Melihat euforia masyarakat dan
atlet Indonesia terhadap
ASIAN GAMES khususnya yang berada di Jakarta,
Palembang, Bekasi, Bogor, Subang serta tempat-tempat lain yang menjadi tempat
terselenggaranya pesta olahraga se-Asia ini membuatku flash back,
mengingat memori masa-masa lampau saat aku masih berkecimpung di dunia
bulutangkis. Memang tidak bisa disebut sebagai atlet, tetapi setidaknya aku
pernah benar-benar menekuni cabang olahraga tersebut. Seingatku di beberapa
tulisan sebelumnya pernah kusebutkan. Tetapi akan kukisahkan ulang jika tulisan itu sulit ditemukan.
Sangat
teringat di dalam memoriku masa-masa di mana arena lapangan badminton menjadi
teman baikku setiap satu pekan sekali pada hari jumat. Kurang lebih tiga tahun
aku berada di sana saat usiaku masih sekitar 8 tahun. Aku tak yakin apakah aku
merupakan anggota klub karena aku tidak hafal atlet lainnya kecuali seorang
senior lelaki yang kerap kali memakai kaos bertuliskan CAMEL di punggungnya, itupun
juga aku tak tahu namanya. Karena bagiku, keberadaan seorang pelatih sudah cukup
untuk membakar semangatku.
Berlari
mengelilingi lapangan adalah rutinitas kami sebelum berlatih. Meski rentang
usia kami cukup jauh, kurasa sekitar 10 tahun, banyaknya putaran yang harus
kulakukan saat itu sama dengan senior lainnya. Melelahkan, bahkan aku
seringkali menangis setelahnya. Baik setelah berlari, maupun setelah berlatih. Karena
tak banyak anak seusiaku pada jam-jam tersebut, aku seringkali bermain privat
dengan pelatih, terkadang sesekali juga bermain melawan senior. Maka dari itu
aku tak yakin apakah aku masuk ke dalam klub, atau les privat badminton. Tetapi
aku bersyukur pernah serius bermain badminton dan pernah punya pelatih yang
tidak jemu untuk membuat kemampuan bermainku menjadi semakin lebih baik.
Tujuh
tahun kemudian, aku sempat mengikuti pertandingan antar sekolah SMA
se-Tangerang. Menjadi salah satu wakil dari sekolah merupakan kebanggaan
tersendiri. Sayangnya, aku tak sebaik pemain lainnya yang berasal dari klub
ataupun telah berlatih rutin. Karena saat itu, aku dan kawanku yang berasal
dari sekolah kami tidak benar-benar menekuni olahraga ini. Tak ada pelatih, tak
ada latihan rutin, serta tak juga mengikuti klub. Wajar saja kami tak mampu untuk
lanjut ke tahap selanjutnya. Itulah akhir dari karir permainanku dalam badminton.
Meskipun sempat pada tahun pertama kuliah aku masuk ke dalam UKM badminton tetapi mataku sudah tak mampu lagi mengamati pergerakan shuttlecock yang
terkena lighting GOR. Maka dari itu, saat ini badminton hanya kujadikan
sebagai hobi, yang kulakukan jika ada waktu senggang.
Setelah
mengalami sendiri, ditambah lagi dengan mengamati pertandingan dari beberapa
jenis cabang olahraga, membuatku sadar bahwa ada dua macam pertandingan yaitu
pertandingan melawan diri sendiri dan kedua pertandingan melawan orang lain. Olahraga
yang termasuk dalam kategori melawan diri sendiri adalah cabang atletik seperti
lari, lompat, atau cabang lain seperti balap sepeda, paralayang, panjat tebing,
renang, panahan, bowling, dayung, angkat besi dan permainan lain yang sudah
bisa dilakukan sendiri. Sedangkan olahraga yang termasuk kategori melawan orang
lain adalah badminton, voli, tennis, tennis meja, sepak takraw, dan permainan lain
yang hanya bisa dilakukan jika ada dua pemain/tim.
Kedua
macam pertandingan tersebut selain terjadi dalam olahraga, pada umumnya juga
terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Adakalanya kita harus melawan diri
sendiri dengan kondisi lingkungan yang ada, kadang juga kita harus menghadapi
kondisi untuk melawan orang lain. Tetapi seperti yang kusebutkan pada cerita
awal bahwa keberadaan pelatih sangatlah penting. Begitu juga dalam menjalani
kehidupan, keberadaan pelatih alias orang-orang yang dapat memberikan nasihat,
menyalurkan semangat, dan menawarkan solusi sangat kita butuhkan. Terlebih dari
orang-orang yang telah melalui kondisi yang sama dan mempunyai pengalaman yang
sama.
Demikian
tulisan selingan kali ini, sampai jumpa di tulisan-tulisan selanjutnya. Semoga tulisan
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata, saya tutup dengan kutipan
lagu ASIAN GAMES 2018 yaitu “and Give Your Best, Let God Do The Rest”. Fighting
Indonesia!!
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar