Sebenarnya
aku masih ragu tentang judul apa yang cocok untuk tulisan kali ini, tapi
biarlah. Meriahnya agenda ASIAN GAMES di Indonesia membuatku tak rela jika harus
tertinggal pertandingan khususnya badminton. Seperti yang telah kuceritakan di SELINGAN1 sebelumnya, karena aku sempat mendalami badminton maka sedikit banyak masih
terdapat jiwa-jiwa atlet dalam diriku. Menonton siaran ulang atau hanya
mendengar liputan terkait hasilnya saja seringkali membuatku tetap tidak puas. Jadi,
aku tahu rasanya bagaimana para pecinta sepak bola rela bangun malam-malam demi
menyaksikan pertandingan klub favoritnya.
Setelah mengamati
beberapa kali pertandingan badminton, ada beberapa hal yang mengganggu
pikiranku. Salah satunya adalah raket yang digunakan oleh para atlet. Salah satu
bukti bahwa raket sangat menarik perhatianku adalah ketika para atlet
menggunakan raket bermerk YONEX, orangtuaku akhirnya menghadiahkan raket merk
tersebut padaku saat aku mulai mendalami badminton sekitar 18 tahun yang lalu. YONEX
kami anggap sebagai raket paling bagus dan berkualitas tinggi. Namun,
akhir-akhir ini tampaknya para atlet sudah tidak menggunakan raket bermerk
lagi. Entah apapun sebabnya, hal inilah yang membuatku penasaran.
Kejadian
tersebut mengingatkanku pada dorama jepang berjudul Rikuoh yang dirilis pada
tahun 2017 lalu. Dorama ini bercerita tentang pabrik tabi yang menjelma dengan
produk sepatu untuk para atlet lari. Dorama tersebut juga menceritakan
lika-liku perebutan sponsor sepatu untuk para eatlet lari tersebut. Mungkinkah hal
demikian juga terjadi di dunia nyata lika-liku para atlet? Bagaimanapun sepatu
adalah alat perang bagi para atlet lari, begitupula raket adalah senjata bagi
para atlet bulutangkis. Maka dari itu, sponsor bertugas untuk memberikan
semangat pada mereka agar dapat tetap memberikan yang terbaik.
Rasa
penasaran tersebut membuatku harus mencari kabar tentang YONEX dan akhirnya aku
mendarat pada kisah sejarah YONEX, para atlet yang diberi sponsor, dan
keberadaan pabrik tersebut saat ini. Aku hanya membaca dan tidak berani
menyimpulkan apapun, meski Informasi tersebut telah sedikit menghapus rasa
penasaranku. Namun, apapun yang terjadi semoga saja para atlet tetap semangat
untuk memberikan yang terbaik terutama bagi bangsa dan negara. Hanya saja,
apresiasi terutama dari pemerintah juga harus setimpal dengan pengorbanan yang
telah dilakukan oleh para atlet tersebut.
Bukan
hanya atlet, tentunya pada pengorbanan apapun, manusia membutuhkan apresiasi. Bukan
haus akan penghargaan, tetapi apresiasi, hadiah atau apapun namanya akan
membuat seseorang berusaha memberikan hasil yang terbaik, berlomba menjadi yang
paling unggul, baik dalam rangka mengalahkan diri sendiri di masa lalu maupun
melawan orang lain. Oleh karena itu, hargailah apapun yang dilakukan oleh orang
lain, serendah apapun pekerjaan mereka menurutmu. Karena belum tentu jika kamu
dalam posisi itu, kamu dapat melakukannya lebih baik daripada mereka. Dalam rangka
menghargai orang lain, aku jadi teringat hal yang telah diajarkan oleh para
guru dan senior di SMA dulu yaitu ucapkanlah 3 kata saat meminta bantuan orang
lain MAAF, TOLONG, TERIMAKASIH. Demikian kisah hikmah hari ini, semoga
bermanfaat untuk kita semua. Wassalamu’alaikum.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar