Jika
dua tulisan sebelumnya mengisahkan kesabaran pengendara bermotor dengan cc
besar, kali ini kisah yang akan saya sampaikan adalah point of view dari
pengendara sepeda ontel. Let’s check this out~
Alhamdulillah,
mulai senin kemarin saya aktif olahraga pagi yaitu cycling. Ya walaupun
masih dua hari, tapi ini merupakan awal yang baik dalam sebuah perencanaan,
hehe. Mudah-mudahan bisa istiqomah entah sampai kapan, yaa itung-itung
mengaktifkan kembali sensitifitas otot kaki. Olahraga ini cukup ringan bila
dibandingkan dengan jalan atau lari, karena gerak kita bergantung pada sutu
benda. Lingkup rumah juga kebetulan mendukung untuk bersepeda pagi hari. Sepanjang
jalan saat berkeliling komplek kelurahan Nginden Jangkungan, ternyata cukup
banyak orang-orang berolahraga terutama di area taman perumahan Nginden Intan.
Saat jalanan
mulai ramai dan pasar mulai penuh, sesungguhnya inilah tantangan bagi
pengendara sepeda. Maka dari itu, aku mencoba olahraga sepagi mungkin setelah
shubuh. Ketika jalanan mulai padat, laju sepeda tidak dapat sekencang
sebelumnya. Hal ini menyebabkan aktifitas kaki menurun dan tidak mencapai
fungsi olahraga seperti halnya bersepeda biasa. Dari pengalaman ini, aku jadi
teringat kisahku dengan penjual jamu bersepeda keliling yang sepertinya sudah
pernah kuceritakana tapi aku tak ingat di tulisan mana hehe. Saat itu, tidak
kurang dari dua meter aku akan memasuki gang rumah. Namun, di depan motorku ada
si ibu penjual jamu keliling dengan sepeda tuanya. Bukannya bersabar menunggu
si ibu melewati gang rumah, aku malah mengencangkan laju motor dan mendahului
si ibu tersebut. Walhasil, seperti yang sudah kalian perkirakan, si ibu itu
mengomel karena hampir saja kami bertabrakan.
Sesungguhnya
saat itu, aku sudah memperkirakan kecepatan si ibu itu. Akan lebih cepat
mendahuluinya daripada menunggunya. Dan benar saja, jarak kami saat hampir
bertabrakan itu masih sekitar 500 cm. Tapi mungkin beliau saat itu tidak tahu
bahwa motorku akan masuk gang. Ah, itu hanya alasanku saja untuk membela diri. Padahal
meskipun menunggunya, aku tidak sedikitpun rugi karena tempat tujuan sudah di
depan mata. Sehingga sejak saat itu, aku tidak pernah mendahului pengendara sepeda
yang akan melewati gang sedangkan aku akan masuk ke gang tersebut. Terlebih jika
gang itu berada di sebelah kiri jalan. Meskipun tempat tujuan masih jauh, namun
setelah menunggunya aku masih bisa mempercepat laju motorku. Saat bersepeda
akhirnya aku tahu mengapa si ibu itu mengomel. Bisa jadi karena sepedanya tak
ada rem, atau si ibu dalam kondisi susah mengerem, atau bawaan jamunya terlalu
berat jika mendadak mengerem, atau kondisi-kondisi lain yang tidak kita
ketahui. Ya, pasti banyak hal yang tidak kita ketahui dari kondisi orang lain,
terutama pengendara-pengendara yang tidak kita kenali di jalanan.
Sebetulnya ini
bukan kali pertama aku bersepeda. Namun, terakhir kali aku bersepeda sudah lama
sekali yaitu sekitar tahun 2013. Setelah itu, aku pergi ke kampus dengan sepeda
motor. Sehingga, ontel mini di rumah pun diberikan kepada adek sepupuku hehe. Demikian,
mudah-mudah tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga kita selalu dapat
mengambil hikmah dari apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Semoga Allah
selalu merahmati kita, Amiin~ Bye-bye, see you later~ Wassalamu’alaikum.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar