupun halnya yang terjadi pada manusia. Pembentukan ikatan, perkuat ukhuwah, juga merupakan salah satu cara untuk mencapai kestabilan. Namun, apakah kestabilan tersebut bersifat kekal? insyaAllah akan kita bahas pada tulisan selanjutnya. Wassalamu’alaikm dan selamat berjuang~

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar