Alhamdulillah
sahabat, semua hari-hari kita bisa berjalan lancar meskipun sesekali ada
kerikil bebatuan dan ombak-ombak yang menerjang. Buktinya, kita masih ada dan survive
hingga hari ini. Bukan karena kita hebat dalam menjalani hidup tapi karena
Allah telah menampakkan jalan dan membukakan pintu keluar untuk menyelesaikan maze
dan labirin permasalahan kita. Masih ingat apa yang kita bahas kemarin di
Setapak Cahaya: Hari yang Sibuk? Ya, bahwa akan ada suatu hari dimana kita
tidak akan memperdulikan orang-orang di sekitar kita, bahkan orang tua kita sekalipun.
Oleh karenanya selama hari itu belum datang, mari kita syukuri keberadaan kita
saat ini dan saling mengingatkan.
Persoalan saling
mengingatkan tentunya bukan sesuatu yang sangat mudah tapi juga bukan sesuatu
yang amat sulit. Mengingatkan orang tua dan guru misalnya, atau mengingatkan
anak-anak kita, mengingatkan teman-teman sebaya atau teman-teman yang lebih
muda bahkan yang lebih tua usianya dari kita. Hal yang demikian dapat kita
pelajari tentunya. Sahabat bisa kembali mengintip tulisan tahun lalu (Day 6) Menasihati Nenek Moyang.
Ikatan batin
adalah hal yang lebih utama seharusnya ada ketika kita mengingatkan orang lain
atau sebaliknya. Ikatan ini di dalam Islam menjadi sangat khas dan mudah dikenali,
karena sumber dan pokok keimanan yang kuat menjadi dasar untuk terbentuknya
ikatan tersebut. Iya, hanya dengan menjadi bagian dari umat muslim alias
beragama Islam berarti bahwa kita telah menjadi saudara. Hal ini pada umumnya
disebut Ukhuwah Islamiyah atau dalam Bahasa Indonesia disebut
Persaudaraan Sesama Muslim.
Mengenai pembahasan
yang satu ini, saya akan menuliskan ulasan dari Ustadz Mudhofar Jufri Lc, MA
ketika berceramah di Masjid Manarul Ilmi ITS malam kemarin. Bersaudara di dalam
Islam, seperti yang saya tulis di paragraf sebelumnya, adalah sesuatu yang
sederhana. Ya, hanya dengan menjadi muslim kita telah disebut sebagai saudara. Hal
ini tertuang dalam surat Al Hujurot ayat 10 yang artinya: 10. orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.
Sayangnya, hal
yang sederhana tersebut menjadi lebih kompleks di hadapan manusia. Banyak sekali
di antara kita yang menambahkan syarat-syarat persaudaraan lainnya setelah
syarat dari Allah. Saudara seiman berbatasan dengan kesamaan organisasi,
kelompok, partai, harokah/gerakan, madzhab dan syarat lainnya yang mana apabila
syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi maka kamu bukanlah saudara saya. Padahal
yang demikian ini akan menjadi salah satu pintu kekalahan umat Islam. Namun,
kekalahan itu tidak akan terjadi bila umat muslim telah benar-benar menerapkan
konsep persaudaraan atas iman karena Allah telah menjanjikan kemenangan Islam.
Konsep ukhuwah
Islamiyah telah banyak dipaparkan di dalam hadits-hadits Rosulullah, salah
satunya adalah riwayat Imam Muslim yang berisi bahwa orang-orang yang saling
bersaudara adalah orang yang bersih hatinya terhadap saudaranya, tidak saling
menganiaya, tidak juga mendholimi, tidak membiarkannya dalam keburukan dan
kemaksiatan, tidak mendustainya pun juga tidak merendahkannya serta mencintai
saudaranya apabila terdapat padanya apa-apa yang dicintainya untuk dirinya
sendiri. Selanjutnya adalah adanya kerjasama dalam kebaikan yang disampaikan
dalam surat Al-Anfal ayat 73 yang artinya 73. Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi
pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai Para muslimin) tidak
melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu[625], niscaya akan terjadi
kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.
[625] Yang dimaksud dengan apa
yang telah diperintahkan Allah itu: keharusan adanya persaudaraan yang teguh antara
kaum muslimin.
Juga di dalam surat At-Taubah
ayat 71 yang artinya 71. dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Maksud dari
hadits yang berarti tidak beriman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya apabila
terdapat padanya apa-apa yang dicintainya untuk dirinya sendiri adalah kita
bukan hanya seseorang yang memikirkan diri sendiri. Apabila kita menginginkan
kesuksesan tentu juga diimbangi dengan kita menginginkan kesuksesan tersebut
untuk saudara kita. Apabila kita ingin hidup tenteram, maka kita juga
menginginkan ketenteraman itu terjadi pada saudara kita. Apabila kita inginkan
keberhasilan, maka kita juga ingin bahwa keberhasilan itu terjadi untuk saudara
kita, dan lain sebagainya.
Sehingga,
kesimpulan yang bisa diambil ada dua poin penting dalam persaudaraan umat
muslim. Pertama, mempunyai kesepakatan dalam prinsip yaitu rukun iman, rukun
islam, dan kitab. Kedua, mempunyai sikap tafahhum dan tasammuh, yaitu saling
memahami dan mentoleransi terutama terhadap perbedaan perkara-perkara furu’iyah
alias cabang/nonprinsip. Dengan demikian, apabila ukhuwah Islamiyah ini
telah benar-benar berhasil diterapkan, InsyaAllah kemenangan Islam yang Allah
janjikan akan semakin dekat datangnya. Amiin.
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar