Assalamu’alaikum
sahabat, rencananya selama bulan Agustus ini dan (mungkin) September, saya akan
menuliskan kisah-kisah berdasarkan pengalaman di Rumah Sakit. Mudah-madahan
banyak hal yang bisa saya bagikan dan kita ambil hikmahnya bersama-sama.
Sejak
tahun 2016 bulan Desember, saya mengeluhkan penyakit ini hingga akhirnya harus
dirujuk dari puskesmas ke Rumah Sakit (RS). Rumah saya berada di Surabaya
Timur, merupakan letak yang strategis karena banyak Rumah Sakit pemerintah
dekat dari sini. Saat itu, aku dirujuk ke salah satu Rumah Sakit Islam yang
biasa kudatangi saat periksa mata. Namun, beberapa bulan kemudian dokter RSI
tersebut merekomendasikanku untuk pindah rumah sakit. Rumah Sakit Angkatan yang
pelayanan terkait penyakit THT dan Jala Puspa disebut nomor satu di Jawa Timur.
Akhirnya, bulan Juni 2017 aku mulai memeriksakan diri di RS tersebut.
Suasana
di RS Angkatan memang dapat dikatakan berbeda dengan RS lainnya. Semua tenaga
kerja kesehatannya cekatan dan tanggap. Mungkin karena sudah terlatih demikian
atau sudah terbiasa dalam kondisi perang, bencana, atau dalam tekanan. Jangan percaya,
karena itu hanya perkiraanku saja. Seragam Angkatan, sejak dulu kuanggap
istimewa karena kakekku juga seorang tentara. Jadi, menurut orang tuaku RS ini
adalah RS bersejarah bagi keluarga. Saat menjagaku di ruang inap H2 menjelang
operasi bulan Oktober 2017 dan Februari 2018 lalu, kata ummiku (read: ibuku) lorong-lorong,
taman, dan ruangan seperti mengisahkan kejadian pada masa kecilnya dulu, nostalgia
begitu.
Siang
itu, entah sudah keberapa kalinya aku berada di ruang yang sama. Mengantri seperti
biasa, menunggu panggilan obat dan mencoba melepas kebosanan dengan hal-hal
yang bisa kulakukan sembari duduk. Dua kursi kanan dan kiriku kosong, hal yang
biasa tejadi padaku. Karena saat mengantri seperti itu, aku lebih memilih jauh
dari keramaian, kadang duduk di pojokan, atau duduk di kursi paling pinggir. Bukan
apa-apa, karena terkadang berbincang dengan orang yang sama-sama sakit bisa
jadi tidak menguntungkan. Jika kalian tidak percaya, nantikan kisahku
selanjutnya. Karena kali ini aku akan mengisahkan hal berbeda.
Tiga
orang bapak-bapak di samping kiriku dengan jarak satu kursi kosong tersebut tengah
berbincang sambil menunggu antrian dan mengusir kebosanan. Sama sepertiku
tetapi bedanya aku sendiri menikmati bacaan di layar hape (handphone). Mereka
mengenakan seragam tentara, karena seorang Anggota tetap harus berseragam pada
jam kerja apapun aktivitasnya. Mendengar perbincangan mereka, tidak kusangka
ternyata bapak-bapak tentara juga bisa bercanda, bahkan bergosip ria :) hihi. Salah
satu topik perbincangan yang kuperhatikan dengan benar adalah bagaimana gaya
hidup seorang tentara, termasuk bersikap pada keluarganya, koleganya, serta kegiatan
mereka saat merantau jauh di wilayah penempatan.
Topik hangat yang
selalu tetap hangat di kalangan bapak-bapak adalah poligami. Tetapi di kalangan
tentara bentuk poligaminya berbeda. Dulu, aku hanya sering mendengar dan
seringkali tidak percaya jika seorang tentara dikatakan senang bermain wanita. Tetapi,
yang kudengar siang itu, adalah berbagai data dan fakta yang disebutkan seorang
tentara berdasarkan pengalaman kawan-kawannya. Bagaimana mungkin aku tidak
percaya jika yang menyampaikan adalah seorang kenalan atau bahkan kawan dekat
dengan si empu yang melakukan kejadian. Meskipun juga belum bisa kupastikan
kebenarannya. Setidaknya sumbernya terlihat dapat dipercaya. “arek iku,
pangkatnya belum apa-apa tapi mainnya sudah luar biasa. Gimana nanti kalau
sudah diangkat, wah malah berbahaya.” Salah satu poin obrolan mereka saat
berbicara tentang seorang kawan dengan pangkat masih di bawah tetapi sikapnya (bermain)
dengan wanita sudah sangat luar biasa. Bagaimana nanti jika sudah naik pangkat?
Apalagi yang akan dikerjakannya, mungkin jauh lebih berbahaya.
Poin hikmah yang
bisa kita ambil dari kejadian ini adalah, bisa jadi seseorang bersikap demikian
karena ia jauh dari Allah. Bisa jadi di wilayah tugasnya tidak banyak atau bahkan
tidak ada orang yang diajak atau mengajak untuk selalu ingat kepada Allah. Kemungkinan
lain yang menyebabkan hal itu terjadi adalah kurangnya teguhnya niat dalam hati
saat bertugas. Hendaknya saat melakukan kegiatan kita niatkan untuk mencari
ridho Allah. Maka insyaaAllah, Allah akan menghindarkan dan menjauhkan kita
dari berbagai kejadian buruk di sekitar kita. Maka dari itu sahabat, mari kita
mohon kepada Allah agar selalu melindungi kita di manasaja berada. Baik saat
sekolah, bekerja, berwisata, dan kegiatan lainnya. Amiin~
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar