Selama 3 tahun
berada di JMMI selama itulah dia membersamaiku. Si mungil yang cerewet dan
super penyayang :3 ini bersama denganku sejak awal di JMMI dalam satu BSO
(Badan Semi Otonom) yang bernama BPU (Badan Pelayanan umat) di biro Pembinaan.
Sayangnya ia tidak benar-benar bersama denganku :’( nanti akan kuceritakan
mengapa aku menyebutnya demikian. Di sisi lain ada satu momen yang paling
kuingat dengannya yaitu ketika kami akan berangkat mengajar ke tempat yang sama
(daerah binaan BPU di Keputih Tegal Timur, Sukolilo, Surabaya).
“Ayuk bareng aja
berangkatnya? Perlu tebengan kan kamu?” ajakku kala itu. Kebetulan jadwal
mengajar kami adalah malam hari karena yang kami ajari saat itu adalah ibu-ibu yang
bekerja sejak pagi hingga sore hari.
“Gak deh kak,
kamu tebengi Prani aja katanya dia bisa ikut. Aku naik sepedaku aja (sepeda
ontel maksudnya)” Jawabnya. Oh ya, prani juga satu biro dengan kami berdua. Kebetulan
aku sudah diperbolehkan membawa motor dan saat itu prani belum diperbolehkan
membawa motor oleh orang tuanya.
“Oh, oke”
kemudian aku meninggalkannya. Hingga kemudian hari-hari kami berlanjut seperti
itu adanya. Aku naik motor dengan Prani dan dia mengontel sepedanya
sendirian. Bukan karena apa-apa, aku takut terjadi sesuatu padanya hanya karena
tidak ada lampu penerangan di sepanjang jalan terdekat yang kami lalui menuju
tempat mengajar. Jalan itu penuh dengan pohon-pohon bambu dan sangat sepi.
Sangat mengerikan, menurutku. Betapa beraninya si mungil itu melawan dingin dan
gelapnya malam sepanjang perjalanan. Bisa bayangkan betapa mengerikannya sendirian
mengayuh pelan sepeda tanpa penerangan.
Sejak saat
itulah aku menyebutnya si mungil yang tidak suka membebani orang lain. Dia akan
menolak tawaran boncengan selama ia masih bisa mengayuh ontel kesayangannya
(karena dia cuma punya satu sih :v). Dia akan menolak bantuan terhadap
pekerjaan yang memang seharusnya ia kerjakan sendiri. Dia tidak suka apabila
orang lain memaksa dirinya untuk menerima bantuan yang seharusnya tidak ia
terima. Sampai suatu hari aku katakan padanya “Neng, kebaikan orang lain gak
semuanya harus ditolak kan? Berarti mereka perhatian sama kamu, masih sayang sama
kamu, masih peduli sama kamu. Suatu saat pasti kamu bakalan ngerasa bahwa
setiap kita perlu bantuan orang lain.”
Walhasil, hingga
kini sifat itu masih melekat padanya, namun sepertinya sudah sedikit berkurang
sih mungkin karena akhir-akhir ini ia sudah ketularan oleh kami (Akhwat tangguh
nan kece) :3. Oh ya, satu lagi! Jangan ajak dia makan di luar, kalian pasti
langsung ditolak karena ia tidak suka makan di tempat yang ramai :v. Namun
suatu hari akhirnya kami berhasil mengajaknya makan di luar (ini karena
traktiran salah satu anggota kami) dan kami membujuknya dengan gombalan penuh
arti B) karena sifat yang bertolak belakang denganku (yang suka banget makan di
luar) inilah yang kadang-kadang membuatku merasa tidak benar-benar dengannya
(soalnya gak pernah bisa makan bareng :v). Kebersamaan kami berdua di BPU
akhirnya resmi terpisahkan ketika dia menjadi Wakil Direktur BPU dan aku
menjadi Ketua BK Annisaa.
Faiqotun Nikmah,
si periang yang kadang dewasa kadang juga childish :v berjiwa anak-anak
(banget) dan paling paham banget kondisi anak-anak binaan (iyalah emang dia
wadirnya BPU :v kalo gak ngerti malah dipertanyakan :D). Kapan ya kita bisa
nge-date berdua? Pengen mengenang masa-masa dulu kita berdua nih :3 Apa kamu perlu pake cara kuculik? :v. Oh ya
ini ada pesen SIMFONI dari Ibnul Qoyyim Al-Jauzy: ‘Kedudukan Sabar dan
Iman laksana kepala bagi tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada
lagi kehidupan di dalam tubuh.’ Semoga kita tetap istiqomah dalam menegakkan
keimanan kepada ALLAH SWT .
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar