Selasa, Februari 19, 2019

Semakin Sabar, Semakin Handal (Part 3)



                Jika dua tulisan sebelumnya mengisahkan kesabaran pengendara bermotor dengan cc besar, kali ini kisah yang akan saya sampaikan adalah point of view dari pengendara sepeda ontel. Let’s check this out~
Alhamdulillah, mulai senin kemarin saya aktif olahraga pagi yaitu cycling. Ya walaupun masih dua hari, tapi ini merupakan awal yang baik dalam sebuah perencanaan, hehe. Mudah-mudahan bisa istiqomah entah sampai kapan, yaa itung-itung mengaktifkan kembali sensitifitas otot kaki. Olahraga ini cukup ringan bila dibandingkan dengan jalan atau lari, karena gerak kita bergantung pada sutu benda. Lingkup rumah juga kebetulan mendukung untuk bersepeda pagi hari. Sepanjang jalan saat berkeliling komplek kelurahan Nginden Jangkungan, ternyata cukup banyak orang-orang berolahraga terutama di area taman perumahan Nginden Intan.
Saat jalanan mulai ramai dan pasar mulai penuh, sesungguhnya inilah tantangan bagi pengendara sepeda. Maka dari itu, aku mencoba olahraga sepagi mungkin setelah shubuh. Ketika jalanan mulai padat, laju sepeda tidak dapat sekencang sebelumnya. Hal ini menyebabkan aktifitas kaki menurun dan tidak mencapai fungsi olahraga seperti halnya bersepeda biasa. Dari pengalaman ini, aku jadi teringat kisahku dengan penjual jamu bersepeda keliling yang sepertinya sudah pernah kuceritakana tapi aku tak ingat di tulisan mana hehe. Saat itu, tidak kurang dari dua meter aku akan memasuki gang rumah. Namun, di depan motorku ada si ibu penjual jamu keliling dengan sepeda tuanya. Bukannya bersabar menunggu si ibu melewati gang rumah, aku malah mengencangkan laju motor dan mendahului si ibu tersebut. Walhasil, seperti yang sudah kalian perkirakan, si ibu itu mengomel karena hampir saja kami bertabrakan.
Sesungguhnya saat itu, aku sudah memperkirakan kecepatan si ibu itu. Akan lebih cepat mendahuluinya daripada menunggunya. Dan benar saja, jarak kami saat hampir bertabrakan itu masih sekitar 500 cm. Tapi mungkin beliau saat itu tidak tahu bahwa motorku akan masuk gang. Ah, itu hanya alasanku saja untuk membela diri. Padahal meskipun menunggunya, aku tidak sedikitpun rugi karena tempat tujuan sudah di depan mata. Sehingga sejak saat itu, aku tidak pernah mendahului pengendara sepeda yang akan melewati gang sedangkan aku akan masuk ke gang tersebut. Terlebih jika gang itu berada di sebelah kiri jalan. Meskipun tempat tujuan masih jauh, namun setelah menunggunya aku masih bisa mempercepat laju motorku. Saat bersepeda akhirnya aku tahu mengapa si ibu itu mengomel. Bisa jadi karena sepedanya tak ada rem, atau si ibu dalam kondisi susah mengerem, atau bawaan jamunya terlalu berat jika mendadak mengerem, atau kondisi-kondisi lain yang tidak kita ketahui. Ya, pasti banyak hal yang tidak kita ketahui dari kondisi orang lain, terutama pengendara-pengendara yang tidak kita kenali di jalanan.
Sebetulnya ini bukan kali pertama aku bersepeda. Namun, terakhir kali aku bersepeda sudah lama sekali yaitu sekitar tahun 2013. Setelah itu, aku pergi ke kampus dengan sepeda motor. Sehingga, ontel mini di rumah pun diberikan kepada adek sepupuku hehe. Demikian, mudah-mudah tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga kita selalu dapat mengambil hikmah dari apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Semoga Allah selalu merahmati kita, Amiin~ Bye-bye, see you later~ Wassalamu’alaikum.

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar