Rabu, Mei 20, 2015

Sejejak Kenangan: SALING MENGERTI DAN TIDAK MEMBEBANI



Selama 3 tahun berada di JMMI selama itulah dia membersamaiku. Si mungil yang cerewet dan super penyayang :3 ini bersama denganku sejak awal di JMMI dalam satu BSO (Badan Semi Otonom) yang bernama BPU (Badan Pelayanan umat) di biro Pembinaan. Sayangnya ia tidak benar-benar bersama denganku :’( nanti akan kuceritakan mengapa aku menyebutnya demikian. Di sisi lain ada satu momen yang paling kuingat dengannya yaitu ketika kami akan berangkat mengajar ke tempat yang sama (daerah binaan BPU di Keputih Tegal Timur, Sukolilo, Surabaya).
“Ayuk bareng aja berangkatnya? Perlu tebengan kan kamu?” ajakku kala itu. Kebetulan jadwal mengajar kami adalah malam hari karena yang kami ajari saat itu adalah ibu-ibu yang bekerja sejak pagi hingga sore hari.
“Gak deh kak, kamu tebengi Prani aja katanya dia bisa ikut. Aku naik sepedaku aja (sepeda ontel maksudnya)” Jawabnya. Oh ya, prani juga satu biro dengan kami berdua. Kebetulan aku sudah diperbolehkan membawa motor dan saat itu prani belum diperbolehkan membawa motor oleh orang tuanya.
“Oh, oke” kemudian aku meninggalkannya. Hingga kemudian hari-hari kami berlanjut seperti itu adanya. Aku naik motor dengan Prani dan dia mengontel sepedanya sendirian. Bukan karena apa-apa, aku takut terjadi sesuatu padanya hanya karena tidak ada lampu penerangan di sepanjang jalan terdekat yang kami lalui menuju tempat mengajar. Jalan itu penuh dengan pohon-pohon bambu dan sangat sepi. Sangat mengerikan, menurutku. Betapa beraninya si mungil itu melawan dingin dan gelapnya malam sepanjang perjalanan. Bisa bayangkan betapa mengerikannya sendirian mengayuh pelan sepeda tanpa penerangan.
Sejak saat itulah aku menyebutnya si mungil yang tidak suka membebani orang lain. Dia akan menolak tawaran boncengan selama ia masih bisa mengayuh ontel kesayangannya (karena dia cuma punya satu sih :v). Dia akan menolak bantuan terhadap pekerjaan yang memang seharusnya ia kerjakan sendiri. Dia tidak suka apabila orang lain memaksa dirinya untuk menerima bantuan yang seharusnya tidak ia terima. Sampai suatu hari aku katakan padanya “Neng, kebaikan orang lain gak semuanya harus ditolak kan? Berarti mereka perhatian sama kamu, masih sayang sama kamu, masih peduli sama kamu. Suatu saat pasti kamu bakalan ngerasa bahwa setiap kita perlu bantuan orang lain.”
Walhasil, hingga kini sifat itu masih melekat padanya, namun sepertinya sudah sedikit berkurang sih mungkin karena akhir-akhir ini ia sudah ketularan oleh kami (Akhwat tangguh nan kece) :3. Oh ya, satu lagi! Jangan ajak dia makan di luar, kalian pasti langsung ditolak karena ia tidak suka makan di tempat yang ramai :v. Namun suatu hari akhirnya kami berhasil mengajaknya makan di luar (ini karena traktiran salah satu anggota kami) dan kami membujuknya dengan gombalan penuh arti B) karena sifat yang bertolak belakang denganku (yang suka banget makan di luar) inilah yang kadang-kadang membuatku merasa tidak benar-benar dengannya (soalnya gak pernah bisa makan bareng :v). Kebersamaan kami berdua di BPU akhirnya resmi terpisahkan ketika dia menjadi Wakil Direktur BPU dan aku menjadi Ketua BK Annisaa.
Faiqotun Nikmah, si periang yang kadang dewasa kadang juga childish :v berjiwa anak-anak (banget) dan paling paham banget kondisi anak-anak binaan (iyalah emang dia wadirnya BPU :v kalo gak ngerti malah dipertanyakan :D). Kapan ya kita bisa nge-date berdua? Pengen mengenang masa-masa dulu kita berdua nih :3 Apa kamu perlu pake cara kuculik? :v. Oh ya ini ada pesen SIMFONI dari Ibnul Qoyyim Al-Jauzy: ‘Kedudukan Sabar dan Iman laksana kepala bagi tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.’ Semoga kita tetap istiqomah dalam menegakkan keimanan kepada ALLAH SWT .

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar