Rabu, Februari 20, 2019

COUPLE TIME: Being Single Ga Perlu Baper



                Setiap orang pasti punya impian. Level impian pun berbeda-beda bergantung pada latar belakang, mungkin juga kebutuhan, atau bisa saja obsesi yang berlebihan. Rencana demi rencana, langkah demi langkah disusun sedemikian rupa agar semua target terwujudkan. Gagal merencanakan berarti sudah merencanakan kegagalan, itu kata sang motivator pengejar impian. Setelah selesai satu target, segera selesaikan target lainnya. Sadar atau tidak, sejak usia dini impian adalah mantra ajaib yang sering kita ucapkan. Salah satunya yaitu, saat guru, orangtua atau kawan-kawan seringkali bertanya “cita-citamu apa?” sejak itulah kita mecoba merancang masa depan. Impian untuk sekolah di tempat favorit, kuliah di kampus ternama, punya kerjaan keren, target minimal gaji per bulan, berhaji kapan, hingga urusan pernikahan dan keluarga impian. Sayangnya kita selalu lupa tidak mencantumkan apa yang harus kita persiapkan jika sewaktu-waktu ajal menjemput terlebih dulu daripada daftar impian yang telah kita rancang.
                Saat beberapa impian itu tak terwujud dan takdir Tuhan berbeda dengan apa yang kita inginkan, maka setiap orang punya cara masing-masing untuk menyelesaikan keresahan. Beberapa terus berusaha, beberapa langsung terima seadanya, beberapa mungkin putus asa. Tapi kawan, yakinlah bahwa Tuhan pasti memberikan sesuatu yang kita butuhkan dan tidak keluar dari batas kemampuan. Oleh karena itu, pada tema Couple Time ini, kita akan membahas khusus tentang kaula muda yang beranjak tua di masa-masa menunggu dan menjemput separuh jiwanya yang tak kunjung datang. Ya, termasuk saya hehe.
                Kawan-kawan, bulan ini sudah berapa banyak terima undangan pernikahan? Apa, ratusan? Ah bercanda~ Biasanya bulan-bulan ramai pernikahan adalah Rojab, Sya’ban, Syawwal dan Dhulhijjah tapi bulan ini pun (Jumadil tsani) tidak menutup kemungkinan ada undangan yang datang hehe. Untuk kawan-kawan yang baru saja berada pada masa-masa ini, mungkin pada awalnya akan kaget karena tiba-tiba begitu saja segerombolan undangan menghampiri dan kawan-kawan kita itu telah mencapai fase baru dalam hidupnya. Tetapi hal itu juga akan menyenangkan, karena siapapun kawan yang menyebar undangan, kita akan ramai-ramai berdatangan. Terlebih jika kawan yang menikah adalah pasangan seangkatan, seorganisasi, atau sealumni akan lebih menggembirakan. Namun untuk kawan-kawan yang sudah melewati tahapan ini cukup lama, dua tahun bahkan lebih misalnya, pasti sudah terbiasa dengan tumpukan undangan yang tersedia.
                Kejadian itu menunjukkan bahwa setiap fase yang kita jalani dalam hidup adalah fase biasa. Perpindahan, perubahan, dan ketidakstabilan adalah hal biasa. Setiap kejadian pasti akan berulang dan mengalami perputaran. Jadi, tidak perlu merasa lebih sedih dari orang lain, lebih kaya dari orang lain, lebih sengsara dari orang lain, lebihh pandai dari orang lain, atau perasaan-perasaan lainnya. Karena suatu kisah pasti akan berulang. Bisa jadi kitalah aktor selanjutnya. Oleh sebab itu, untuk kawan-kawan para jomblowan-jomblowati fii sabilillah—yang sedang menunggu dan menjemput sang belahan jiwa yang tak kunjung datang—tak perlu baper berlebihan. Tetap bersabar dan selalu perbaiki diri karena kelak ‘katanya’ pasangan kita adalah cerminan diri kita. Jika kita punya waktu untuk baper pada hal-hal menggalaukan semacam demikian, mengapa kita tak terbiasa baper saat menghadiri pemakaman? Atau mungkin kita lupa bahwa kematian, tanpa disangka, sewaktu-waktu datang.
                Setiap jiwa pasti akan menemui kematian. Demikian, semoga kita dapat dipertemukan kembali pada tulisan selanjutnya. InsyaAllah kita masih membahas tema tulisan yang sama yaitu Couple Time. Selamat beraktifitas~ Barokallahufiikum.

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar