Sahabat,
Assalamu’alaikum.. tulisan kali ini berkaitan dengan tulisan saya Romadhon 1434
Hijriah dua tahun lalu yang berjudul Anak Ribut di Masjid Saat Tarawih, jadi Masalah? Nah, dengan judul yang berbeda saya mencoba mengulas hal yang
sama yaitu anak-anak dan Masjid. Kisah ini bermula dari pengamatan kami
mengenai fenomena Tarawih yang dilakukan rutin setiap tahun pada bulan
Romadhon. Yap, berkah dari adanya sholat inilah terdapat kenaikan pesat jumlah
jamaah Masjid di kampus kami (Masjid Manarul Ilmi) Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya. Bukan hanya mahasiswa kampus ITS, namun juga pegawai
kampus, para dosen, keluarga dosen hingga masyarakat kampung dan mahasiswa
kampus lain yang menjadi jamaah kali ini.
Oleh karena itu,
dengan semakin bertambahnya jumlah jamaah Masjid maka bertambah pula fasilitas
masjid yang diperlukan. Mulai dari jumlah takjil dan nasi untuk berbuka. Jumlah
pengeras suara agar jamaah putri dapat secara jelas mendengar apa yang
disampaikan oleh khotib atau penceramah. Jumlah air wudhu dan kenyamanan serta
kebersihan Masjid dan lain sebagainya. Demikian pula jumlah akhwat-akhwat yang
diperlukan untuk menjaga bayi-bayi dan anak-anak keluarga dosen maupun
masyarakat yang sedang sholat berjamaah.
Dalam ceramahnya
pada malam kedua Romadhon 1436 Hijriah kali ini, pak Darmaji (Ketua TPKI ITS)
menyampaikan bahwasannya keributan anak-anak yang berada di Masjid menjadi
maslaah tahunan yang belum terselesaikan dengan baik. Hal ini memang tidak
mengganggu bagi sebagian orang tapi bisa mengganggu bagi sebagian besar jamaah
lainnya. Sesungguhnya sangat baik mengajak anak-anak datang ke Masjid namun
akan lebih baik apabila mereka dapat duduk tenang di samping orang tuanya untuk
mengikuti jalannya sholat jamaah.
Dari pernyataan
beliau tersebut, aku jadi berpikir mengapa anak-anak itu selalu membuat
keributan di dalam masjid. Apakah mereka tidak tahu tempat seperti apakah masjid?
Mungkinkah mereka belum paham mengenai sopan santun dalam menggunakan masjid? Atau
hal-hal lain sebagainya? Sejujurnya aku tidak pernah merasakan masa kecil yang
demikian. Bahwa aku selalu dapat duduk tenang di samping orang tua (ibuku
terutama) untuk mengikuti jalannya jamaah entah hanya duduk-duduk, membaca
buku, tiduran, makan camilan, atau mengikuti sholat sesekali. Apakah hal ini
dikarenakan bahwa aku seorang perempuan? Begitu pula dengan kedua adik
perempuanku, mereka bisa sangat tenang di dalam Masjid. Namun sangat berbeda
dengan adik ketigaku (seorang lelaki yang kini berusia 9 tahun) yang tidak bisa
tenang, seingatku ia selalu berlari menemui umi (ibu) kemudian kembali berlari
menemui abi (ayah) dan demikian seterusnya.
Mengatasi masalah
ini, hal yang diperlukan dari kedua orang tua adalah pertama memberi
contoh atau teladan kepada putra-putrinya. Bukankah Rosulullah Muhammad SAW di
utus kepada ummatnya untuk menyempurnakan akhlaq? Kedua adanya ketegasan
dari orang tua, termasuk peringatan dan pembelajaran mengenai pentingnya
menghargai jamaah, menghargai imam sholat, menghargai orang lain, adab dan tata
karma dalam Masjid dan lain sebagainya. Mengenai hal ini, aku jadi teringat
sebuah kajian kitab Ta’lim Muta’allim yang mempelajari tentang betapa
pentingnya kita mengetahui adab, mengutamakan akhlaq dan mengedepankan budi
pekerti luhur. Karena hal inilah yang akan menjadi modal awal dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan tiadanya akhlaq dan adab maka dapat kita lihat seperti
sekarang Negara kita tercinta Indonesia bagaimana akibatnya. Ketiga barangkali
diperlukan ruang khusus di lingkungan Masjid untuk mengasuh dan menitipkan anak atau taman baca
anak-anak dengan ruangan yang persis seperti kelas kelompok bermain di sekolah
mereka.
Akhirul kalam,
saya menyarankan kepada para muslimah untuk mencari ikhwan (lelaki muslim) berkepribadian baik. Karena
konon katanya (dosen Biologi kala itu menerangkan bahwa) 90% pekerti dan perilaku
kebiasaan seorang anak berasal dari ayahnya. Sedangkan 90% kecerdasan dan paras
pada anak diturunkan oleh ibunya. Semoga infonya berkah dan dapat diambil
pelajaran :3.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar