Minggu, November 01, 2020

SKETSA PANDEMI-Bagian 1

 

Hi everyone~ mohon maaf ya, sudah setahun lebih tidak update tulisan. Sahabat, tahun ini adalah tahun yang mengejutkan bagiku. Pada dua bulan terakhir tahun 2020 ini, aku ingin sedikit mengisahkan beberapa hal yang terjadi padaku. Kisah-kisah berikut mungkin hanya sekedar curhat, tetapi semoga sahabat sekalian masih dapat mengambil hikmah dari apa yang kutuliskan. Lembar ini adalah kisah pertama yang ingin kusampaikan.

Sudah dua tahun berlalu sejak terakhir kali aku menjalani operasi telinga-CWD. Alhamdulillah semakin hari kondisiku semakin membaik. Meskipun sebagian pendengaranku tak dapat berfungsi seperti semula, syukur anggota tubuh lainnya tetap bekerja dengan baik. Sebisa mungkin aku tidak berhenti untuk beraktifitas, walaupun sudah tidak banyak keluar rumah. Selain itu, mengonsumi obat selama sekitar hampir dua tahun tanpa henti sepertinya sangat mempengaruhi keadaan dan kebiasaanku, misalnya lebih sering ngantuk atau jadi malas makan. Ya, tapi mungkin juga itu hanya sekedar perasaan.

Sejak tahun lalu, aku memang sudah sangat jarang keluar rumah. Hanya pergi ke kampus untuk menghadiri kuliah atau menyelesaikan penelitian tesis di laboratorium sebagai syarat lulus magister. Kadang juga keluar untuk menghadiri kajian atau belanja keperluan. Tidak ada pergi main, tamasya, dan sejenisnya. Meski demikian, penelitian tak kunjung menunjukkan hasil yang kuinginkan. Frustasi? Sudah jelas. Bahkan berpekan-pekan lamanya aku absen ke kampus karena tiba-tiba mual, pusing dan demam setiap akan berangkat nge-lab. Semua itu kuceritakan kepada dosen pembimbing dan orangtuaku untuk menghindari masalah. Sejujurnya, sebelum hal itu terjadi, aku sudah berencana mengajukan cuti satu semester agar dapat beristirahat dengan baik, namun dosen waliku berhasil membujukku untuk terus menyelesaikan kuliah tanpa cuti. Beliau menceritakan pengalamannya dan beberapa mahasiswanya yang berhasil melewati masa sulitnya dengan terus berkuliah tanpa cuti.

Berangkat dengan tenang, tetap bersantai di dalam ruang diskusi lab meskipun merasa tidak baik dan tidak bekerja, mengurangi beban pikiran, fokus pada penelitian sendiri, tidak terpengaruh progres orang lain yang lebih melejit dan hanya melakukan hal yang perlu diselesaikan hari itu adalah beberapa terapi yang disarankan dosen pembimbingku. Alhamdulillah, perlahan-lahan penelitanku berprogres meskipun belum dapat diketahui kapan ujungnya akan muncul. Setidaknya, kurasa, aku dapat melewati masa kritis ini meski masih harus menambah semester. Sampai suatu saat, januari 2020, berita kejadian di Wuhan, China tersebar di Indonesia yang ternyata akan mengubah nasibku.

follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar