Rabu, Juni 15, 2016

Setapak Cahaya: TOLERANSI DAN KONSEKUENSI



Assalamu’alaikum sahabat, Bulan Ramadhan yang notabene adalah bulan suci tahun ini kembali ternodai. Banyak sekali pihak-pihak yang ingin memecah belah umat islam. Banyak sekali pihak-pihak yang berkumpul membuat tipu daya untuk menghancurkan agama islam. Seperti telah kita bahas di tulisan-tulisan sebelumnya, Setapak Cahaya: Menjadi Bintang, bahwa terkenal di dunia bukanlah menjadi tujuan umat islam. Tidak peduli sebanyak dan sejahat apa serangan-serangan orang kafir dan kawan-kawannya terhadap Islam, agama ini akan selalu berjaya dan semakin hari semakin banyak yang terkagum-kagum padanya. Allah telah menjanjikannya.
Berbicara mengenai Islam, telah banyak dibahas oleh pakar-pakar sejarah bagaimana awal mula agama ini datang kemudian berkembang selanjutnya menyebar. Banyak juga dibahas oleh pakar bahwa agama ini adalah agama termoderen yang pernah ada. Agama yang pertama kali mengajarkan kebersihan, mandi, bersuci dan lain sebagainya. Agama terlengkap yang mengajarkan segala hal, mengatur semuanya semenjak bangun tidur hingga tidur kembali. Agama yang mempunyai orang nomer satu dunia dan akhirat, yap Rosulullah SAW. Agama yang mempunyai Kitab yang tidak ada kekurangan di dalamnya, yang bahkan kebenarannya baru dapat dibuktikan setelah ribuan tahun semenjak Kitab tersebut diturunkan.
Al-Qur’an adalah undang-undang terlengkap bagi umat Islam. Kitab yang berisi panduan, tuntunan, perintah dan larangan bagi penggunanya. Sayangnya, di dunia yang terdiri dari berbagai negara, manusia dengan berbagai kepercayaan yang dipeluknya tidak mungkin menggunakan Al-Qur’an sebagai panduan hidupnya. Sehingga dibuatlah aturan-aturan yang menurut mereka benar dan membuat mereka nyaman. Hal ini kemudian juga menyingkirkan beberapa pemeluk agama Islam yang ingin menerapkan Al-Qur’an dalam keseharian hidupnya. Bagaimana tidak, bahwa di dunia ini hanya sedikit negara yang menerapkan syar’at islam. Alasannya tentu saja hal yang klise, bahwa negara tersebut bukanlah negara Islam sehingga bukan aturan Islam yang digunakan.
Seperti telah kita bahas pada tulisan sebelumnya, Setapak Cahaya: Penegak Keadilan, mengapa pemerintah tidak menerapkan aturan Islam untuk pemeluknya dan aturan kepercayaan lain untuk pemeluknya. Alasannya sederhana dan lagi-lagi klise, bahwa aturan yang tidak menyeluruh dan merata akan menimbulkan pemikiran bahwa pemerintah bersikap tidak adil. Padahal itu hanya alasan-alasan saja yang mereka buat. Sudah jelas disebutkan di dalam Al-Qur’an bahwa orang-orang yang membenci Islam tidak akan berhenti untuk menjauhkan umat muslim dari ajaran yang sebenarnya. Mari sedikit kita tengok surat Ali ‘Imron ayat 54 yang artinya: 54. orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.
Berislam, sudah pasti memiliki konsekuensi tersendiri. Di dalam Al-Qur’an, Allah telah memberitahukan segalanya. Bagaimana kita harus bersikap terhadap sahabat juga terhadap musuh apalagi terhadap musuh yang berpura-pura menjadi sahabat. Demikianlah, untuk mengakhiri tulisan ini mari kita lihat terjemah surat Fathir ayat 45: 45. dan kalau Sekiranya Allah menyiksa (menghukum) manusia disebabkan usahanya (perbuatan mereka), niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun[1262] akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; Maka (nanti) apabila datang ajal mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. 
[1262] Daabbah artinya ialah makhluk yang melata. tetapi yang dimaksud di sini ialah manusia.




follow me @qhimahatthoyyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar