Assalamu’alaikum sahabat..
selamat senja..
Entah mengapa
saya ingin menulis tentang ini. Tentang sesuatu yang belum pernah saya sadari sebelumnya.
Tentang perilaku sederhana tapi sangat penting. Tentang perilaku yang sudah
diajarkan oleh Rosulullah tapi baru saya terapkan kali ini. Sebelum saya
menceritakannya, adakah di antara kita yang pernah marah? Atau malah suka
marah-marah? Marah-marah gak jelas? Suka ngomel sendiri? Atau perilaku yang
menunjukkan kemarahan lainnya? Saya punya sesuatu yang menarik untuk kasus ini.
Check this out yaa..
Saya adalah anak
pertama dari empat bersaudara, dilahirkan dari dua insan bertaqwa ciptaan
Allah. Perlu diketahui bahwa ada satu perilaku yang tidak bisa saya hilangkan
sampai sekarang yaitu marah. Perilaku ini menurut saya hanya bisa
dikurangi dan dikendalikan. Entah mengapa di keluarga kecil saya-pun saya
adalah anak yang paling mudah marah dan mungkin keras kepala. Tapi, sifat marah
yang sangat bergejolak hanya bisa saya munculkan di hadapan keluarga kecil
saya. Sifat marah ini tidak muncul dihadapan orang lain yang bukan keluarga
saya tapi orang lain pasti tahu saat saya marah karena mimik wajah yang saya
tampakkan akan berbeda. Tidak hanya mimik wajah, terkadang dari ucapan saya pun
orang lain sudah dapat menerka kalau saya sedang marah.
Sahabat, jika
saya marah terhadap orang lain maka perilaku saya akan berubah terhadap orang
itu (menghindari, menyibukkan dengan hal lain dan semacamnya). Namun bebarapa
saat kemudian saya diam dan merenung, sampai-sampai menyalahkan diri saya
sendiri kemudian menangis. Pada akhirnya terkadang jika berani, saya meminta
maaf kepada orang tersebut. Permasalahan selesai dan pada akhirnya kami
bersikap biasa kembali.
Namun
akhir-akhir ini saya bersikap sedikit lain. Saya harus selalu tampak segar dan
menyegarkan. Saya bertekad tidak akan marah, tidak akan menampakkan mimik
kemarahan baik dari wajah, ucapan atau perilaku. Tapi sedikit susah dalam hal
perilaku rupanya, jadi saya putuskan untuk menghindar sebentar (mungkin 3-5
menit) bila saya marah. Sikap tersebut (segar dan menyegarkan) saya dapatkan
dari seseorang yang wajahnya selalu riang dan bersinar (sawayaka no kao - san). Seperti ia tak pernah
punya masalah. Sayangnya saya belum pernah berbicara langsung dengannya karena
ia adalah seorang pria.
Sikap seperti
itu mungkin sudah diterapkan oleh banyak orang, tapi entah mengapa saya baru
menyadarinya sekarang dari pria itu. Sahabat, saat melihatnya saya jadi
teringat satu surah yang ada di dalam kitab suci umat muslim Al-Qur’anul karim
juga cerita yang ada di dalamnya. Surah itu adalah surah ‘abasa yang artinya
seperti berikut :
1. Dia
(Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
2. karena telah
datang seorang buta kepadanya[1554].
3. tahukah kamu
barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4. atau Dia
(ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
5. Adapun orang
yang merasa dirinya serba cukup[1555],
6. Maka kamu
melayaninya.
7. Padahal tidak
ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman).
8. dan Adapun
orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
9. sedang ia
takut kepada (Allah),
10. Maka kamu
mengabaikannya.
[1554] Orang
buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah s.a.w.
meminta ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah s.a.w. bermuka masam dan
berpaling daripadanya, karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan
pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah
surat ini sebagi teguran kepada Rasulullah s.a.w.
[1555] Yaitu
pembesar-pembesar Quraisy yang sedang dihadapi Rasulullah s.a.w. yang
diharapkannya dapat masuk Islam.
Segar dan Menyegarkan |
11. sekali-kali
jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu
peringatan,
12. Maka
Barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya,
13. di dalam
Kitab-Kitab yang dimuliakan[1556],
14. yang
ditinggikan lagi disucikan,
15. di tangan
Para penulis (malaikat),
16. yang mulia
lagi berbakti.
[1556]
Maksudnya: Kitab-Kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi yang berasal dari
Lauhul Mahfuzh.
Dari penjelasan
surah tersebutlah saya menyadari bahwa sikap yang segar dan menyegarkan
ternyata telah diperintahkan Allah sejak jaman dahulu, bahkan Allah
memperingatkan Rosulullah SAW dengan ayat ini saat beliau khilaf melayani
dengan bermuka masam. Maka dari itu sahabat, kita niatkan semua sikap kita
untuk meniru tauladan terbaik (Muhammad Rosulullah SAW) dan mengamalkan
perintah Allah agar selalu dalam lindungan dan ridho-Nya. Kita juga harus yakin
bahwa sikap seperti itu akan berdampak baik dn bermanfaat bagi diri kita
sendiri maupun orang lain. Jadi BAHAGIAKANLAH ORANG LAIN MAKA ALLAH AKAN
MEMBAHAGIAKANMU ^_^
follow me @qhimahatthoyyib
will done . . .
BalasHapuswokee..
BalasHapus