Rabu, Juni 29, 2016

Langit Hatiku



1.       Pagi Yang Cerah
Terpekur lesu, terduduk pilu
Angkasa hatiku pun kelabu
Meski raga tak pernah layu
Namun jiwaku tetap ragu
               
                Hari itu, malam tak seperti biasanya. Langit tak bercahaya tanpa bulan dan bintang di sekitarnya. Malam itu, seorang wanita terduduk lesu, menekuk lututnya dan bersandarlah ia pada dinding di kamarnya. Saat itu, ia hanya diam membisu menatap surat yang baru saja diterimanya, siang tadi. Saat itu, ia tak menangis, hanya mencoba berpikir apa yang harus dilakukannya.
ooo000ooo
                Namanya Kayla, seorang siswi SMA di sebuah daerah di kota surabaya. Kayla adalah seorang yang pendiam dan selalu jujur. Sayangnya, kejujuran yang ia miliki terkadang malah menyakiti hati temannya dan bukan dirinya. Kayla tak pernah bisa marah, kepada siapapun orangnya, teman dekatnya, teman sebayanya, hanya ia selalu marah pada dirinya.

Ia selalu sendiri
Semua yang terjadi tak perlu ditangisi
Tapi kawan,
Ia selalu menangis
Menangis, untuknya sendiri
Bercerita pada Ilahi

                Kejujuran dari dirinya, selalu terlihat dari raut mukanya. Matanya selalu berbinar dan terkembang senyum saat ia bahagia. Matanya meredup dan tampak lelah saat ia bimbang. Matanya merah dan sembab saat ia bersedih. Ia selalu menangis, menangis saat ia marah, tersedu saat ia gundah. Selalu menetes dari matanya, air mata, saat salah—sengaja atau tidak—dilakukannya.
ooo000ooo
                “Kay! Kayla!” panggil seseorang. Lyla namanya, sahabat baik—sangat baik malah—Kayla, suatu siang setelah bel istirahat berdentang.
                “Ada apa?” Kayla mendatanginya, menjawab sambil berjalan keluar dari kelasnya.
                “Kantin yuk!”
                “Males ah! Mending ke masjid aja gimana?”
                “Ya sudah, yuk!”

Aku adalah bintang
Dan sahabatku adalah bulan
Kami selalu bersama
Apapun keadaanya
Saat aku bercahaya
Ia pun bercahaya

                Tak lama kemudian, setelah mereka selesai sholat dhuha, bel sekolah pun berbunyi kembali. Berdentang menggema memenuhi semua ruangan yang ada dan dengan sengaja memasuki telinga dua wanita.

                “Kay!” tegur Lyla
                “Apa lagi?”
                “Hmm, sebenarnya ada yang ingin aku beritahu ke kamu..” jawab Lyla ragu
                “Apa, sih?” terlihat dari matanya rasa ingin tahu yang sedemikian besarnya. Itulah kelebihannya, ia selalu memiliki rasa ingin tahu yang besar. Tak heran jika semua ilmu yang diberi oleh Allah lewat gurunya dilahapnya dengan sempurna. Lyla tahu pasti, hanya dengan mengucap kata-kata itu saja Kayla pasti ingin tahu apa yang ingin disampaikan oleh sahabatnya.

Sahabatku,
Sungguh..
Kau harus tahu
Tak akan pernah kututur padamu
Sebuah kata tabu

                Lyla, sahabat terbaik yang pernah dimiliki oleh Kayla. Bagaimana tidak? Mereka bersahabat sejak mereka bertemu pertama kali di bangku SD jadi, tak bisa diragukan lagi hubungan persahabatan mereka dan telah sedemikian bersatunya hati mereka. Selalu bisa saling mengerti, selalu bisa saling mengisi, saling menyayangi.
                “Apa sih, ayolah! Katanya mau ngasih tahu sesuatu..” harap Kayla, terpancar dari mata bulatnya
                “Ntar aja, udah bel.. kita masuk dulu aja yuk! Sabar ya..” ucap Lyla lembut pada sahabat kecilnya.
ooo000ooo
Pukul 13.45

Bel sekolah berdentang kembali untuk kesekian kalinya, mengagetkan para guru yang masih berusaha mengajar meski lelah sedang menyelimuti mereka, mengagetkan para siswa yang tertidur dan bersenang-senang dengan mimpinya, mengagetkan Kayla yang sedang melanjutkan puisinya dan berimaji dengan indahnya, mengagetkan Lyla yang termenung ragu apakah sebaiknya pesan itu ia sampaikan pada Kayla?
Kayla segera berlari, secepatnya, menuju kelas Lyla. Mereka memang berbeda kelas tetapi berbeda bukan berarti tak bisa bersatu kan? Entahlah! Terkadang malah perbedaanlah yang menyatukan. Kayla sangat penasaran tentang apa yang sebenarnya ingin Lyla katakan. Tak peduli apapun, ia terus berlari menyusuri lorong, menuju kelas Lyla.
“Lyl..” panggil Kayla saat tiba di kelas Lyla
“Apa? Bentar ya..” jawab Lyla sambil membereskan barang bawaannya
“Ayo pulang! Jangan lupa, ceritain janjimu yang tadi ya..”
“Janji apa?”
“Halah, jangan bo’ong dan jangan bercanda!” jawab Kayla seolah marah
“Janji apa sih..?” Lyla tak berbohong, ia benar-benar lupa
“Itu lho, yang tadi istirahat mau kamu sampaikan padaku..” ucap Kayla dengan tatapan rasa ingin tahu pada Lyla
“ Ooo itu tho! Itu kan bukan janji!” jawab Lyla sinis dan ketus, tapi sambil tersenyum setelah menjauhi Kayla
“Ah, kamu curang! Itu janji tahu!” ucap Kayla tak kalah ketus tapi Lyla tahu itu hanya bercanda

Sahabat..
Tahukah kau kata tabu itu
Sahabat..
Tak akan kuucap padamu
Kata-kata itu

                Mereka bekejaran—tapi hanya Kayla yang mengejar dan Lyla berlari tak mau tertangkap—karena Lyla tak mau memberitahu sekarang pada Kayla, “Saatnya belum tepat!” ucap Lyla dalam hatinya.
                Kayla menyerah, lelah ternyata mengejar Lyla, “Percuma! Ia pasti tak mau memberitahu sekarang padaku, entahlah! Apa yang dipikirnya..” pikir Kayla dalam hatinya. Berpikir dengan hati? Ya, karena tahukah kau, hati yang dimaksud dalam sebuah hadits—segumpal daging yang apabila baik maka baiklah seluruh tubuh dan apabila buruk maka buruklah seluruh tubuh adalah hati—adalah otak kita.
                Saat Lyla berhenti dan menengok ke belakang, ternyata Kayla sudah tak mengejarnya lagi. Ia tak percaya, terheran-heran mengapa Kayla bisa menyerah padahal biasanya ia tak seperti itu. ”Ya sudah,biarlah!” Lyla tak mau menghiraukannya.
                Kayla berjalan tertunduk, entahlah! Mengapa hatinya sekarang terasa sakit tiba-tiba. Ia tak tahu penyebabnya. Dilihatnya Lyla yang sudah tak berlari, “mengapa ia berhenti? Pasti tahu bahwa aku sudah tak mengejarnya dan tertunduk seperti ini.”
                Sampai di persimpangan jalan, Lyla menunggu Kayla yang masih tertinggal jauh dibelakangnya.
                “Kay! Cepetan dong.. lemes amat sih!” panggil Lyla dengan nada agak tinggi agar Kayla sadar apa yang telah dilakukannya.
                “Ye.. salah sendiri! Siapa suruh kamu lari!” jawab Kayla  mencibir.
                “Iya iya salahku! Aku ngaku salah, maafin ya,, tapi beneran aku bakal ngasih tau kamu kalo waktunya tepat. Oke!” ucap Lyla pasrah.
                “Iya deh! Terserah dirimu sahabatku yang baik hati..” kembali merasa terhibur oleh Lyla, ucap Kayla sambil mencubit hidung Lyla. Hidung sahabatnya itu memang lebih mancung daripada miliknya.
                “Ah! Sakit tahu!” Lyla mengernyit dan sesaat kemudian tersenyum

Sahabatku..
Kata tabu itu adalah
Selamat tinggal untukmu

                “Ya udah, aku pulang dulu ya.. sampai jumpa..” ucap Kayla
                “Aku tahu kamu pasti mengucapkan itu, daaa..” balas Lyla. Lyla sangat tahu, setiap hari setelah tiba di persimpangan itu Kayla selalu mengucapkan kata yang sama. Rumah mereka memang berbeda arah tapi tak jauh, begitu juga rumah mereka tak jauh dari sekolah.









2.       Awan mendung

Tatapan matanya
Mempesona
Kembali segar dibuatnya
Meneduhkan jiwa

                Seorang wanita duduk mempesona di atas kursi kesayangannya. Malam itu, langit masih kelabu. Mungkin ia tahu, ada seorang wanita yang sangat lelah jiwanya. Malam itu, hari belum berganti dan surat itu masih ada di sampingnya. Ia berpindah dari tempat tidur ke kursi kesayangannya.     
ooo000ooo
Tahun ini adalah tahun ajaran akhir bagi Kayla dan Lyla. Akhir juga  dari kehidupan SMA-nya yang biasa saja. Hanya ada sahabat, hanya ada orangtua. Meski tanpa kekasih, tetap saja selalu ada cinta. Cinta yang menggelora bersama orangtua dan sahabat saja ditambah lagi dengan guru-gurunya.
Kayla berpikir bahwa tahun terberat yang dialaminya selama SMA ini akan segera terjadi. Masa-masa ia harus berjuang lebih untuk mendapatkan nilai lebih dari apa yang selama ini ia dapatkan. Andai saja Kayla tahu bahwa banyak sekali teman-temannya yang iri padanya, padahal mereka sudah mati-matian mengejar tapi tetap saja tak bisa menandingi nilai-nilai sempurna Kayla.
Kayla sangat sempurna, bukan parasnya tapi hatinya. Ia baik, ramah, santun pada siapapun yang ditemuinya. Tapi sahabat Kayla hanya Lyla seorang, bukan karena ia tak punya teman lain, bahkan banyak sekali yang ingin menjadi sahabat Kayla saat SMA, tetapi karena menurutnya sahabat adalah seseorang yang istimewa untuknya. Ia juga yakin semua orang tidak bisa dijadikan sahabat, karena sahabat adalah orang yang berani menegur saat kita salah dan menemani kita saat kita susah bukan orang yang hanya menemani kita saat kita bahagia dan tidak mau membenarkan apa bila kita salah dan semua itu,, hanya Lyla yang bisa melakukannya.
ooo000ooo
                Esok pagi di sekolah, sebelum bel masuk berdentang kencang merasuki gendang telinga semua orang, Lyla keluar dari kelasnya menuju ruang kelas Kayla. Kedua orang ini memang aneh, mereka tidak suka dan tidak terbiasa berangkat sekolah bersama namun selalu pulang bersama.

Ku mantapkan niatku
Bicara jujur padamu
Kayla
Aku mencintaimu

“Baiklah, sekarang akan kuberitahu..” ujar Lyla ragu.
                “Hmm.. soal apa?” jawab Kayla
                “Hutangku.”
                “Hutang yang mana?” ujar Kayla nampak berpikir keras.
                “Masa lupa, kemaren lho.. yang pengen aku ceritain ke kamu..”
                “Ooo yang itu, iya sih! Janji kan hutang! Hehe, jadi gimana ceritanya?” tagih Kayla pada sahabatnya
                Sayang sekali, saat Lyla akan memulai ceritanya, bel berbunyi seketika dan menutup mulut Lyla. Percuma, jika Lyla terus bercerita Kayla tidak akan mendengar suaranya dan Kayla pasti memintanya untuk mengulang. Suara bel itu sangat kencang, jika kau mencoba menyainginya, kau seperti berlari menyaingi cahaya. Tidak mungkin kan?
ooo000ooo
Kata-kata itu
Bergema di telingaku
Menyejukkan hatiku
Tapi juga (akhirnya aku tahu) menyakitiku

                Sebuah surat, ya! Tadi pagi, saat istirahat sekolah akhirnya Lyla mengungkapkan sebuah rahasia pada Kayla. Bahwa ada seorang lelaki yang sangat menyukai Kayla dan menitipkan sebuah surat pada Lyla.
               
Surat itu begini bunyinya :

                Mentari, apa kabar? Pagi ini kau secantik mentari di langit, hangat menerangi langit hatiku.
Mentari, maafkan aku yang tanpa izinmu dan tiba-tiba memanggilmu seperti itu. Sungguh, aku benar-benar merasa harus meminta maaf dan meminta izin padamu.
Mentari, izinkan aku memanggilmu seperti itu. Mentari, meski kau tidak mengizinkanku, aku akan tetap memanggilmu ‘Mentari’ karena melihatmu hatiku selalu merasa hangat meski mentari di langit tak bersinar secerah hari ini.

Mentari, ini surat pertamaku untukmu. Tapi aku tak tahu, bisa saja ini menjadi surat terakhirku untukmu. Entahlah! Lihat saja nanti.

Mentari, aku tak pandai merangkai kata, seperti rangkaian kata-katamu yang indah, seperti sayair-syairmu yang memesona.
Mentari, kukumpulkan keberanianku—selama seminggu—untuk menulis surat ini untukmu.
Mentari, setelah berpikir seminggu lamanya, kupikir aku harus jujur padamu tentang perasaanku.

Mentari, aku mencintaimu.

Menurutmu, apakah surat itu sederhana? Menurut Kayla, surat itu sebenarnya sederhana. Hanya mengungkapkan cinta. Tak salah memang, karena memang tak ada yang salah dalam mencintai seseorang, bukankah begitu? Tapi Kayla merasa heran, mengapa hanya pengakuan saja isinya. Apakah seseorang itu tak perlu mengetahui isi hati Kayla? Tak penasarankah ia dengan isi hati Kayla? Mengenalkan namanya pun tidak.
Kayla termenung di atas meja belajar di kamarnya. Kamar Kayla cukup luas. Meja belajarnya terletak lurus dengan pintu kamar dan di samping meja belajar adalah tempat tidur. Di sudut sejajar pintu ada rak buku berisi buku-buku favorit kayla, buku sastra dan buku para pujangga. Inilah yang Kayla takutkan, pada akhirnya benar-benar ada seseorang yang mencintainya.
Sudah 2 jam Kayla termenung, tidak biasanya ia seperti ini, entahlah apa yang dipikirkannya. Mungkin saja ia memikirkan surat itu—surat yang baru saja ia baca—atau sedang menebak kira-kira siapa yang menulisnya, atau  heran mengapa Lyla tak mau memberitahu siapa yang memberi surat itu padanya. Kayla berpikir mungkin saja seseorang itu menitipkan suratnya pada orang lain dan orang lain itu menitipkannya pada Lyla untuk kemudian diberikan kepada dirinya. Ah entahlah! Cinta memang selalu membingungkan.
Setelah benar-benar suntuk, Kayla tak mau lagi termenung dan berpikir keras, akhirnya ia pun tertidur pulas di atas meja belajarnya.
ooo000ooo
“Kay, bangun sayang.. pindah ke tempat tidur ya nak,,” bunda mencoba membangunkan Kayla yang sedang tertidur di atas meja belajarnya saat Bunda sengaja melewati kamar Kayla.
“Iya Bunda,,” Kayla menjawab sambil mengerjap-kerjapkan matanya lalu pindah sempoyongan ke tempat tidurnya.
Bunda sangat menyayangi Kayla, Kayla adalah anak semata wayangnya. Entahlah! Kenapa bunda selalu merasa bahwa Kayla selalu kesepian jika ia berada di dalam rumah. Bunda, wanita berusia 38 tahun tersebut tak pernah terlihat lelah di depan Kayla meski ia sebenarnya terlalu lelah bekerja. Kerja bunda hanya di rumah, bunda membuka usaha catering dan laundry, tak terlalu lelah memang—menurut bunda—tapi dengan pelanggan sebanyak itu telah cukup membuat bunda kewalahan.
Bunda senang sekali dengan usaha yang ditekuninya sekarang. Bunda selalu tersenyum kepada pelanggan walau duka sedang meliputinya. Dalam usahanya, bunda belum mempekerjakan siapapun untuk membantunya, padahal bunda tahu bahwa ia sering sekali kewalahan, namun ternyata menurut bunda mempekerjakan seseorang itu sulit. Bunda juga tidak punya pembantu di rumah karena itu memang hal yang sulit.
Bunda merasa penghasilannya belum cukup untuk membiayai hidup mereka berdua apalagi untuk menambah seorang pekerja di rumah. Bunda memang tak dibantu oleh ayah karena ayah.. entahlah! Nanti saja.
Ooo000ooo
Sungguh,
Aku tak mengerti
Pedih tak sanggup lagi
Bulanku tak berlayar lagi
Dan langit hatikupun sepi

“Lyl, siapa sih?? Bilang dong..” ucap Kayla dengan wajahnya yang penuh harap, ia selalu penasaran dengan hal-hal baru.
“Aku sendiri juga gak tahu Kay, tiba-tiba ada yang nitip aja! Katanya sih titipan juga..” Lyla menjawab dengan wajah seserius mungkin, memang serius tapi Kayla mengira Lyla membohonginya.
“Bohong ah! Aku gak percaya! Pasti kamu tahu sesuatu..” pinta Kayla dengan sangat.
“Beneran Kay.. aku gak bohong! Demi Allah, aku tidak membohongimu dan tidak akan pernah membohongimu!” Lyla berharap Kayla puas dengan jawabannya. Jika masih tidak, Lyla menyerah! Ia telah bersungguh-sungguh dengan kata-kata dan janjinya.
“Ya udah lah kalo kamu gak mau bilang! Aku juga gak maksa sih sebenarnya, tapi.. tetep aja penasaran!” Kayla menyerah, tapi kata terakhir itu diucapkannya dengan nada yang sedikit merajuk.
“Nanti ya.. sabar! Aku juga akan caritahu. Untukmu! Pegang janjiku!” Lyla benar-benar mencoba meyakinkan Kayla sekarang dan tiba-tiba..
“Hmm.. Hmm..” Kayla menjawabnya dengan mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju.
“Oke, sepakat! Katakan bahwa kamu tidak akan meminta info itu dan bila aku tahu sesuatu aku janji akan menceritakannya langsung padamu! Bagaimana?” Lyla mengatakannya dengan nada dan intonasi yang menggebu-gebu seperti sedang meminta dukungan untuk suatu perlombaan
“oke! Setuju! Aku terima itu..” Kayla menjawab Lyla dengan tak kalah semangat
ooo000ooo
Sudah 3 hari berlalu..
Kayla dan Lyla tidak pernah membahas surat itu. Memang, Kayla sebenarnya tidak terlalu penasaran, toh isi surat itu cuma menyatakan bahwa si penulis surat menyukai Kayla, tidak ada embel-embel apapun. Sederhana.
Sampai hari ini pun sebenarnya Lyla juga tidak mencari tahu tentang siapa pengirim surat itu. Tapi, ia pernah sekali waktu ditanya oleh seorang siswa yang tidak sekelas dengannya. Siswa itu menanyakan kabarnya, kabar Kayla, juga kabar surat itu.. Tunggu! Kabar surat itu.. Lyla heran apa perlunya cowok itu menanyakan kabar surat itu, mungkinkah..? Sampai akhirnya ia ingat pernyataan terakhir dari cowok tersebut dan ia tersadar dari lamunannya.
“Aku .. hanya disuruh oleh seseorang. Udah masuk nih, duluan ya..”selesai. itulah kalimat terakhirnya pada pertemuan itu.
Heran, penasaran, tapi mengapa? Apa perlunya si penulis surat itu menanyakan kabar suratnya lewat seseorang? Entahlah!







3.       Hujan Turun

Tak bisa
Hanya bisa diingat
Namun tak bisa dilihat
Awan..
Titip salamku untuknya

                00.15
Wanita itu masih dengan matanya yang redup duduk di kursi panjang berwarna putih menyatu sekali dengan gaunnya yang juga putih di taman mungil depan rumahnya. Surat itu, masih juga ada di sebelahnya.
Hari sudah berganti, langit-pun sudah tak sekelabu tadi, awan mulai tersibak dari bulan yang telah ditutupinya tadi. Malam ini tiba-tiba secerah pagi, bulanpun seolah terus menatapnya, ikut merasakan perihnya dan cahayanya menyinari wanita itu seolah menyelimuti dan menghangatkannya.
ooo000ooo
Karena aku bintang
Dan sahabatku bulan
Saat aku redup
Ia pun redup

                “Bunda, Kayla berangkat dulu ya..” Kayla memeluk bundanya dan mencium tangannya kemudian mengucapkan salam meninggalkan bundanya.
Setiap hari, setiap pagi, rutinitas Kayla sebelum berangkat sekolah adalah sarapan kemudian mencium dan memeluk tangan bundanya serta mengucapkan kata-kata yang sama seperti tadi. Andai saja bunda tahu bahwa Kayla sangat merindukan ayahnya, rindu untuk memeluk dan mencium tangan ayahnya kemudian mengucapkan salam pada keduanya. Semua sudah berlalu. Masa-masa indah itu.
Sebenarnya bunda tahu apa yang dirasakan Kayla, seperti yang kuceritakan tadi, bunda merasa Kayla sangat kesepian bila berada di rumah, itu karena ayahnya sudah tiada. Kayla juga tak punya adik, tak punya juga kakak. Sepi. Anak yang malang. Tetapi bunda lebih tahu apa yang harus dilakukannya pada Kayla. Apa yang menurutnya baik untuk Kayla.
Bunda juga kesepian. Ingin sekali sebenarnya memberi Kayla ayah baru, tapi Kayla menolaknya, katanya ia tidak ingin punya ayah tiri, ayah Kayla cukup satu. Meski sudah sebesar sekarang pun Kayla tetap menolaknya, Kayla tidak pernah menerima dan tidak menginginkannya. Jadilah bunda sendiri bersama Kayla selama 12 tahun, selama itu pula ayah Kayla meninggalkan mereka berdua.
ooo000ooo
Kayla tak mengerti mengapa hari ini begitu sunyi, rumah-rumah tetangga yang ia lalui, jalanan yang ia lintasi. Sepi. Mungkin karena Ia tak memikirkan sekitarnya hari ini. Saat ini, Kayla masih juga menanti apakah lelaki itu datang kembali lewat suratnya untuk kedua kali.

Cinta,
Memang tak pernah bisa dimengerti
Juga tak bisa dipungkiri
Tiba-tiba datang
Tiba-tiba pergi
Mentari, aku tak tahu
Harus bagaimana lagi

                Kayla masih tak mengerti harus bersikap bagaimana pada surat itu terutama pada laki-laki yang mengirimnya dan tak dikenalnya itu karena Kayla juga sedang mencintai seseorang namun tak ada yang pernah tahu bahkan Lyla sekalipun. Seseorang itu, pria yang dikenalnya dua tahun yang lalu saat ia baru saja tiba di tempat itu menempuh pendidikan baru, sekolah yang kini ia tempati. Tahun ini pria itu telah meninggalkannya lebih dahulu, menempuh pendidikan yang lebih tinggi di negeri yang sangat ia ingini. Kayla tak sekalipun mengungkapkan perasaanya pada siapapun termasuk pada lelaki yang ia sukai, perasaan itu tiba-tiba muncul 2 tahun yang lalu dan masih terasa hangat menyelimuti hatinya meski 2 tahun itu kini telah berlalu.
                “Kay! Ngelamun aja..” Lyla mencoba mengageti Kayla yang sedang melamunkan pangerannya
                “Eh kamu Lyl, bikin kaget aja! Kirain siapaaa gitu..”
                “Emangnya kamu kira siapa?? Hayooo jangan-jangan kamu nunggu si pengirim surat itu ya?? Ihhiyy..”
                “Hah! Apaan sih.. bisa-bisanya kamu menyimpulkan hal-hal seperti itu, memangnya kelihatannya bagaimana? Tahu orangnya aja enggak, gimana bisa janjian?”
                “Waduh-waduh kamu benar-benar berharap pengen ketemuan ya? Sayangnya aku juga belum tahu orangnya neng..”
                “Hush! Ngawur aja, kalo bercanda jangan kelewatan dong say..”
                “Hehehe maaf ya Kay..” mohon Lyla dengan sangat sambil menyatukan kedua telapak tangannya
                “Hmm baiklah, untuk kali ini aku maafkan. Awas kalau lain kali begitu lagi ya..”
                “Hehehe gak janji ya mbak..” goda Lyla dengan senyum jahilnya
                “Awas kamu ya!” mereka berdua tertawa bersama, mengenang skenario yang baru saja terjadi di antara mereka, lucu dan menggelikan.
ooo000ooo
                “Kay..” tiba-tiba seseorang memanggil Kayla saat kedua sahabat itu sedang bercanda
                Kayla dan Lyla diam seketika, terhenyak pada suara yang baru saja didengarnya, bertanya-tanya siapa? Mereka berdua pun menoleh pada sumber suara.
                “Oh, kamu Rey.. kirain siapa, ada apa??” tanya Lyla pada seseorang yang baru saja memanggil Kayla dan Kayla hanya bisa terdiam, entah rasanya aneh mengapa tiba-tiba hatinya berdesir ketika melihat lelaki yang ada di depannya itu.
                “Mungkinkah ini si pengirim surat itu?” tanya Kayla dalam hati
                “Emm ada urusan bentar ama Kayla, bisa bicara sebentar Kay?”
                “Di sini saja, kan enak rame-rame, ada Lyla juga..”
                “Oke, ga papa kalo gitu, tapi gak nanggung kalo semuanya jadi tahu ya..”
                Kayla dan Lyla bertatapan, bingung dengan apa yang baru saja diucapkan oleh lelaki itu. Bertanya-tanya “Apa maksudnya?”, jangan-jangan benar apa yang dipikirkan Kayla.
                “Maksudnya?” tanya Kayla dan Lyla bersamaan
                “Oke. Begini, sebenarnya ini hanya antara aku dan Kayla, Lyl.. tapi terserah Kayla kalo kamu boleh tahu, terserah Kayla juga kalo teman-teman disini boleh tahu, begitu..”
                “Oke, kalo gitu begini aja, ini kan bentar lagi masuk jadi nanti saja pulang sekolah, aku dan Lyla menunggumu di kantin..”
                “Baiklah, sampai jumpa.” lelaki itu pun pergi meninggalkan Kayla yang masih termenung dengan segudang pertanyaan, terheran-heran mengapa Rey menghampirinya dan ingin membicarakan sesuatu padahal ia tak pernah punya urusan dengannya. Entahlah, selalu menimbulkan tanda tanya.
                “Kay! Jangan melamun lagi dong.. kamu udah banyak melamun hari ini. kenapa? Penasaran ya.. aku juga, jangan-jangan..” Lyla tak berani meneruskan kata-katanya karena takut menyakiti hati Kayla, tapi lebih dari itu Lyla tak mau membayangkan bahwa seseorang yang ia sukai menyukai sahabatnya sendiri. Ya, Lyla juga sedang menyukai seseorang tapi ia juga tak pernah mengungkapkannya pada siapapun meskipun pada sahabatnya ataupun pria itu.
                Lagi-lagi bel sekolah berbunyi nyaring untuk kesekian kalinya, mungkin juga sudah sampai ribuan kali sejak bel itu dipasang di sekolah ini.
ooo000ooo
                Jam dinding di kelas sudah menunjukkan pukul 14.30 dan seharusnya bel sekolah berbunyi karena sudah waktunya untuk mengakhiri pembelajaran hari ini. Dan seketika perasaan Kayla berubah menjadi sedikit berantakan, mungkin grogi dan juga deg-deg-an mengingat ia harus menemui Rey di kantin sekolah dengan Lyla meski ia tak tahu apa yang akan dibicarakan Rey nanti. Tetapi di kelas lain, tak begitu dengan Lyla, Lyla bukannya deg-deg-an tetapi justru sedih karena ia tak mau melihat bila Rey benar-benar si pengirim surat itu dan akhirnya ia memusuhi Kayla hanya karena hal kecil seperti itu. Sungguh dua perempuan ini begitu penasaran pada apa yang akan diucapkan Rey nantinya. Sebenarnya begitu juga dengan Rey, ia tak mengerti harus berbicara apa nanti saat ia bertemu dengan dua perempuan yang sangat hangat persahabatannya itu, ia tak tahu harus berkata apa pada Kayla sedangkan disana juga ada Lyla.

Cinta,
Memang membingungkan
Demikian mericuhkan
Antara aku dan hatiku
Antara aku dan dirimu

                Akhirnya bel sekolah telah berbunyi dan Kayla juga Lyla harus menghadapi kenyataan siang ini bahwa mereka akan bertemu dengan Rey di kantin sekolah saat ini. Begitu juga dengan Rey, ia sudah siap dengan segala sesuatunya, apa yang akan ia bicarakan pada dua sosok yang akan ditemuinya.
Selesai ditulis 26 Desember 2011

follow me @qhimahatthoyyib


Tidak ada komentar:

Posting Komentar