Sahabat,
seringkali kita menjumpai label mengenai Islam seperti teroris, agama yang suka
kekerasan dan lain sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali tidak demikian.
Dapat dilihat dari negara-negara yang masyarakat muslim menjadi minoritas di
sana, apakah ada kekerasan yang diakibatkan oleh umat muslim? Kita juga dapat
melihat negara yang menerapkan syari’at Islam, apakah ada peraturan-peraturan
yang memberatkan warganya? Perlu kita ketahui bahwa kekerasan dan ketegasan
adalah dua hal yang berbeda. Setiap instansi yang menerapkan peraturan pasti
juga memiliki hukuman bagi para penyimpang aturan. Ya, begitu pula dengan
Islam. Ada peraturan tentu ada ancaman bagi yang tidak taat aturan.
Beberapa hari
lalu pada tulisan Setapak Cahaya: Tidak Perlu Berselisih, kita telah membahas
bahwa kaum muslimin melakukan penyerangan untuk bertahan dan melakukan
perlawanan serta tidak melakukan perang apabila tidak diperangi terlebih
dahulu. Jadi, label yang dilekatkan pada Islam tidak sesuai dengan kenyataan.
Pastilah orang yang menyebarkan label tersebut adalah orang yang tidak mengenal
Islam atau tidak suka dengan Islam. Padahal kaum muslimin tidak memberikan
label serupa dengan yang mereka berikan terhadap Islam. Kaum muslimin juga tidak
melakukan kejahatan atau pun memaksa mereka masuk menjadi bagian dari kaum
muslimin.
Salah satu ayat
yang mashur mengenai hal ini ada pada surat Al-Baqoroh ayat 256 yang artinya:
”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
[162] Thaghut ialah syaitan dan
apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
Beberapa riwayat
yang menyebutkan sebab turunnya ayat ini yang pertama dari Abu Dawud,
an-Nasa’I, dan Ibnu Hibban yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa sebelum Islam
datang, ada seorang wanita yang selalu mengingat kematian anaknya. Ia berjanji
kepada dirinya, apabila ia mempunyai anak dan hidup, ia akan menjadikannya
yahudi. Ketika Islam datang dan kaun Yahudi Bani Nadlir diusir dari Madinah
(karena pengkhianatannya), ternyata anak tersebut dan beberapa anak lainnya
yang sudah termasuk keluarga Ansar, terdapat bersama-sama kaum Yahudi.
Berkatalah kaum Ansar: “Jangan kita biarkan anak-anak kita bersama mereka.”
Maka turun ayat tersebut sebagai teguran kepada mereka.
Riwayat kedua
oleh Ibnu Jarir dari Sa’id atau ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas
menyebutkan terdapat al-Hushain dari golongan Ansar, suku Bani Salim bin ‘auf
yang mempunyai dua anak beragama Nasrani, sedang dia sendiri seorang Muslim. Ia
bertanya kepada Nabi SAW, “Bolehkah saya paksa kedua anak itu, karena mereka
tidak taat kepadaku dan tetap ingin beragama Nasrani?” Kemudian Allah
menjawabnya dengan ayat tersebut.
Begitulah,
sesungguhnya tidak ada paksaan dalam beragama Islam. Tapi dengan turunnya
Al-Qur’an telah terbukti bahwa Islam-lah satu-satunya agama yang benar.
Allah-lah satu-satunya Tuhan yang patut disembah dan Rosulullah Muhammad adalah
utusan-Nya. Semoga kita tidak menutup diri dan tidak ditutup oleh Allah dari
kebenaran-kebenaran yang telah ditunjukkan oleh-Nya. Amiin~
follow me @qhimahatthoyyib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar