Jumat, Januari 25, 2013

Bukan Tentang Bahasa, Tapi Kesopanan


Asssalamu’alaikum sahabat senja.. sudah lama saya tidak menulis di sini.
Kali ini saya ingin sedikit bercerita yang kemugkinan besar akan menyinggung banyak orang termasuk diri saya sendiri. Pembicaraan ini adalah mengenai salah sat aspek kehidupan kita yaitu bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘bahasa 1/ba·ha·sa’ didefinisikan sebagai  / n 1 Ling sistem lambang bunyi yg arbitrer, yg digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; 2 percakapan (perkataan) yg baik; tingkah laku yg baik; sopan santun: baik budi -- nya;-- menunjukkan bangsa, pb budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan).

Ada cerita yang unik (bisa juga dikatakan lucu) menurut saya, mengenai bahasa ini. Begini, seperti yang pernah saya ceritakan, saya adalah anak pertama dari empat bersaudara. Saya dan kedua adik saya (anak kedua dan ketiga) tidak tinggal di rumah. Adik pertama saya (pr) ada di Maroko, adik kedua saya (pr) ada di Sidoarjo dan saya ada di pesantren dekat kampus. Maka jadilah yang menemani hidup kedua orang tua saya hanyalah adik terakhir saya (lk) yang masih kelas 1 SD.


Bulan September '12-sebulan sebelum keberangkatan adek pertama (kanan) ke Maroko,
adek kedua (tengah), adek terakhir (kiri)

Sahabat, semenjak adik terakhir saya lahir entah mengapa di keluarga saya tidak pernah menggunakan bahasa jawa yang notabene adalah bahasa daerah yang sehari-hari kita gunakan di rumah. Mungkin karena saat adik saya tersebut lahir, saya sedang menempuh pendidikan SMA di Tangerang atau karena alasan lainnya saya tak tahu. Maka jadilah kehidupan ke depan kami tersebut sedikit sekali menggunakan bahasa jawa. Saat saya mulai kuliah di ITS pun pada semester satu saya terhitung sangat sedikit menggunakan bahasa jawa padahal kebanyakan teman-teman saya adalah orang jawa.
Begitulah.. sampai akhirnya adik kecil saya menginjak pendidikan yang lebih tinggi yaitu SD, dia belajar tentang bahasa jawa di sekolahnya. Saat pulang ke rumah, dia kerapkali bertanya pada umi (ibu) atau abi (ayah) tentang bahasa jawa, mengapa di rumah tak pernah diajarkan? Atau mengapa umi dan abi tak pernah berbicara bahasa jawa? Selain di sekolah, saat ia bermain dengan teman-temannya pun mereka menggunakan bahasa jawa, terkadang adik tak tahu artinya maka seringkali tak jadi ikut bermain, hanya menjadi penonton atau kembali pulang ke rumah. Tak jarang ucapan temannya yang menggunakan bahasa jawa itu dikira kata-kata kotor atau ucapan tak sopan yang tabu untuk di ucapkan karena pernah suatu saat dia menirukan kata-kata itu di rumah dan akhirnya dimarahi sama umi karena salah satu kata yang dia ucapkan adalah kata yang tak sopan. Jadi mau tak mau, sedikit demi sedikit umi mengajarkan dan mengucapkan bahasa jawa kepada adik kecilku itu.
Adikku itu termasuk makhluk yang paling kritis di rumah, terkadang ia mengira bahwa yang diajarkan ibunya adalah kata-kata kasar. Terkadang saya juga tidak suka menggunakan bahasa jawa atau mendengarkan orang berbicara dnegan bahasa jawa karena pada kenyataannya adalah sebagian (tak bisa dikatakan banyak atau sedikit) bahasa jawa memang kasar atau (bahasa halusnya) tak sopan. Menurut saya hal ini tidak boleh berkelanjutan terus menerus karena seperti yang telah saya tulis pada definisi bahasa di atas bahasa berarti perkataan atau perbuatan yang sopan, maka seharusnya perkataan atau perbuatan yang tidak sopan sebaiknya dihilangkan dari kehidupan kita sehari-hari maksdunya tidak menjadikan ucapan atau perbuatan tak sopan itu sebagai kebiasaan dan akhirnya dikatakan sebagai bagian dari bahasa.
Jadi sahabat semua, kita harus mensortir kata-kata yang kita ucapkan. Bukan berarti kita sama sekali tidak menggunakan bahasa tersebut tetapi memilah-milah mana kata yang baik untuk diucapkan dan mana yang tidak. Baik saat kita menggunakan bahasa resmi bahasa Indonesia ataupun bahasa lainnya terlebih bahasa daerah karena bahasa daerah sedikit banyak adalah pengaruh dari kebudayaan daerah setempat.
SEKALI LAGI, KARENA UCAPAN ADALAH DO’A. MAKA UCAPKANLAH HANYA KATA-KATA BAIK YANG AKAN TEREALISASI PADA KEHIDUPAN NYATA KITA ^_^


follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar