Setiap
orang pasti punya impian. Level impian pun berbeda-beda bergantung pada latar
belakang, mungkin juga kebutuhan, atau bisa saja obsesi yang berlebihan.
Rencana demi rencana, langkah demi langkah disusun sedemikian rupa agar semua target
terwujudkan. Gagal merencanakan berarti sudah merencanakan kegagalan, itu kata
sang motivator pengejar impian. Setelah selesai satu target, segera selesaikan
target lainnya. Sadar atau tidak, sejak usia dini impian adalah mantra ajaib
yang sering kita ucapkan. Salah satunya yaitu, saat guru, orangtua atau
kawan-kawan seringkali bertanya “cita-citamu apa?” sejak itulah kita mecoba
merancang masa depan. Impian untuk sekolah di tempat favorit, kuliah di kampus
ternama, punya kerjaan keren, target minimal gaji per bulan, berhaji kapan, hingga
urusan pernikahan dan keluarga impian. Sayangnya kita selalu lupa tidak
mencantumkan apa yang harus kita persiapkan jika sewaktu-waktu ajal menjemput
terlebih dulu daripada daftar impian yang telah kita rancang.
Saat
beberapa impian itu tak terwujud dan takdir Tuhan berbeda dengan apa yang kita
inginkan, maka setiap orang punya cara masing-masing untuk menyelesaikan
keresahan. Beberapa terus berusaha, beberapa langsung terima seadanya, beberapa
mungkin putus asa. Tapi kawan, yakinlah bahwa Tuhan pasti memberikan sesuatu
yang kita butuhkan dan tidak keluar dari batas kemampuan. Oleh karena itu, pada
tema Couple Time ini, kita akan membahas khusus tentang kaula muda yang
beranjak tua di masa-masa menunggu dan menjemput separuh jiwanya yang tak
kunjung datang. Ya, termasuk saya hehe.
Kawan-kawan,
bulan ini sudah berapa banyak terima undangan pernikahan? Apa, ratusan? Ah bercanda~
Biasanya bulan-bulan ramai pernikahan adalah Rojab, Sya’ban, Syawwal dan
Dhulhijjah tapi bulan ini pun (Jumadil tsani) tidak menutup kemungkinan ada
undangan yang datang hehe. Untuk kawan-kawan yang baru saja berada pada
masa-masa ini, mungkin pada awalnya akan kaget karena tiba-tiba begitu saja
segerombolan undangan menghampiri dan kawan-kawan kita itu telah mencapai fase
baru dalam hidupnya. Tetapi hal itu juga akan menyenangkan, karena siapapun
kawan yang menyebar undangan, kita akan ramai-ramai berdatangan. Terlebih jika
kawan yang menikah adalah pasangan seangkatan, seorganisasi, atau sealumni akan
lebih menggembirakan. Namun untuk kawan-kawan yang sudah melewati tahapan ini
cukup lama, dua tahun bahkan lebih misalnya, pasti sudah terbiasa dengan tumpukan
undangan yang tersedia.
Kejadian
itu menunjukkan bahwa setiap fase yang kita jalani dalam hidup adalah fase biasa.
Perpindahan, perubahan, dan ketidakstabilan adalah hal biasa. Setiap kejadian
pasti akan berulang dan mengalami perputaran. Jadi, tidak perlu merasa lebih
sedih dari orang lain, lebih kaya dari orang lain, lebih sengsara dari orang
lain, lebihh pandai dari orang lain, atau perasaan-perasaan lainnya. Karena suatu
kisah pasti akan berulang. Bisa jadi kitalah aktor selanjutnya. Oleh sebab itu,
untuk kawan-kawan para jomblowan-jomblowati fii sabilillah—yang sedang menunggu dan menjemput sang belahan jiwa yang tak
kunjung datang—tak perlu baper berlebihan. Tetap bersabar dan selalu perbaiki
diri karena kelak ‘katanya’ pasangan kita adalah cerminan diri kita. Jika kita
punya waktu untuk baper pada hal-hal menggalaukan semacam demikian, mengapa
kita tak terbiasa baper saat menghadiri pemakaman? Atau mungkin kita lupa bahwa
kematian, tanpa disangka, sewaktu-waktu datang.
Setiap
jiwa pasti akan menemui kematian. Demikian, semoga kita dapat dipertemukan kembali pada
tulisan selanjutnya. InsyaAllah kita masih membahas tema tulisan yang sama
yaitu Couple Time. Selamat beraktifitas~ Barokallahufiikum.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar