Kamis, November 05, 2020

SKETSA PANDEMI-Bagian 2

 

                Masyarakat Indonesia dan juga seluruh dunia sedang berduka. Banyak korban berjatuhan akibat makhluk kecil satu ini. Masyarakat sipil, militer, anak-anak, orang tua, rakyat biasa, hingga pejabat bahkan petugas kesehatan tak terlewatkan sebagai korban. Januari 2020, kudengar pertama kali kejadian bermula di suatu tempat, di sebuah negeri daratan, beberapa ribu kilometer di sebelah utara pulau Jawa. Hingga maret 2020, kondisi itu merambah dan terjadi di Indonesia, tepat di ibu kota. Pertokoan, sekolah, kantor, dan segala tempat keramaian ditutup. Kejadian ini, memang tak menguntungkan untuk manusia, tapi mungkin menguntungkan untuk makhluk lain. Perbaikan kondisi bumi misalnya, atau perbaikan habitat sebagian flora fauna.

                Seketika mewabah di Indonesia, meskipun berjarak beberapa ratus kilometer dari pusatnya, kampusku mengondisikan diri untuk tutup. Saat jadwal hari pertama wisuda masih di gedung, namun jadwal hari kedua dengan sekejap berubah menjadi daring. Dosen dan pegawai dirumahkan, mahasiswa pun dipulangkan. Kampusku membenahi diri, menyiapkan protokol dan melengkapai perangkat lain yang dibutuhkan agar kehidupan kampus dan pembelajaran segera kembali berjalan.

Pandemi mengubah semua kondisi. Tak terkecuali, aku.               

Dosen pembimbingku yang tak lagi muda, memilih untuk bekerja sepenuhnya dari rumah meskipun diberi pilihan dari kampus untuk bekerja sebagian di kantor dan sebagian di rumah. Grup kami melakukan pertemuan daring sepekan sekali agar penelitian tetap terpantau dengan baik. Namun, karena laboratorium ditutup sementara sebelum semuanya selesai disiapkan, sehingga aku dan beberapa kawan tidak dapat melanjutkan penelitian. Padahal kami dituntut untuk berakhir dan lulus semester ini (bulan agustus lalu).

Sejak saat itu, perubahan yang signifikan terjadi padaku. Terutama pada penelitian yang kukerjakan. Target penelitianku berubah, dipermudah. Bapak pembimbing memberi keringanan padaku, menyesuaikan dengan data yang telah kudapatkan dan menyesuaikan dengan hal yang bisa kulakukan secepat mungkin di masa sulit ini. Alhamdulillah, aku sangat beruntung tahun ini. Meskipun kesulitan terjadi, kemudahan pun selalu mengikuti.

Beberapa pekan setelahnya, semua persiapan dan perangkat selesai dilengkapi, akhirnya kampus dibuka kembali dengan protokol kesehatan yang ketat. Namun, hanya diperbolehkan untuk mahasiswa yang melakukan penelitian di laboratorium. Kalau adek tingkat yang hanya kuliah di kelas, ya masih di rumahnya masing-masing. Masuk ke dalam lab dan kantor pun terjadwal. Sehingga, kami tak leluasa bekerja seperti sebelumnya. Namun demikian, sesegera mungkin target yang sudah diringankan itu kuselesaikan. Meskipun ada perasaan tak rela karena berbeda dengan mahasiswa magister lain bimbingan beliau. Tetapi, begitulah nasib (dan keuntungan) yang harus kuterima. Akhirnya, pada bulan Juli, semua persyaratan untuk lulus segera kupenuhi. Agar aku tak lagi menjadi beban, baik untukku sendiri, untuk dosen-dosenku, dan terutama untuk orangtuaku.

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar