Minggu, November 15, 2020

One of The Sights – Mr. Brain

 

                Salah satu genre film/drama jepang kesukaanku adalah science fiction. Berbeda dengan drama korea atau barat, sedikit sekali atau bahkan hampir tidak ada bumbu romantisme pada drama jepang khusus bertema medical, detective, law dan science yang pernah kutonton. Salah satu drama science unik yang membuatku ingin beralih bidang keilmuan yaitu drama yang ditayangkan tahun 2009 berjudul ‘Mr. Brain’. Drama ini menarik karena paduan plot cerita detektif-kepolisian dengan penyelesaian sains. Sehingga aku terinspirasi untuk menjadi kimiawan forensik dan menyelesaikan kasus di kepolisian. Akhirnya, aku mengambil mata kuliah kimia forensik dan biokimia genetik. Namun, ternyata aku tak jadi melakukan kerja praktik (tahun terakhir sarjana) di kantor polisi. Sampai saat ini pun, aku belum pernah sama sekali berpengalaman di bidang itu.

                The National Research Institute of Police Science (IPS).

Tsukumo sensei, seorang neurosaintis yang di setiap episodenya mampu menyelesaikan persoalan-persoalan kriminal. Tentu saja dibantu oleh saintis bidang lain yaitu image analyst, sound and voice analyst, ahli kimia, dan ahli biologi. Ia sangat menyukai pisang karena kandungan gizi yang dapat meningkatkan kerja otak. Karakternya yang unik eksentrik itu membuatnya tak disukai oleh para polisi dan saintis lain saat awal-awal pertemuan. Namun, seiring berjalan waktu mereka sangat mengandalkan Tsukumo sensei karena ia dapat memecahkan persoalan dengan baik, benar dan efektif. Selain itu, para saintis juga terpengaruh oleh kebiasaannya makan pisang di tempat kerja.

Sebenarnya, anggota IPS tidak boleh berinisiatif dan ikut melakukan penangkapan. Tapi, Tsukumo sensei selalu ingin berkomunikasi dan bertemu dengan (terduga) pelaku, korban dan saksi untuk mempelajari secara langsung (isi) otak mereka. Dengan demikian, ia akan tahu apakah orang itu berbohong atau menyembunyikan sesuatu. Seringkali ia juga menggunakan alat bantu yaitu fMRI (merek APERTO Eterna-Hitachi)—yang sepertinya adalah iklan drama ini—untuk mengetahui kebenaran yang ditunjukkan oleh salah satu bagian otak yaitu hipokampus. Karena prinsipnya, mulut manusia bisa berbohong tapi tidak dengan otaknya.

Seperti plot cerita detektif pada umumnya, setiap episode drama ini mengandung satu kisah masalah sederhana dan potongan cerita dari satu masalah kompleks yang diceritakan berkesinambungan. Persoalan mengejutkan yang terjadi yaitu musuh besar kepolisian yang selama ini dicari ternyata adalah seorang polisi yang ada di dalam grup dan kantor yang sama. Keanehan ini sudah ditunjukkan sejak episode pertama, lalu dimunculkan pada episode-episode berikutnya hingga diselesaikan di episode terakhir.

sumber gambar: google


Tujuan Tsukumo menjadi seorang neurosaintis yang sebenarnya adalah untuk mempelajari otaknya sendiri. Keanehan yang terjadi di dalam otaknya itu muncul setelah ia mengalami kecelakaan lima tahun sebelum ia bergabung dengan tim saintis IPS. Ia yang dulu adalah seorang host sebuah klub malam, kini menjadi seorang yang lebih rasional, lebih cerdas, dan memiliki tujuan. Drama ini diakhiri dengan kepergiannya ke Amerika karena jurnalnya yang menarik.

Pada dasarnya, neurosaintis mengetahui kinerja dari bagian-bagian otak manusia. Sebagian mereka juga mempelajari tingkah laku dan proses berpikir seseorang. Sehingga para ahli otak dapat dengan mudah memanipulasi pikiran dan psikologis orang lain. Meskipun demikian, sampai saat ini aku belum pernah berhubungan secara langsung dengan mereka. Selain itu, peralatan keren, canggih dan sangat menakjubkan yang ditunjukkan di dalam drama ini juga sampai saat ini belum kuketahui ada atau tidaknya kecuali fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging). Aku tahu keberadaannya karena aku pernah diperiksa dengan MRI (meski sedikit berbeda), tapi terkait kegunaan fMRI untuk memeriksa ingatan pada hipokampus (terduga) pelaku belum pernah kuketahui beritanya. Sejauh ini, hingga tahun 2019, jurnal terkait neuroscience menggunakan fMRI untuk pemeriksaan pasien medial Temporal Lobe Epilepsy (mTLE), penderita emotional disorder, penderita alzheimer dan penyakit otak/emosi lainnya. Namun, sepuluh tahun telah berlalu sejak tayangan drama itu, mungkin sebagian fasilitas canggih itu sudah ada di suatu tempat (di negara maju) yang belum kita tahu.

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar