Assalamu’alaikum,
selamat senja.. apa kareba sahabat? Semoga selalu dalam lindungan Allah
SWT yaa.. nah hari ini, ada sedikit hal menarik yang akan saya bagikan kepada
teman-teman nihh. Yup, mengenai puasa yang dijalankan oleh anak-anak. Pastinya
nih udah pada tahu kan kalau anak yang belum baligh itu belum wajib puasa
Romadhon, tapi apa salahnya sih kalau melatih mereka sejak kecil? Namun sayang
sekali, banyak orang tua sekarang yang masih saja tidak mau melatih anaknya
tersebut. Alasan-alasan yang sering sekali diucapkan adalah “Halah, masih
anak-anak ini! lagian mereka kan gak kuat puasa dari pagi sampai maghrib?” atau
pernyataan lain “Anak saya sudah latihan puasa kok, puasa dhuhur.”
Huh,
meskipun sebenarnya sudah dewasa, tapi para orang tua tetap saja belum
menyadari dan belum bisa belajar dari masa lalu mereka ya? Begini pak/bu, tanpa
bermaksud untuk menggurui anda, saya akan mengilustrasikannya dengan sebuah
kasus. Berikut adalah kasus yang terjadi :
Suatu siang ada
seorang anak yang dilarang oleh orang tuanya menonton televisi, alasannya
karena tontonan televisi sudah tidak lagi bermutu. Namun sang anak menangis
tersedu-sedu, memohon untuk diperbolehkan menonton kartun kesukaannya. Walhasil
orang tuanya pun merasa kasihan melihatnya dan mengijinkan si anak untuk
menonton dengan syarat ditemani oleh sang ibu dan hanya menonton kartun yang
dimaksud. Sayangnya si anak terlalu cerdas hingga saat kartun pertama selesai,
ia memohon kepada orang tuanya untuk lanjut menonton kartun berikutnya.
Sebenarnya televisi telah dimatikan dan si anak kembali menangis tersedu-sedu.
Sekali lagi, orang tuanya kembali merasa kasihan dan mengijinkannya lagi. Kali
ini tanpa pengawasan karena orang tuanya ingin istirahat dan tanpa disadari si
anak menonton sampai sore menjelang. Dan sore harinya saat jadwal mengaji tiba,
si anak tertidur pulas melupakan sholat dan jadwal belajarnya.
Oke, demikian
saja ilustrasinya. Apakah ada yang bisa mengambil ibrohnya (pelajaran)?
Pertama, tanpa disadari dalam kasus tersebut orang tua lah yang dituntun oleh
anak untuk menuruti keinginannya. Orang tua yang tidak tegas seperti itu akan
selalu tertipu oleh anak. Anak-anak sekarang terlalu cerdas ayah dan bunda.
Mereka akan menggunakan segala cara agar keinginannya dituruti utamanya adalah
tipuan “menangis tersedu-sedu”. Cara inilah yang memang menurut mereka ampuh
untuk ‘menaklukkan’ orang tuanya.
tashwirulafkar.com |
Kedua, tanpa
disadari juga meskipun acara televisi yang ditonton tidak buruk namun hal itu
akan membuat mereka melupakan tugas yang seharusnya mereka lakukan saat sore
harinya. Karena tidak tidur siang akan menyebabkan mereka lelah pada sore hari
dan tertidur pulas. Hal ini dikarenakan orang tua tidak dapat mengatur dengan
baik apa yang seharusnya dilakukan oleh anak mereka saat itu. Siang hari
sepulang sekolah seharusnya anak-anak dijadwalkan untuk istirahat siang karena
sorenya mereka harus mengaji, atau les, atau bermain dan kegiatan lain yang
mereka sukai. Bahkan meonton juga bisa dijadwalkan pada jam ini juga.
Ketiga, hal
tersebut tidak akan terjadi hanya satu kali. Selalu berulang pada hari-hari
selanjutnya tanpa disadari juga. Bila orang tua tetap tidak tegas, maka anak
akan berpikir bahwa hal tersebut diperbolehkan oleh orang tuanya. Dan akhirnya
hal itu akan terus mereka lakukan sampai mereka sadar dengan sendirinya (entah
sadarnya kapan). Bukan tentang tidur siang yang saya maksdukan namun tentang
kedisiplinan jadwal yang diajarkan oleh orang tuanya.
Jadi begitulah
sekedar ilustrasi. Namun hal ini tidak jarang terjadi pada keluarga-keluarga
dimanapun berada terutama Indonesia. Dan ilustrasi tersebut sangat kuat
kaitannya dengan apa yang kita sebut “Puasa model anak-anak”. Dari ilustrasi
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kelemahan para orang tua adalah pada
hal ketegasan dan kedisiplinan. Dua sikap itulah yang seharusnya
dipegang dan diterapkan dengan sungguh-sungguh oleh orang tua selain sikap kasih
sayang dan lemah lembut terhadap anak-anaknya. Karena tanpa sikap
kasih sayang dan lemah lembut maka orang tua akan dianggap jahat dan kasar oleh
anaknya namun tanpa sikap ketegasan dan kedisiplinan maka orang tua dapat
dianggap plin-plan oleh anaknya alias mudah ditipu.
www.republika.co.id |
Maka dari itu,
begitu pula hal-nya pada puasa. Keempat sikap tersebut juga harus diterapkan
pada anak-anak. Orang tua juga harus percaya pada anaknya untuk melakukan
puasa. Tanpa disadari oleh orang tua, dengan tidak menganggap mereka lemah
dalam berpuasa maka akan menambah semangat mereka lhoo. Sekali-sekali juga
menyemangati mereka dengan memberi hadiah kecil-kecil-an kepada mereka. Selain
itu, orang tua juga jangan selalu memata-matai mereka saat berpuasa. Jika
mereka berbohong, misalnya bilang berpuasa tapi diam-diam menuju kulkas untuk
meminum air, orang tua jangan langsung membentak atau memarahi mereka. Yang
terpenting adalah memberikan pemahaman kepada mereka tentang hakikat berpuasa,
manfaat berpuasa, hukum berpuasa dan lainnya yang dianggap perlu. Meskipun
tampaknya mereka belum memahami hal tersebut tapi percaya deh, otak anak-anak jauh
lebih canggih daripada para dewasa. Mereka bisa merekam segala kejadian yang
mereka dengar dan lihat serta suatu saat nanti mereka akan sadar dan mengingat
hal itu.
Oke, sekian dulu
tips untuk menyikapi rewelnya anak-anak saat berpuasa. Mohon maaf bila ada
banyak kesalahan. SELAMAT MENCOBA! J
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar