Alhamdulillaahilladzi
arsala Rosulahu bil huda wadiinil haq, liyudzhirohu ‘alaa diini kullih, wa
kafaa billaahi syahidaa. Aaaaaahhhh rasanya menyenangkan bisa dipertemukan
kembali oleh Allah dengan Romadhon. Bulan mulia, bulan yang amat sangat
istimewa. Sahabat ingat tidak bahwa banyak sekali kejadian-kejadian ajaib zaman
Rosulullah dan para sahabat terdahulu yang terjadi pada bulan ini. Ternyata bukan
hanya untuk mereka begitu pun jua untukku, banyak sekali kejadian ajaib yang
berhadapan denganku pada bulan Romadhon ini.
Hari ini, hari
pertama Romadhon 1436 Hijriah. Tapi bukan kejadian hari ini yang ingin
kuceritakan. Di sini aku sangat ingin mengenang apa yang terjadi padaku dua
tahun lalu, yap tepatnya Romadhon 1434 Hijriah. Pada bulan itu, bulan di mana
aku sama sekali meninggalkan urusan kampus (karena liburan), menanggalkan
urusan kepanitiaan (karena aku tidak menjadi panitia RDK-Ramadhan Di Kampus ITS ’34 kala itu), mengabaikan
urusan duniawi (karena aku fokus pada hafalan Al-Qur’anku). Dua tahun lalu
merupakan Romadhon yang begitu menyenangkan bagiku.
-----------------------------------------------
Tepat tujuh hari
sebelum Romadhon 1434 H, aku memutuskan untuk pergi ke kampung halamanku, di
Madiun. Sejak saat itu, aku bertekad untuk menghabiskan satu bulan Romadhon
penuh ditambah tujuh hari Syawwal di sana. Alkisah begitulah mengapa tadi
kusebutkan di atas bahwa aku meninggalkan segala urusan di Surabaya dan tidak
memperdulikannya. Dengan bulatnya tekad aku tidak terlalu susah beradaptasi
untuk tidak memikirkan apa yang kawan-kawanku lakukan di Surabaya, tidak pula
memikirkan pekerjaan-pekerjaan apa yang perlu kusiapkan untuk semester baru
nanti. Tapi satu hal yang aku ingat, bahwasannya aku membawa satu jurnal ilmiah
internasional untuk dipelajari sebagai bahan Kolokium-ku (Kolokium itu semacam latihan untuk
skripsi, menulis naskah tapi tanpa bekerja yaitu hanya mempelajari hasil kerja
orang lain) nanti. Selain itu, tak ada.
Sejak malam
pertama Romadhon 1434 H itulah kurasakan nikmatnya Sholat Tarawih dengan satu
juz Al-Qur’an setiap malam. Sejak malam pertama itulah kurasakan indahnya
hari-hari dengan Al-Qur’an. Sejak malam pertama itulah kurasakan senangnya
menulis setiap hari tanpa beban. Sejak malam pertama itulah kurasakan sejuknya
malam-malam Romadhon hanya bersama Al-Qur’an. Sejak malam itulah aku mencintai
Romadhon daripada tahun-tahun yang telah tenggelam. Hari-hari kujalani dengan
tenang, memperbanyak amal, membaca, menulis, tilawah, berinfaq, tahfidz,
mempersiapkan kolokium, mempersiapkan sahur dan berbuka, berkumpul dengan orang
sholeh serta keluarga, tadarus dan sebagainya.
Oh ya, ada satu
hal yang selalu datang padaku seiring dengan datangnya Romadhon sejak 1434 Hijriah lalu begitu pun
dengan Romadhon tahun ini. Kau tahu? Ada lelaki yang (rencananya) diperkenalkan padaku :D.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar