Sabtu, November 07, 2020

One of The Sights - Tenno no Ryoriban

 

                Sahabat sekalian yang mungkin sudah mengenaliku dari tulisan-tulisan yang kubuat, pasti tahu kalau aku hobi belajar bahasa asing, seperti bahasa jepang, korea, dan china. Tentu saja, pengaruh paling banyak berasal dari entertainment, film kah, drama kah, variety show kah dan tayangan semisalnya. Saat ini, belajar jadi lebih mudah dengan adanya platform youtube. Semua bisa ditemukan di sana. Kita pun bebas memilih guru yang cocok dengan keinginan dan gaya belajar kita. Selain bahasa, tontonan juga memberi kita pengetahuan tentang budaya, habit, hingga sejarah latar negara yang ditampilkan. Oleh karena itu, bertemakan ‘One of The Sights’, aku menuliskan insight yang kudapatkan dari hasil nonton. Agar kejahilan yang dulu kulakukan itu setidaknya bermanfaat.

                Tayangan pertama yang kita review adalah drama berjudul ‘Tenno no Ryoriban’. Seperti bisa ditebak dari judulnya, drama jepang yang tayang tahun 2015 ini menceritakan seorang chef di istana kaisar. Drama ini sangat menarik untukku karena ternyata produksinya terinspirasi dari kisah nyata. Terlebih untuk sahabat yang punya hobi nonton drama jepang, mungkin tidak akan melewatkan tayangan unik ini. Drama ini membuatku tertarik untuk mencari dan membaca kisah lengkap si tokoh utama, yang ternyata dapat dengan mudah kita cari dengan bahasa inggris.

                Tokuzo, si tokoh utama, dikisahkan sebagai seorang yang sangat inspiratif. Lahir di keluarga yang cukup berada, ia adalah anak kedua dari empat bersaudara yang semuanya adalah lelaki. Karakter Tokuzo sangat unik, berbeda dengan kakaknya yang bertanggungjawab, pun berbeda dengan adeknya yang cukup dewasa, ia adalah seorang anak yang usil, tak sabaran, dan (mungkin) pengacau. Di usianya yang ke-16, ia sudah beberapa kali kabur dari pekerjaan (kegiatan) yang ia pilih sendiri. Ia tak sabar belajar, tak sabar menghadapi ujian dan selalu kabur setelah 3 bulan bekerja.

Sifatnya yang demikian membuat orangtua terutama sang ayah geram. Berkali-kali dinasehati tapi tak dihiraukan. Akhirnya, ia dinikahkan dengan seorang wanita dari keluarga kaya yang berasal dari desa sebelah. Karakter si istri yang sabar sangat cocok dengan Tokuzo yang pecicilan. Tapi, hal itu tentu saja menyakitkan, karena akhirnya si istri lebih banyak mengalah. Orangtua si istri tentu saja tidak diam melihat anaknya diacuhkan. Sang ayah akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke rumah orangtua Tokuzo untuk memintakan cerai karena selain mengacuhkan istrinya, ia juga tidak serius menjadi kurir dan marketer usaha keluarga. Terlebih saat diketahui, ternyata ia diam-diam belajar memasak di kamp militer (salah satu pelanggan tetap) selama berbulan-bulan dengan dalih melakukan penawaran dagangan keliling.

sumber gambar: google


                Keinginannya menjadi juru masak ternyata sangat membuncah sehingga membuatnya ingin pergi ke Tokyo untuk belajar dari guru utama.  Tapi tentu saja, sang ayah tidak menghiraukan keinginan tersebut, karena mungkin itu adalah ambisi sementara seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Singkat cerita, Tokuzo akhirnya belajar di suatu restoran terkenal di Tokyo dan mengalami beberapa persoalan. Meskipun demikian, ternyata ia tak mudah menyerah, karakternya cukup mengalami perubahan. Ketekunannya belajar dari dua tempat yang berbeda, ternyata malah memberi masalah besar untuknya.

                Hingga suatu hari, setelah semua permasalahan di Tokyo selesai, ia nekat belajar ke tempat yang lebih jauh. Paris, pusat resep ternikmat dari juru masak terbaik. Akhirnya, dengan segala keteguhannya untuk belajar dan segala kesabarannya menghadapi masalah, ia berhasil menjadi koki ‘Escoffier’ dari Jepang. Kemudian ia kembali ke jepang dan diminta menjadi kepala chef di dapur istana kaisar. Tokuzo, tentu saja menerima tawaran itu. Ia akhirnya menjadi seseorang yang ia impikan, yaitu juru masak nomer satu di Jepang. Ia berhasil menaklukkan ego dan habit buruknya, hingga ia mendapatkan kepercayaan di usianya yang ke-25 sampai ke-83, sejak tahun 1913 (masa kekaisaran Taisho) sampai 1972 (masa pertengahan kekaisaran Showa).

                Sahabat, suksesnya seorang pemuda di usia 20-an ternyata bukan hal yang mengejutkan. Jauh sebelum kisah ini terjadi, pada zaman Rosulullah pun demikian. Meskipun Rosulullah diangkat menjadi Nabi pada usianya ke-40, tetapi kegemilangan beliau saat muda dan para sahabat muda lainnya juga banyak dikisahkan. Azzam yang kuat, niat yang baik dan usaha yang keras tentu saja menjadi beberapa faktor penentu keberhasilan. Sahabat, selamat berjuang dan sampai jumpa di kisah-kisah selanjutnya~

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar