Suatu
hari seorang teman mengungkapkan pendapatnya, “Mengapa saat mencari makanan
harus melihat ada tidaknya tulisan halal? Bukankah Indonesia mayoritas muslim? Seharusnya
tak perlu menuliskan label halal pada produk makanan, kan?” Apabila dilihat
dari satu sisi, menurutku pendapat ini sangat benar. Tetapi jika dilihat dari
sisi lain, pendapat ini kurang tepat.
Di
negara ini, umat muslim jarang merasa khawatir jika berbelanja daging di pasar
baik tradisional maupun modern, membeli makanan di warung, atau keperluan lain.
Namun, setelah globalisasi mulai berkembang biak, bukan hanya perubahan cuaca
tetapi juga bahasa, budaya, kesenian, mode, teknologi bahkan pasar global,
Indonesia sedikit demi sedikit berubah untuk tetap eksis di dunia
Internasional. Sehingga kekhawatiran umat muslim terhadap makanan, kosmetik
atau keperluan halal lainnya meningkat. Jika MUI tidak mengeluarkan label
halal, maka produk (industri/homemade) yang tidak halal harus menuliskan label ‘Tidak
Halal’, atau ‘Mengandung Babi’, ‘Mengandung Alkohol’, ‘Mengandung Rum’ atau
label lain untuk menunjukkan ketidakhalalannya. Tindakan seperti ini akan
menyulitkan bahkan dapat menyudutkan umat muslim. Padahal berbagai produk
tersebut dijual untuk umum, tetapi seolah-olah hanya umat muslim yang tinggal
di negeri ini dan berhak mengatur regulasi penjualan mereka. Jadi, sudah
merupakan hal yang tepat produk halal untuk umat muslim bertuliskan label halal
oleh MUI. Lalu bagaimana jika produk tidak/belum terdaftar label halal MUI? Maka,
keputusan jual beli diserahkan kembali kepada produsen dan konsumen. Jual beli
dapat berlangsung apabila kita merasa produk tersebut aman dan cocok, produsen
tidak berbohong atas detail produknya, atau hal-hal lainnya.
Persoalan
tersebut menunjukkan bahwa reaksi lingkungan tergantung pada tindakan yang telah
kita lakukan. Namun, tindakan yang kita lakukan tidak harus dipengaruhi oleh
lingkungan. Seperti yang telah saya tuliskan pada kedua judul sebelumnya, partikel
terkecil yaitu atom sampai materi terkompleks yaitu manusia menginginkan
kehidupan yang stabil, tanpa masalah, tanpa kesulitan. Tetapi kenyataanya
kestabilan bukanlah sesuatu yang tetap, bukan hal yang kekal karena terkadang
ia dipengaruhi oleh lingkungan.
Senyawa
air, H2O, adalah salah satu senyawa alami yang melimpah di muka
bumi. Zat cair ini dikenal dengan warnanya yang bening, tidak berasa, dan tidak
mudah terpisahkan. Namun, kenyataanya air dapat mengalami perubahan warna, rasa
dan juga dapat dipisahkan. Hal ini merupakan salah satu contoh bahwa kestabilan
suatu senyawa dapat berubah sesuai lingkungan. Misalnya, pada suhu dingin 0°C (nol derajat celsius), air akan berubah
wujud menjadi es dimana peristiwa ini disebut pembekuan. Dalam wujud es,
senyawa H2O akhirnya dapat dipecahkan. Peristiwa lain yaitu
penguapan, adalah saat air berubah wujud menjadi uap akibat lingkungan yang
panas 100°C
(seratus derajat celsius). Dalam wujud ini, akhirnya senyawa H2O
tercerai berai.
Jika
kestabilan suatu benda mati dapat mengalami perubahan, maka manusia pun pasti
demikian. Suatu kestabilan yang berubah merupakan suatu hal yang berbeda dengan
ketidakstabilan. Karena suatu hal yang tidak stabil tersebut tidak akan terbentuk.
Namun, pada ketiga wujud yang telah dijelaskan sebelumnya, senyawa H2O
tetap ada di muka bumi. Bagaimanapun bentuknya, bagaimanapun strukturnya, H2O
akan terus eksis di dunia. Begitupun manusia, masing-masing mempunyai kriteria kestabilan
berbeda dan dapat berubah-ubah. Perubahan dapat terjadi karena lingkungan ataupun
sebaliknya. Misalnya, semasa sekolah merasa stabil jika selalu ranking pertama.
Setelah bekerja, merasa stabil jika gaji di atas 10 juta. Saat berkeluarga
merasa stabil jika punya rumah mewah.
Sahabat, tingkat
kestabilan seseorang akan mempengaruhi cara ia bereaksi terhadap lingkungannya.
Semakin stabil seseorang, maka ia tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan.
Ia tidak juga membandingkan kestabilan dirinya dengan kestabilan orang lain. Pun
ia tidak juga memberikan standar kestabilan pada selain dirinya. Lalu bagaimana
seharusnya bereaksi terhadap lingkungan? insyaAllah akan kita bahas pada
tulisan selanjutnya. Sekian, selamat menikmati akhir pekan~
follow me @qhimahatthoyyib
wiiih kak ota keren, udah banyak tulisannya, semangat terus nulisnya kak ota.
BalasHapusterimakasih, mudah2an manfaat ya~
Hapuskalo boleh tau siapa ni?