Assalamu’alaikum
sahabat, semoga Allah selalu limpahkan kebaikan pada kita semua amiin. Kali ini
saya mencoba menuliskan sesuatu sedikit keluar dari bidang saya. Seperti sahabat
semua ketahui, bahwa banyak tulisan saya yang mengedepankan analisis. Terutama di
bidang keilmuan saya yaitu Kimia, serta bidang lain yang saya tekuni yaitu
tadabbur ayat Al-Qur’an, juga hal lain yang menarik bagi saya yaitu variety
show Korea, dorama Jepang, dan tontonan dengan action and sci-fi
theme. Namun kali ini kita akan membahas sesuatu yang berbeda yaitu salah
satu drama Korea yang baru saja tayang pada awal bulan Desember 2018 ini.
Beberapa sahabat
yang telah mengikuti tulisan ini sejak lama, mungkin sudah tahu bahwa saya tak suka
dengan drama Korea (read: drakor bukan movie/film). Terutama karena
tema-tema drakor 90% adalah romance yang membuat saya ithcy and
chilly. Berbeda dengan penggemar lain yang menggandrungi negeri ginseng itu
karena drama dan idolnya, saya menggandrungi mereka karena kecepatan
perkembangan teknologi dan kekokohan warisan budayanya. Jadi, banyak judul drakor
terlewatkan bagi saya meskipun hal tersebut sangat hits di Indonesia.
Selama ini,
drakor yang menarik bagi saya adalah ‘Jang Yeong Sil’ (2015) yang menceritakan
ilmuwan perbintangan Korea, ‘SPY’ yang menceritakan agen rahasia China, dan ‘Descendent
of the Sun’ (2016) yang bertema perang dan pemberontakan. Sebelum itu
belum banyak mengenal Korea dan setelah itu tak ada. Namun saat ini, saya tidak
menyangka bahwa akan kembali tertarik pada drakor. Drama ini setengahnya berisi
adegan roman dan sisanya adalah adegan aksi. Tidak seperti drama bertema aksi
lainnya, drama ini mengambil konsep AR (Augmented Reality) yang telah
dikembangkan pada aplikasi permainan.
Berjudul ‘Memories
of the Alhambra’, saya mengira drama ini hanya berisi roman seperti biasa. Hanya
saja kata Alhambra sangat mengusik saya, karena tempat ini adalah salah satu
tempat bersejarah bagi dunia Islam. Namun, sangat tidak disangka bahwa episode
pertama sudah membuat saya terkagum dengan adegan virtual yang disajikan. Menurut
saya dengan konsep baru ini, drakor yang biasanya hanya mengambil hati penonton
wanita melalui adegan roman, kini dapat juga mengambil hati penonton pria melalui
adegan game yang dibuat nyata. Saya yakin drama ini akan disukai oleh kaum adam
(terutama para gamers) karena konsep AR dan graph editing yang
sangat meyakinkan.
VR (Virtual
Reality) dan AR adalah dua kata asing bagi saya karena istilah tersebut
tidak dikenal di bidang kami. Bidang-bidang yang menggunakan VR dan AR adalah
bidang elit teknologi seperti teknologi pesawat, teknologi militer, dan teknologi
kedokteran. Namun saat ini, kedua istilah tersebut sangat umum dikenal terutama
di kalangan gamers. Salah satu aplikasi permainan berkonsep AR yang
terkenal adalah pokemon GO!. Permainan menjadi sangat menarik karena
melibatkan benda dan lingkungan nyata di sekitar kita.
Korea merupakan
salah satu negara yang terkenal cepat dalam pengaplikasian teknologi. Permainan
berkonsep VR dan AR sudah dapat dinikmati oleh orang-orang umum. Selain dengan mobile
phone, mereka juga dapat menikmatinya di kios permainan setempat. Sebagai negara
yang kemerdekaannya hanya dua hari setelah negeri ginseng itu, Indonesia,
menurut saya patut mencontoh cara berkembangnya negeri tersebut. SDM negeri ini
tak kalah banyak dan tak kalah pandai. Kampus teknik sudah tersebar di
mana-mana. Sebagian ilmuwan juga telah belajar dari kampus negara lain. Jadi, tunggu
apa lagi?
Indonesia yang
saat ini hingga 15 tahun ke depan sedang mengalami bonus demografi, dinyatakan
oleh banyak ahli bahwa kita berada dalam “masa emas”. Terlebih dengan adanya
Revolusi Industri 4.0 yang berbasis teknologi digital, Indonesia harus segera
memperbaiki diri sebelum terlambat jika ingin menguasai dunia. Berbicara tentang
perbaikan Indonesia, maka perbaikan terkecil harus dimulai dari diri sendiri
dan keluarga. Sekian tulisan kali ini, semoga bermanfaat dan selamat menikmati
perubahan.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar