Selasa, Mei 19, 2015

Sejejak Kenangan (prolog): KELUARGA HARMONI (KATANYA)



Siang, Alhamdulillah bisa kembali lagi pada dunia ini. Dunia imajinasi :). Sempat bingung mengapa berbulan-bulan lalu kemampuan ajaib ini tidak keluar lagi, sempat stress karena banyak pikiran yang harus ditumpahkan namun tidak bisa dilakukan. Walhasil terbitlah hari ini tulisan panjang, kalau bisa malah nanti akan kujadikan novel mengenai kisah personel kami :p Selamat menikmati kisah kami! Kisah sejejak kenangan dua belas akhwat tangguh nan kece B)
-----------------------------------------------------------------------------
6 tahun berkelana bukan waktu yang lama buatku. Memang aku tidak punya hobi travelling atau jalan-jalan, tapi aku selalu senang menjelajah tempat baru, menghirup segarnya udara taman, atau tempat-tempat hening nan romantis lainnya. Hmmm hanya dengan membayangkan pun sudah menyenangkan buatku. Entah mengapa, hingga kini rasanya masih tidak rela kembali lagi ke daerah asal. Tapi inilah yang terjadi. Sudah hampir empat tahun aku kembali. Surabaya. Inilah kota kelahiranku meski sebenarnya aku tidak benar-benar tinggal di sini sebelum berkelana selama itu. Terlalu panjang bila kuceritakan sekarang, karena tulisan kali ini akan fokus bercerita tentang ‘kalian’.
Yap, kalian sahabat terbaik, siapa lagi kalau bukan Keluarga Harmoni? Orang asing yang mengaku sebagai sebuah keluarga. Orang tak dikenal yang tiba-tiba masuk dalam kehidupan seolah membangun persahabatan dan keakraban. Persahabatan, kata-kata manis yang memuakkan itu selalu menjadi penghalang perpisahan. Bahkan sebelum tahu artinya, sebelum kita tahu makna dari kata itu berdasarkan referensi, kita sendiri telah lancang memaknai persahabatan buah dari pengalaman. Aku sendiri buktinya, tanpa buka kamus, tanpa tahu artinya, suka-suka saja menyebut kericuhan dan keributan kita sebagai bumbu persahabatan. Ah, apalah arti mengetahui makna dari suatu kata tanpa pernah mengalaminya. Apalah arti memahami definisi tanpa bisa menerapkannya.
Banyak yang bilang kalau setahun berada di tempat ini bukanlah waktu yang lama. Semester pertama untuk beradaptasi dan semester kedua untuk mempersiapkan penerus generasi. Memangnya kalian juga merasa seperti itu? Ah, biarlah. Terserah kalian mau merasa macam mana aku sudah tak peduli. Terdengar apatis memang, hiperbolis dan sarkatis. Tapi itulah yang kurasakan di pekan-pekan terakhir kepengurusan kita. Antara rasa tak ingin mengerti lagi, tak peduli lagi namun juga… ingin terus bersama lagi semua bercampur aduk. Ah entahlah. Lagi-lagi kata entahlah muncul pada tulisan tentang kalian.
Desember tahun 2013, entah tanggal berapa. Aku tak pernah hapal detil-detil tanggal kejadian meski sepenting apapun kejadian tersebut (kecuali bila tertulis pada buku ajaibku). Seingatku kita dipertemukan kala itu, meski pada masa kepengurusan berlangsung tidak utuh lagi seperti kala itu. Aku selalu bersyukur dan tetap bahagia bisa dipertemukan dengan kalian pada masa-masa terakhir studi sarjana pertamaku. Meski sebenarnya tidak banyak hal menyenangkan yang telah kita lakukan bersama. Memangnya siapa yang pernah bilang kalau jalan dakwah itu menyenangkan? Bahkan jalan ini penuh batu dan berliku. Namun tak terasa kini, setahun kemudian 17 Mei 2015 amanah penting nan sangat berat itu telah berpindah kepada pundak yang lain (pundak yang masih perlu dikuatkan dan pundak yang masih perlu dilatih) dan amanah lain akan berpindah kepada kita. Sejujurnya, banyak dari kita yang tidak menginginkannya (memangnya siapa yang mau meminta amanah?) namun, kita bersedia menerimanya. Bukan, bukan karena kita tidak rela meninggalkan dan memberikan amanah sebelumnya kepada pundak yang baru tapi terlebih karena kita ingin selalu bersama dan bersatu.
Meski begitu, hingga kini aku merasa belum bisa memahami kalian. Jujur saja, diri ini masih hanya dekat dengan orang tertentu dan tidak terbuka pada semua orang. Hal itu sangat sesuai dengan teori kelarutan yang diajarkan di jurusanku, Kimia. Sebut saja, “Like dissolve Like”. Bahwasannya yang sejenislah yang dapat saling bersenyawa dan saling melarutkan. Bukankah kalian juga seperti itu? Memilih bercerita dengan bebas kepada orang tertentu saja? Meski kau bilang bahwasannya tempat curhat hanya Allah semata tapi kita tetap memerlukan orang lain untuk memberikan dorongan moral kepada kita.
Sayangnya kita bukan orang biasa yang dipertemukan oleh Allah tanpa kesengajaan. Aku lebih senang menyebutnya bahwasannya kita adalah orang-orang aneh yang dipertemukan dengan cara yang juga aneh. Yap, perkenalkan bahwa kami adalah dua belas manusia aneh yang semakin aneh ketika kami dikumpulkan sehingga keanehan itu dirasakan oleh orang lain di luar kami serta membuat mereka geli kepada kami dan memandang sebelah mata kepada kami. Aku sendiri pun tak paham mengapa tapi bukan kami namanya apabila tidak berisik, tidak suka memerintah, tidak tangguh, tidak suka mengomel, tidak mudah mengeluh, tidak kreatif, tidak suka ikut campur, tidak suka bertengkar, tidak suka keributan, tidak mandiri, tidak kece, dan terakhir tidak cantik :p itulah dua belas sifat yang menggambarkan dua belas anggota kami.
Kuberitahu ya, bahwa kita adalah orang-orang unik dan manusia langka yang tidak bisa ditemukan di manapun. Sayangnya keunikan dan kelangkaan kami hanya terlihat apabila kami bersama. Namun, meskipun sudah bersama selama satu setengah tahun dan mengerti satu sama lain kami tetap sama di mata orang lain yaitu tidak bisa dimengerti :v Berikut adalah sejejak kenangan yang menggambarkan kami, dua belas akhwat tangguh nan kece di lingkaran ini. Lingkaran keluarga yang bernama JMMI (Jamaah Masjid Manarul Ilmi) sebuah LDK (lembaga Dakwah Kampus) di ITS (institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya. Pada suatu hari, 10 Mei 2014 kami berdua belas ditetapkan sebagai penopang punggawa akhwat alias PH (Pengurus Harian) kabinet kami (yang kemudian bernama KKH Kabinet Kolaborasi Harmoni, penghuni RH (Rumah Harmoni) dan pembangun KH (Keluarga Harmoni). Pokoknya serba harmoni tapi yaa itu cuma katanya :v (jangan percaya karena itu hanya ilusi, tapi kami selalu berhasil menyembunyikannya. Hayoo kurang keren gimana cobak :p).
Begitulah sejejak kenangan tentang kami, ikuti kisah selanjutnya karena akan banyak tulisan yang terbit mengenai kami B). Semoga Barokah dan dilancarkan semua urusan kalian  yaa. Terimakasih telah membaca. Sedikit kutipan penyemangat dari kami (SIMFONI) “Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya (HR Turmudzi). Kehidupan dunia hanyalah tempat berteduh sejenak dan sebaik-baik bekal adalah amal sholeh.”

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar