Selasa, Mei 26, 2015

Sejejak Kenangan: PARA PENDOBRAK TAKDIR (PPT)



Malam, Assalamu’alaikum. Sahabat, masih ingat sepenggal kisah sebelumnya tentang rihlah alias liburan kami (Akhwat tangguh nan kece) ke gresik? Nah, rumah asal tinggal ukhti yang akan kuceritakan berikut ini juga menjadi sasaran JMF (Jalan-Makan-Foto) kami ketika kami berlibur ke kotanya. Rasanya senang bisa main ke rumah saudari—sebutan akrab teman dalam lingkungan dakwah atau sesama muslim—kita untuk bermalam dan mengenalnya lebih dalam, istilah kerennya tafahhum. Dengan demikian kita dapat mengetahui siapa orang tuanya, bagaimana keluarganya dan bagaimana kondisinya. Kalau kamu, sudahkah kamu mengunjungi rumah saudara-saudari yang kau anggap (ia) dekat denganmu? Kalau anak muda menyebut hal demikian sebagai sahabat. Oh ya, mengenai hal ini (berkunjung alias shilaturrahim atau shilaturrahmi) aku punya catatan menarik setelah mengamati dan mengalami banyak hal. Sepenggal kalimat yang mungkin dapat menjadi refleksi bagi kehidupan kita. ‘Sempatkanlah untuk mengunjungi rumah dan keluarga saudara(i)mu sebelum akhirnya kau mengunjunginya untuk terakhir kali ketika kematiannya atau kematian keluarganya.’
Begitulah. Walhasil meskipun aku belum bisa menerapkan kata-kata itu sepenuhnya namun aku tetap berusaha (kalau tidak bisa berkunjung ke rumahnya ya berkunjung dulu ke kos atau kontrakannya atau menemui orangtuanya ketika mereka datang menengok teman kita di kos-nya :3). Berhubungan dengan kematian, satu hal yang sering dikaitkan adalah mengenai takdir. Kata-kata itu seolah menjadi akhir dari segala sesuatu. Tapi berbeda dengan sosok yang akan kuceritakan kali ini. Sosok yang seolah-olah tidak percaya dengan adanya takdir. Bukan, bukan benar-benar tidak percaya, hanya saja seolah-olah. Satu hal yang paling kuingat tentang kalimat yang selalu dikatakannya adalah “Ayok usaha dulu, semangat pasti bisa. Allah Maha Kaya”. Apapun masalahnya, kalimat itulah yang ia ucapkan. Bukan saja persoalan mengenai uang, pun juga permasalahan lain dibalik itu.
Ukhti tangguh yang satu ini, kamu akan terkesima bila melihatnya B). Melihat kecerdasan berpikirnya, melihat kecerdasan strateginya, melihat betapa lincahnya ia menyelesaikan persoalan, melihat betapa tangguhnya dia menghadapi hidup dan mendrobak takdir kehidupan. Secara pribadi aku menyebutnya “Women outside and man inside”. Jadi, si ukhti ini mempunyai tingkah laku (sedikit) dan cara berpikir (dominan) seperti umumnya lelaki. Logis (dominan) dan mengesampingkan perasaan (terkadang). Hebat sekali bukan? Benar-benar sosok wanita yang multitasking :3. Ia bisa melakukan segala hal terutama yang berkaitan dengan perlengkapan marketing alias pemasaran dan pencarian dana karena kemampuan bicaranya yang ruarrrr biasyaaa (itulah mengapa kami Akhwat tangguh nan kece biasa menjulukinya pandai nggombal dan cuap-cuap alias nggedabrus :v).
Nurul Wakhidatul Ummah, yang entah mengapa dipanggil Fidah oleh orangtuanya. Kalau ingin tahu sebabnya akan aku ceritakan tapi tidak di sini tempatnya karena ceritanya terlalu panjang :v. Ukhti unik yang cerdasnya gak ketulungan. Kamu luar biasa kawan. Tetap semangat menjadi sosok Khadijah kaya raya yang kau impikan, menjadi Aisyah masa kini dengan kehebatannya dalam berkarya, dan menjadi Fathimah yang so sweet dan mesra serta sabar menunggu kedatangan Ali :3. Eh, tapi kamarnya dirapihin dulu ya :v biar ibuk makin senang karena anaknya sudah dewasa. Kasihan kan ibuk udah menunggu-nunggu kapan mantunya datang :D. Akhir kata, SIMFONI Aku mengamati semua sahabat dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidahnya. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada ketakwaan. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rizki, tapi tidak menemukan rizki yang lebih baik daripada sabar (Umar bin Khattab).

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar