Sahabat,
masih ingat tulisanku berjudul ‘Segar dan Menyegarkan’ dan ‘Sesegar Marjan’? Untuk
sahabat yang belum baca, boleh lah klik kedua link itu dulu. Sejujurnya, tulisan
itu terinspirasi dari salah satu film jepang yang akan kita bahas kali ini. Yap,
seperti yang sudah sahabat baca di judul tulisan ini, yaitu film berjudul ‘Kimi
ni Todoke’. Film ini diadaptasi dari komik dengan judul yang sama dan ditayangkan
tahun 2010. Dari film itulah pertama kali kudengar kata ‘sawayaka’, yang
artinya segar, menyegarkan, clear, fresh and eloquent. Kata tersebut
sangat menarik buatku, karena aku baru pertama kali mendengar kata yang unik
untuk mendifinisikan karakter seseorang. Selama ini mungkin di Indonesia kita
sering dengar kata pintar, cerdas, kaya, pandai, elok, cantik, tampan,
berkarisma, kuat, tegas, murah senyum, dan sejenisnya untuk mendefinisikan
seseorang. Namun sangat jarang, barangkali juga tak pernah, sahabat mendengar
kata segar dan menyegarkan untuk mendifinisikan karakter orang. Kalau definisi
isi pembicaraan mungkin pernah, misalnya ‘tausiyahnya nyegerin banget’ atau ‘orang
itu nyegerin kalau ngomong’.
Pada tulisan lama, kucari langsung
referensi dari Qur’an. Namun kali ini, kita akan review filmnya.
Sawako (yang dipanggil Sadako oleh
teman-temannya), seorang cewek pendiam berusia 16 tahun. Baginya, mengungkapkan
pikiran adalah hal yang tak mudah. Sehingga hal itu membuatnya sering disalahpahami
oleh teman-temannya. Ia juga ditakuti karena rambut panjang yang membuatnya
mirip dengan sosok hantu sadako. Suatu hari, dalam perjalanan ke sekolah SMA
untuk pertama kalinya, ia melihat seorang yang tampak kebingungan mencari
jalan. Sawako membantunya karena menurutnya sosok itu dari sekolah yang sama (terlihat
dari seragamnya).
Kazehaya, seorang cowok ‘sawayaka’
ini pertama kali bertemu dengan Sawako di pertigaan jalan, di bawah merah
jambunya helai bunga sakura yang berterbangan. Cewek mungil itu membantunya
menemukan jalan ke sekolah saat hari pertama penerimaan. (Sepertinya) Sejak saat
itu, ia tertarik dan terus mengamati cewek yang unik (penampilan dan sikapnya) itu.
Meskipun mereka berdua sekelas, ternyata ia tak bisa sekalipun berbicara dengan
Sawako. Sampai suatu hari, ia berkesempatan untuk bicara dengan Sawako dan
mereka berdua pun mulai dekat. Namun, isu buruk yang beredar membuat Sawako
menjauhinya. Sawako juga menjauhi kedua (cewek) teman dekatnya. Hoaks itu
dibuat oleh seorang cewek yang iri dengan kedekatan Kazehaya-Sawako.
Sawayaka, adalah julukan yang
diberikan oleh Sawako kepada Kazehaya saat ia ditanya oleh gurunya, “Bagaimana
pendapatmu tentang Kazehaya?”. Sepertinya tak ada satu pun yang tahu julukan
itu melainkan hanya Sawako dan gurunya. Di bagian akhir filmnya, Kazehaya
akhirnya mengetahui (entah dengar atau tidak) julukan itu setelah diberitahu
oleh gurunya. Saat itu sang guru memintanya untuk mengembalikan buku siswa milik
Sawako yang sudah beberapa pekan hilang ‘ketlisut’ di meja guru itu. Kazehaya segera
mengembalikan buku siswa itu. Ia menemui Sawako, di malam tahun baru, tepat di
hari ulang tahunnya, di bawah pohon sakura tempat pertama kali mereka bertemu. Film
itu pun berakhir gembira.
Karakter Kazehaya yang supel,
pandai bergaul, selalu menyenangkan orang lain, wajahnya yang periang membuat
Sawako kagum dengannya. Karakter yang tak bisa digambarkan hanya dengan satu
kata. Karakter yang layak ditirukan oleh siapapun. Jika Sawako saja ingin
menirunya, maka aku pun demikian. Sisi negatif yang ada padanya? tentu saja tak layak kita tirukan.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar